"Tolong rawat dan jaga Nur dengan baik. Jika ada laki-laki baik yang dekat dan sayang dengan Nur, jika Nur mau, tolong dinikahkan saja”. Ini sepenggal pesan yang kerap disampaikan Satinah dari balik jeruji penjara Buraidah di Provinsi Al Gaseem, Arab Saudi, kepada keluarga yang sempat membesuknya.
Satinah, TKI asal Jawa Tengah ini sudah menghuni penjara Al Gaseem sejak 2009 lalu. Ia dijebloskan dengan tuduhan membunuh majikannya Nura Al Garib. Tercatat sudah tiga kali hukuman pancung buat Satinah ditangguhkan. Satinah sebenarnya bisa saja lolos dari hukuman pancung, asal membayar uang diyat alias uang darah sebesar 21 miliar rupiah. Batas waktunya, 3 April nanti.
Angka yang sangat mencolok ini tak hanya menjadi biang onar buat keluarga Satinah dan kalangan pegiat buruh migran. Pemerintah pun ikut-ikutan kalang kabut. Ramai-ramai mereka membuat aksi menggalang dana untuk pembebasan Satinah. Hasilnya, lumayan. TKI di Hongkong misalnya, bisa mengumpulkan sekitar 4 juta rupiah dari sekali saweran. Tapi itu masih jauh dari cukup.
Pekan lalu Kementerian Luar Negeri mengaku hanya bisa mengumpulkan sekitar 12 miliar rupiah atau setara 4 juta real. Duit yang disisihkan dari berbagai pos di kementerian tersebut menurut Wakil Menteri Luar Negeri Wardana, sudah disetor ke pengadilan di Arab Saudi. Kabar agak menenangkan dihembuskan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Joko Suyanto. Pemerintah katanya sudah mendekati kata sepakat dengan pemerintah Arab Saudi soal besaran pengurangan uang diyat. Presidenpun sudah kembali berkirim surat kepada Raja Arab Saudi untuk menunda proses hukum mati Satinah.
Apa yang dialami Satinah, bukanlah yang pertama. Setidaknya kita masih ingat dengan seorang TKI bernama Darsem. Ia juga sempat dibayang-bayangi hukuman mati. Sayangnya, pemerintah seakan tak pernah bisa belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. Baru ketika tenggat waktu semakin mendekat, semua sibuk bak pemadam kebakaran. Kalau sukses, walau hanya menunda proses hukuman, semuanya berebut saling klaim sebagai keberhasilannya.
Pemerintah yang baik adalah pemerintahan yang selalu melindungi rakyatnya, siapapun dia. Tapi jargon ini kadang atau kerap dilupakan para penguasa kita. Yang berlaku malah sebaliknya. Dengan dalih memberi kesempatan kerja lebih baik, pemerintah malah asik mengirim tenaga kerja tak terampil ke luar negeri. Kalau ada masalah, ya diselesaikan belakangan. Masalah klasik yang tak pernah selesai dari tahun ke tahun. Paradigma ini yang perlu diubah, lewat apapun lembaganya. Tapi asa itu terpaksa kita gantung sampai ada penguasa baru, sambil berharap Satinah menjadi yang terakhir.
Diyat Buat TKI Satinah
"Tolong rawat dan jaga Nur dengan baik. Jika ada laki-laki baik yang dekat dan sayang dengan Nur, jika Nur mau, tolong dinikahkan saja

EDITORIAL
Kamis, 27 Mar 2014 09:35 WIB


diyat, satinah, tki, Buraidah, darsem
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai