Meski sudah diperkirakan, penetapan Jokowi sebagai calon presiden yang diusung PDI Perjuangan tetap membuat ketar-ketir lawan-lawan politik. Ini terutama karena mereka tahu, bersaing melawan gubernur terpopuler ini tidak akan mudah. Dalam berbagai survey, Jokowi selalu unggul. Segala tindakannya selalu jadi berita.
Pada sisi lain, banyak pengamat yang memuji keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Mega, yang pada kongres PDI-P di Bali pada 2010 mendapat mandat untuk menentukan siapa yang bakal maju sebagai capres, sebetulnya bisa saja menunjuk dirinya sendiri. Atau menunjuk anaknya, Puan Maharani, yang kini duduk sebagai salah satu Ketua DPP PDI-P.
Tapi itu tak ia lakukan. PDIP-P yang kuat kultur trah atau darah birunya, kali ini lebih realistis. Penunjukan Jokowi adalah refleksi kuatnya dukungan arus bawah dalam proses pengambilan keputusan Megawati. Dan sikap Mega yang merujuk pada kuatnya dukungan itu menunjukkan kematangan politik seorang negarawan.
Tapi begitu nama Jokowi diumumkan, begitu cepat pula datang serangan. Sekelompok pengacara berniat menggugat Jokowi melalui class action jika Jokowi berniat maju sebagai calon presiden. Mereka melihat banyak janji Jokowi semasa bertarung memperebutkan kursi Gubernur DKI, belum terealisasi. Itu melanggar hukum, dalih kelompok yang menamakan Tim Advokasi Jakarta Baru itu.
Dari jurusan lain, serangan datang melalui penyebarluasan naskah perjanjian antara Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto. Perjanjian bertanggal 16 Mei 2009 itu menyebut Mega akan mendukung Prabowo sebagai calon presiden 2014. Ada tujuh butir kesepakatan yang dibuat ketika PDI-P berkoalisi dengan Gerindra pada pemilu 2009.
Tapi kita tahu, duet Mega-Prabowo kalah melawan SBY-Boediono. Butir-butir kesepakatan itu pun menjadi tak relevan karena bahkan sejak butir kedua pun, kesepakatan itu tak bisa dijalankan karena baik PDI-P maupun Gerindra sama-sama gagal memenangi pemilu. Kalau butir pertama saja tak bisa dimenangkan, logis kalau butir-butir selanjutnya tak bisa dijalankan. Lha wong Mega gagal jadi Presiden dalam pemilu 2009, masak sekarang harus mendukung Prabowo sebagai calon presiden?
Berbagai serangan itu menunjukkan betapa penetapan Jokowi sebagai capres yang diusung PDI Perjuangan benar-benar telah membuat gentar para calon lain yang sudah lama menginginkan kursi presiden. Paling telak, majunya Jokowi bakal membuat sulit posisi Prabowo yang menurut survei juga mendapat dukungan cukup besar. Kubu Prabowo yang sudah habis-habisan berkampanye jauh sebelum kampanye resmi ditetapkan, pasti tak hendak menyerah begitu saja.
Bagi kita, munculnya banyak kandidat presiden dalam pemilu kali ini tentu menggembirakan. Dalam sistem politik yang demokratis, tak ada yang lebih indah ketimbang memiliki banyak pilihan untuk masa depan bersama.
Kita sama-sama mengawasi hingga hari pencoblosan nanti.
Serangan Politik
Dari jurusan lain, serangan datang melalui penyebarluasan naskah perjanjian antara Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto. Perjanjian bertanggal 16 Mei 2009 itu menyebut Mega akan mendukung Prabowo sebagai calon presiden 2014. Ada tujuh butir kese

EDITORIAL
Minggu, 16 Mar 2014 20:19 WIB


calon presiden Jokowi, mandat Megawati Soekarnoputri, gugatan Tim Advokasi Jakarta Baru, perjanjian Megawati dengan Gerindra, kampanye Prabowo Subianto
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai