Tugas penting Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari-hari ini adalah menjaga suara. Sebanyak 190 juta lebih suara telah menentukan sikap: memilih Prabowo atau Jokowi atau mengacuhkan keduanya, di 478 ribu lebih tempat pemungutan suara di dalam dan luar negeri. Suara-suara itu tak boleh dikutil, diotak-atik, digonta-ganti. Intinya tak boleh dicurangi.
Sebab suara, seperti dalam sajak penyair Wiji Thukul, adalah yang tak bisa diredam mulut bisa dibungkam namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan.
Ini juga pertaruhan, apakah Yudhoyono seorang negarawan yang telah memimpin republik ini hampir 10 tahun, atau ia sebatas politikus kebanyakan. Peringatan ini penting, mengingat Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demokrat pernah mendeklarasikan berposisi netral; namun membiarkan elit-elit partainya bergabung dengan pasangan calon presiden nomor 1; dan belakangan membiarkan Dewan Pimpinan Pusat Demokrat mendeklarasikan dukungan terbuka kepada Prabowo dan Hatta Radjasa. Tak lama kemudian Yudhoyono juga menerima kehadiran Prabowo dan Hatta yang meminta restu.
Diakui atau tidak, Yudhoyono sudah berat sebelah dalam pemilihan yang tahap puncaknya baru dilewati tanggal 9 Juli kemarin. Sekarang, integritasnya sedang diuji. Setelah hasil hitung cepat yang menunjukkan Joko Widodo dan Jusuf Kalla unggul 52 persen lebih dari lawannya, ditandingi oleh hasil hitung cepat dari lembaga yang diragukan kredibilitasnya. Sebanyak tiga lembaga menyatakan Prabowo unggul melawan 7 lembaga survey yang menyebut Jokowi menang.
Tugas Yudhoyono sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara, bukan sekadar menjaga agar hari-hari genting ini tak berujung bentrokan antarpendukung calon presiden. Lebih dari itu, ia bertugas menjaga mandat suara. Sebagai presiden bergelar doktor dan baru saja dianugerahi gelar guru besar, Yudhoyono mestinya tak asing dengan sahih-tak-sahih metodologi survey. Apalagi ialah presiden pertama yang menikmati kecepatan hitung cepat alias quick count yang tak lain dan tak bukan suatu popular vote tabulation. Jadi, nurani dan daya analisisnya bisa dipastikan mengetahui mana akurat dan mana yang main gila dengan ilmu pengetahuan.
Menyelamatkan suara-suara itu, sekaligus menyelamatkan citra dan ingatan rakyat terhadap Presiden Yudhoyono. Hanya ada dua: ia akan dikenang sebagai negarawan, atau kartu mati selamanya.
Tugas Yudhoyono
Tugas penting Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari-hari ini adalah menjaga suara. Sebanyak 190 juta lebih suara telah menentukan sikap: memilih Prabowo atau Jokowi atau mengacuhkan keduanya, di 478 ribu lebih tempat pemungutan suara di dalam dan luar ne

EDITORIAL
Jumat, 11 Jul 2014 10:25 WIB

yudhoyono, prabowo, jokowi, survey, wiji thukul
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai