Acungan jempol dan ucapan terima kasih layak kita berikan kepada pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir serta ganda putra Hendra Setiawan/M Ahsan. Mereka berhasil mengharumkan kembali nama Indonesia di cabang bulutangkis dengan merebut dua gelar juara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang digelar di Guangzhou, Cina.
Kemenangan dramatis dan mendebarkan diraih Tontowi/Lilyana. Bagaimana tidak, mereka sudah tertinggal 18-20 di set ketiga dari pasangan ganda campuran Cina, Xu Chen-Ma Jin. Satu angka lagi, pupus sudah impian Tontowi/Lilyana menyandingkan gelar All England dengan Kejuaraan Dunia. Namun, dengan mental baja, Owi dan Butet, begitu mereka biasa dipanggil, seperti tidak peduli dengan dukungan penonton yang membela mati-matian pasangan Chen/Jin. Satu per satu angka berhasil mereka raih hingga akhirnya menang 22-20.
Bagi Lilyana, inilah gelar juara dunia ketiganya setelah pada 2005 dan 2007 dia juga menjadi kampiun bersama Nova Widianto. Sedangkan bagi Tontowi, ini merupakan pembalasan atas kegagalan mereka di Olimpiade 2012 lalu. Sukses Tontowi/Lilyana juga diikuti pasangan ganda putra Mohammad Ahsan-Hendra Setiawan. Perjuangan Ahsan/Hendra lebih mudah karena menang dua set langsung atas pasangan Denmark Mathias Boe-Carsten Morgensen.
Sukses meraih dua gelar di ajang Kejuaraan Dunia 2013 menyamai raihan yang sama pada 2007. Ketika itu, pasangan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan dan ganda campuran Nova Widianto/Lilyana Natsir juga mempersembahkan gelar juara. Sukses di Kejuaraan Dunia 2013 sekaligus menghentikan puasa gelar juara selama enam tahun. Bukan itu saja, para pebulutangkis Indonesia yang berlaga di Guangzhou sudah melampaui target pengurus PBSI yang hanya mengincar satu gelar juara.
Sukses meraih dua gelar juara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2013 jangan sampai membuat pemain dan juga pengurus terlena. Ini baru awal dari kebangkitan cabang bulutangkis Indonesia. Bangga tentu boleh karena sukses itu diraih di Cina, negara yang dalam dua Kejuaraan Dunia terakhir selalu menyapu bersih semua gelar juara.
Justru sukses di Kejuaraan Dunia 2013 harus dijadikan sebagai ajang untuk introspeksi. Sukses pebulutangkis putri Thailand Ratchanok Intanon menjadi juara harus dijadikan cambuk untuk berlatih lebih giat lagi. Sejak Susi Susanti mundur, belum ada lagi pebulutangkis putri Indonesia yang bisa meraih gelar juara dunia. Kita sudah tertinggal jauh dari Thailand dan juga India di sektor putri. Setelah Sania Nehwal, India kini punya pemain yang tidak kalah hebat yaitu PV Sindhu yang berhasil lolos ke semifinal.
Begitu juga di tunggal putra. Taufik Hidayat menjadi tunggal putra Indonesia terakhir yang menjadi juara dunia pada 2005. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan Ketua Umum PBSI Gita Wirjawan dan juga seluruh pengurus. Prestasi bulutangkis Indonesia mencapai titik terendah ketika gagal meneruskan tradisi emas di Olimpiade 2012. Sukses di Guangzhou baru awal kebangkitan dunia bulutangkis Indonesia dari keterpurukan. Jangan cepat berpuas diri.
Bulutangkis Bangkit dari Keterpurukan
Acungan jempol dan ucapan terima kasih layak kita berikan kepada pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir serta ganda putra Hendra Setiawan/M Ahsan.

EDITORIAL
Minggu, 11 Agus 2013 20:35 WIB


tontowi lilyana, ahsan hendra, juara dunia, bulutangkis
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai