Pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Australia Tony Abbot berlangsung hanya setengah jam. Lalu Presiden tak lagi tersinggung dengan aktivitas penyadapan Australia. Negara itu berjanji meningkatkan komitmen dalam New Colombo Plan. Diantaranya pengiriman mahasiswa Australia untuk belajar di Indonesia. Nama programnya adalah Yudhoyono Fellowship.
Gaya politik luar negeri Pemerintahan Yudhoyono memang tanpa keributan. Ia lebih mengutamakan penyelesaian yang tenang. Ini sejalan dengan motto politik luar negeri Indonesia: seribu kawan, nihil musuh. A thousands friend a zero enemy.
Di satu sisi, model politik seperti ini menandakan pemerintah serius dengan amanat pembukaan UUD 1945 yang diantaranya memandatkan keterlibatan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia. Belum lama ini, dalam pertemuan Asean di Myanmar, Indonesia mengajukan diri menjadi penengah konflik antara Vietnam dan Republik Rakyat Tiongkok di Laut Cina Selatan. Usul yang diterima dengan baik oleh Vietnam, dan ditampik agak halus RRT.
Di sisi lain, sikap pemerintah yang lunak mengundang kritik. Yudhoyono dianggap tak mampu meningkatkan gengsi Indonesia. Bahkan ketika potensi konflik dengan Malaysia muncul, langkah penyelesaian yang keras tak tampak. Banyak orang lalu cemas bahwa Indonesia akan dilecehkan dan hanya dijadikan sasaran pasar internasional karena jumlah penduduknya yang besar.
Ada ungkapan, perdamaian hanya bisa diselesaikan setelah perang. Ada ungkapan juga bahwa agar dihormati oleh orang lain, orang harus menunjukkan ia kuat dan tak takut berperang. Yudhoyono tak menempuh kedua cara itu. Ia kalem, dan lalu diabadikan sebagai nama program Australia. Yudhoyono Felllowship.
Kita belum jelas menangkap apa yang akan dilakukan oleh kedua calon presiden yang kini sedang beradu mendapat dukungan suara rakyat. Prabowo Subianto menunjukkan ia akan membuat posisi Indonesia kuat di mata internasional dengan tetap mengedepankan politik bebas-aktif. Jokowi mengaku ingin meningkatkan dialog antara negara-negara di Selatan.
Kita punya waktu kurang dari sebulan untuk mendengar kedua calon itu. Yang ingin kita dengar sedikit normatif. Ada cara Yudhoyono yang bisa dilanjutkan, ditiru, terutama penyelesaian damai dan inisiatif mendamaikan konflik di kawasan. Yang dibuang adalah kelembekan dan keraguan yang memperlambat langkahnya.
Yudhoyono Fellowship
Pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Australia Tony Abbot berlangsung hanya setengah jam. Lalu Presiden tak lagi tersinggung dengan aktivitas penyadapan Australia.

EDITORIAL
Kamis, 19 Jun 2014 17:36 WIB


Yudhoyono Fellowship, Tony Abbot, New Colombo Plan
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai