Bagikan:

Jalan Merdeka Barat Akan Diubah Menjadi Jalan Soeharto

Menurut anda, penting atau tidak mengganti nama-nama jalan di sekitar Monas? Bagi Panitia 17, penggantian nama itu tampaknya penting. Panitia ini menargetkan sebelum peringatan Hari Pahlawan 10 November mendatang, sudah selesai mengganti nama Jalan Medan

EDITORIAL

Selasa, 03 Sep 2013 07:12 WIB

Author

KBR68H

Jalan Merdeka Barat Akan Diubah Menjadi Jalan Soeharto

jalan merdeka, soeharto, monas, Jimly Asshiddiqie, pahlawan

Menurut anda, penting atau tidak mengganti nama-nama jalan di sekitar Monas?

Bagi Panitia 17, penggantian nama itu tampaknya penting. Panitia ini menargetkan sebelum peringatan Hari Pahlawan 10 November mendatang, sudah selesai mengganti nama Jalan Medan Merdeka di sekitaran Monas.

Gagasan yang mencuat antara lain menggunakan nama bekas Presiden Soekarno sebagai pengganti nama Jalan Medan Merdeka Utara. Lalu, bekas Wakil Presiden Mohammad Hatta sebagai pengganti Medan Merdeka Selatan dan bekas Gubernur Jakarta Ali Sadikin sebagai pengganti Medan Merdeka Timur. Tinggal sisi Barat Monas yang belum clear, karena nama yang diusulkan sebagai pengganti adalah bekas Presiden Soeharto.

Suara masyarakat terbelah soal nama Soeharto ini. Menurut kader Partai Golkar dan pendukung lainnya, sudah tepat jika mengganti nama Jalan Medan Merdeka Barat dengan Soeharto karena menganggap bekas Presiden Orde Baru itu berjasa. Tapi sebagian masyarakat lainnya menilai sebaliknya. Ada sejarawan yang berpendapat, menggunakan nama orang sebagai nama jalan berarti menjadikan nama itu sebagai simbol atas sesuatu yang patut diteladani. Lalu, apa yang bisa diteladani dari Soeharto?

Sejarawan lainnya menyatakan ada kelompok tertentu yang nebeng dalam isu ini dengan memunculkan nama Soeharto, demi menjadikannya sebagai Pahlawan Nasional. Menurut Ketua Panitia 17 Jimly Asshiddiqie, penggunaan nama Soeharto mesti menunggu penetapan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah terlebih dulu. Sekitar tiga tahun silam, publik juga ramai memperdebatkan layak tidaknya menjadikan penguasa 32 tahun Orde Baru ini sebagai Pahlawan Nasional. Untunglah karena tingginya penolakan masyarakat, upaya itu tak diteruskan.

Menurut sejarawan LIPI Asvi Warman Adam, gagasan menggunakan nama-nama pahlawan untuk mengganti nama Jalan Medan Merdeka muncul tahun lalu. Bekas Ketua MPR Taufik Kiemas dalam perbincangan tentang penetapan pahlawan nasional mengatakan Jakarta belum mempunyai jalan Soekarno – Hatta. Dari situlah perbincangan bergulir hingga saat ini. Tapi, pentingkah menggantinya dengan nama-nama itu? Orang bisa beda pendapat tentang penting atau tidak. Itu wajar. Tapi ada beberapa hal yang tak boleh dilupakan dalam menanggapi wacana ini. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan, apa yang akan terjadi jika nama jalan itu tak diganti? Bagaimana pula sebaliknya?

Kalau bicara memberi nama, negara ini punya persoalan lebih besar karena masih ada sekian ribu pulau tak bernama, termasuk pulau-pulau paling luar. Dari 17 ribu lebih pulau, lebih dari 9 ribu di antaranya belum bernama. Penamaan akan memperjelas keberadaannya. Dengan begitu lebih terpantau dari kemungkinan hilang diklaim orang. Kabarnya, proses penamaan terkendala dana. Nah, jika begitu, bukankah sebaiknya berupaya sekuat tenaga bagaimana menamai pulau-pulau itu ketimbang membuat nama baru untuk sesuatu yang sudah memiliki nama jelas? Dalam kondisi banyak keterbatasan, pemerintah mestinya lebih pintar menetapkan prioritas.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending