Bagikan:

Hari Kemenangan Melawan Nafsu

Setelah menjalani ibadah puasa selama satu bulan, umat Islam di seluruh dunia hari ini merayakan Idul Fitri.

EDITORIAL

Rabu, 07 Agus 2013 22:47 WIB

Author

KBR68H

Hari Kemenangan Melawan Nafsu

hari kemenangan, melawan nafsu, idul fitri

Setelah menjalani ibadah puasa selama satu bulan, umat Islam di seluruh dunia hari ini merayakan Idul Fitri. Arti dari Idul Fitri adalah kembali kepada kesucian. Ketika dilahirkan ke muka bumi, bayi tidak mempunyai dosa sama sekali alias suci. Bayi kerap diibaratkan sebagai secarik kertas putih. Orang tua bayi itulah yang akan “menulis” di kertas putih itu hingga bayi tersebut berubah menjadi manusia dewasa.

Dalam perjalanan hidupnya, manusia tidak bisa luput dari dosa. Dan, dosa yang paling sering dilakukan adalah dosa kepada sesama manusia. Pertikaian dan permusuhan adalah nafsu yang kerap melanda manusia dalam kehidupan sehari-hari. Nafsu itulah yang diperangi oleh umat Islam selama bulan Ramadhan. Bukan hanya nafsu menahan lapar tetapi juga nafsu untuk berbuat jahat.

Di negeri ini, hawa nafsu yang paling sulit untuk dilawan sepertinya adalah nafsu untuk korupsi. Yang lebih mengenaskan, hampir sebagian besar kepala daerah di negeri ini terlibat korupsi. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, 70 persen kepala daerah terjerat korupsi sejak 2004 hingga Februari 2013. Dari data itu disebutkan, ada 291 kepala daerah korupsi.

Angka korupsi terbanyak dilakukan oleh bupati yaitu 150 lebih dan disusul wakil bupati yaitu 46 kasus. Sedangkan di tingkat Gubernur, ada 21 orang yang terlibat korupsi. Ini tentu fenomena yang sangat mengkhawatirkan. Kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat untuk menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat dengan tujuan menyejahterakan rakyat di wilayah itu.

Namun, amanah itu tidak bisa dijalankan karena kalah bersaing oleh nafsu untuk korupsi. Hawa nafsu itu terkadang mengalahkan rasa takut. Keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi ternyata belum membuat koruptor jera. Hawa nafsu lain yang tidak kalah kuat adalah merasa dirinya paling benar dan tidak mau menerima perbedaan. Tidak perlu jauh-jauh melihat warga Rohingya di Burma, di Sidoardjo Jawa Timur ada puluhan mungkin ratusan jemaat Syiah Sampang yang terusir dari kampungnya karena mereka dianggap berbeda dengan warga lainnya.

Jemaat Syiah dianggap bertentangan dengan ajaran Islam sehingga mereka pun dikucilkan dan harus rela meninggalkan kampung halamannya. Di hari yang suci ini, momen Idul Fitri bisa dijadikan momen untuk meningkatkan tali persaudaraan sesama warga. Meningkatkan terus toleransi antar umat beragama sehingga bisa terjalin dengan lebih baik. Jangan sampai toleransi menjadi renggang karena adanya isu-isu yang dihembuskan untuk saling memecah-belah kerukunan antarumat beragama.

Selama 30 hari, umat Islam sudah melakukan puasa yang bertujuan untuk menahan hawa nafsu. Puasa juga mengajarkan kita untuk hidup sederhana dengan hanya makan dua kali dalam sehari. Kini, perjalanan melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan sudah usai. Namun, Idul Fitri bukan berarti peperangan melawan hawa nafsu telah berakhir. Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan bathin.


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending