Bagikan:

Ramadhan Terkelam di Ciamis

Itu hari, Bupati Iing menerima 300-an anggota FPI yang berdemo di kantornya, menuntut pembubaran Ahmadiyah di Ciamis. Di situ, Bupati Iing mengatakan kalau ia 100 persen menolak Ahmadiyah. Kata dia, Secara pribadi saya menolak, secara jabatan ada aturan y

EDITORIAL

Selasa, 01 Jul 2014 09:21 WIB

Author

KBR

Ramadhan Terkelam di Ciamis

ramadhan, ciamis, fpi, ahmadiyah

Di kantor bupati Ciamis masih terpasang sejumlah papan bunga dengan tulisan besar-besar "Selamat Hari Jadi Kota Ciamis yang ke-372"?. Di depan kantornya, Senin pekan lalu, Bupati Ciamis Iing Syam Arifin menerima tamu-tamunya. Sebagian besar berpeci putih, dengan kaos putih bercorak hijau. Tulisan di punggung bisa jelas terlihat: FPI.

Itu hari, Bupati Iing menerima 300-an anggota FPI yang berdemo di kantornya, menuntut pembubaran Ahmadiyah di Ciamis. Di situ, Bupati Iing mengatakan kalau ia 100 persen menolak Ahmadiyah. Kata dia, Secara pribadi saya menolak, secara jabatan ada aturan yang melarang itu.

Beberapa hari kemudian, sang bupati membuktikan ucapannya. Masjid Nur Khilafat di Ciamis disegel. Di pintunya dipasang poster putih dengan tulisan besar di sana: LARANGAN. Di bawahnya dijelaskan kalau masjid ini disegel demi menjaga dan memelihara kerukunan beragama,serta menciptakan ketentraman dan ketertiban.

Inilah ironi yang sebenar-benarnya. Hendak beribadah, masjid disegel. Dilakukan jelang bulan Ramadhan pula, bulan suci bagi seluruh umat Islam di muka bumi. Belum lagi tudingan kalau jemaat Ahmadiyah dianggap sebagai sumber tidak terpeliharanya kerukunan beragama di Ciamis.

Alhasil, jemaah Ahmadiyah di sana mesti beribadah dengan kondisi yang seadanya. Tarawih pertama dilakukan di teras masjid, persis di hadapan poster LARANGAN tadi. Shalat Jumat tak bisa lagi di masjid, tapi harus di rumah warga yang dekat dengan masjid. Apa jadinya kalau tiba-tiba datang ormas yang bilang kalau ibadah tak bisa dilakukan di rumah, seperti kata Kapolri beberapa waktu lalu?

Sulit sekali sepertinya bagi mereka untuk ibadah. Dan ini sungguh ironis, mengingat bulan ini konon adalah bulan penuh rahmat. Bulan di mana pahala berlipat ganda. Bulan di mana setiap orang semestinya berlomba-lomba berbuat kebaikan.

Tapi apa gerangan yang dilakukan sang bupati? Menutup masjid Melarang umat Ahmadiyah, yang juga adalah Muslim, untuk beribadah sesuai keyakinan mereka. Dan ini semua dilakukan secara sadar, bahkan tak ragu bilang di depan semua orang bahwa dia 100 persen tak setuju dengan Ahmadiyah. Yang membuat makin pilu adalah sang bupati berterima kasih kepada FPI yang telah mengingatkan.

Kali ini, apa yang terjadi pada Ahmadiyah di Ciamis tak bisa lagi dilihat secara mikro. Ini bukan cuma soal Ahmadiyah. Ini adalah soal kewarasan kita dalam beragama. Ini bukan cuma soal Ciamis. Ini soal kesadaran kita sebagai warga negara Indonesia.

Yang lebih penting lagi, ini adalah soal kemanusiaan. Selamat menjalankan ibadah di bulan suci ini.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending