Perang saudara di Suriah tak kunjung membaik, bahkan cenderung kian memburuk menyusul serangan yang memakai senjata kimia, Rabu pagi pekan lalu. Penggunaan senjata kimia ini mengakibatkan ratusan, bahkan mungkin ribuan orang tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.
Pihak oposisi yang menentang kekuasaan Presiden Bashar al-Assad menuding rezim penguasa telah menggunakan senjata kimia dalam sebuah serangan mematikan di luar kota Damaskus. Akibat serangan itu, lebih dari seribu orang tewas, meski dalam catatan lembaga-lembaga swadaya internasional, korban tewas berkisar 320 hingga 360 jiwa.
Rezim al-Assad sendiri justru menuduh pihak oposisi lah yang menggunakan senjata kimia. Televisi milik pemerintah bahkan merasa perlu menayangkan temuan tentara Suriah dengan memperlihatkan terowongan yang digunakan para pemberontak di timur Damaskus, termasuk adanya masker gas dan kantong-kantong plastik. Tapi tayangan itu tak begitu meyakinkan karena tak ada tanda-tanda para serdadu pemerintah menderita sesak nafas ketika memasuki terowongan.
Sebaliknya, rezim Suriah justru banyak menghalangi kerja utusan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang hendak menyelidiki penggunaan senjata kimia dalam perang saudara tak berkesudahan itu. Tak kooperatifnya pemerintah untuk membuka akses penyelidikan bagi tim PBB ini mengundang kecurigaan rezim Bashar al-Assad sengaja menyembunyikan sesuatu.
Sementara itu Amerika Serikat dan sekutunya, terutama Inggris dan Prancis yang mendukung oposisi pun didesak untuk segera mengambil tindakan terhadap rezim pemerintah. Presiden AS Barrack Obama dan Perdana Menteri Inggris dilaporkan berdiskusi intensif lewat saluran telepon Sabtu lalu. Kedua pemimpin sepakat untuk member perhatian serius terhadap apa yang tengah terjadi di Suriah, dan menegaskan penggunaan senjata kimia akan mendapat tanggapan serius dari masyarakat internasional. Obama bahkan sudah berkonsultasi dengan penasehat keamanannya tentang pilihan-pilihan yang bisa dilakukan untuk Suriah.
Namun pagi-pagi, pemerintah Suriah yang didukung Iran sudah memberi peringatan agar Barat tak mengambil tindakan terlalu jauh, seperti operasi militer, karena konsekuensinya akan lebih berat. Menteri Penerangan Suriah bahkan mengancam jika AS melakukan intervensi militer, Suriah akan jatuh dalam kekacauan dan negara itu akan terbakar.
Konflik di Suriah yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun tampaknya masih akan lama mencapai solusi damai. Terlampau banyak kepentingan yang bermain, termasuk dari negara-negara di luar Suriah. Kerumitan ini memang tak bisa diselesaikan dengan senjata, karena belajar dari berbagai pengalaman, penggunaan senjata hanya melahirkan konflik baru. Terbukti, dalam waktu lebih dari dua tahun, sedikitnya seratus ribu orang tewas akibat peperangan itu.
Satu-satunya harapan adalah mendesak PBB untuk lebih aktif mencari solusi damai. Meski lembaga ini tak bisa bergerak cepat karena berbagai kelambanan birokrasi di dalamnya, dan juga ancaman penggunaan hak veto, setidaknya PBB memiliki legitimasi untuk mengurai masalah. Apalagi penggunaan senjata kimia yang begitu kejam, telah memakan korban mereka yang tak berdosa, perempuan dan anak-anak.
Siapa pun yang memerintahkan penggunaan senjata pemusnah massal itu, harus diseret ke pengadilan internasional sebagai penjahat kemanusiaan.
Tangkap Penjahat Kemanusiaan Di Suriah!
Tak kooperatifnya pemerintah untuk membuka akses penyelidikan bagi tim PBB ini mengundang kecurigaan rezim Bashar al-Assad sengaja menyembunyikan sesuatu.

EDITORIAL
Minggu, 25 Agus 2013 20:29 WIB


Presiden Bashar al-Assad, perang saudara Suriah, senjata kimia
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai