Lapas Labuhan Ruku di Sumatera Utara rusuh dan dibakar oleh napi. Sebagian napi di sana marah karena tak dapat remisi alias pengurangan masa tahanan di Hari Kemerdekaan lalu. Mereka membakar lapas, 30-an di antaranya lantas melarikan diri.
Situasi serupa belum lama juga terjadi di Lapas Tanjung Gusta, Medan. Kejadiannya serupa: lapas rusuh dan dibakar. Tapi di balik itu sebetulnya ada persoalan yang lebih mendasar: penjara yang terlalu padat.
Sejak bulan lalu, Pemerintah sudah mengungkap fakta bahwa semua penjara di Indonesia kelebihan kapasitas. Rata-rata kelebihannya pun sampai 100 persen. Ini sudah berlangsung lama, kata Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin. Yang dilakukan Pemerintah sebatas memindahkan sebagian napi di penjara yang tidak terlalu penuh. Juga meningkatkan penertiban dan keamanan lapas.
Kita sama-sama paham, betapa sementaranya solusi macam begitu. Dengan cepat, penjara yang semula tak terlalu penuh, menjadi penuh, dan tak lama lagi menjadi kelebihan kapasitas. Jika polanya sama, maka tinggal tunggu waktu saja sampai tahanan di dalamnya gerah dan berontak. Meningkatkan penertiban dan keamanan juga sulit jika perbandingan antara sipir dan tahanan tak seimbang.
Kementerian sudah pasang target menambah kapasitas Lapas tahun ini dengan anggaran lebih dari 200 miliar rupiah. Tapi tentu tak ada jaminan tak ada lagi kerusuhan lapas atau napi yang berontak sembari menunggu lapas baru itu hadir.
Mungkin bisa juga mencoba langkah persuasif seperti yang dilakukan di Lapas Kedungpane, Semarang. Kapasitas lapas hanya 500-an orang, dihuni hampir dua kali lipatnya, dengan 13 petugas piket. Di atas kertas, para petugas dengan mudah “dikalahkan” jika tahanan berontak. Tapi petugas di sana justru bersikap persuasif: siap menampung seluruh keluhan penghuni lapas dan sedapat mungkin mengatasinya.
Sembari menunggu penjara baru dibangun, perlu ada langkah yang revolusioner dari Kementerian Hukum dan HAM atau dari para sipir untuk mencoba meredam letupan yang mungkin muncul dari sempitnya sel dan padatnya tahanan di sana. Bagaimana pun, yang di dalam sana juga manusia. Sejahat-jahatnya manusia yang ada dalam tahanan, mereka juga butuh ruang gerak. Dan lapas semestinya tak sekadar menjeruji tahanan, tapi juga memberi ruang bagi mereka untuk kembali jadi manusia begitu keluar bui.
Sembari Menanti Lapas Baru
Lapas Labuhan Ruku di Sumatera Utara rusuh dan dibakar oleh napi. Sebagian napi di sana marah karena tak dapat remisi alias pengurangan masa tahanan di Hari Kemerdekaan lalu. Mereka membakar lapas, 30-an di antaranya lantas melarikan diri.

EDITORIAL
Selasa, 20 Agus 2013 10:06 WIB


lapas, labuhan ruku, tanjung gusta
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai