Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) akhirnya berhasil digelar kemarin di Jakarta, meski sempat diwarnai kericuhan. Enam anggota executive committee keluar sidang karena tak setuju dengan penambahan agenda KLB yang dinilai menyalahi aturan. Protes itu juga berkaitan dengan pencoretan 18 pengurus provinsi PSSI dari daftar peserta kongres.
Lepas dari ricuh tersebut, satu hal yang patut dicatat adalah keluarnya putusan penting KLB, yakni penyatuan kembali liga Indonesia yang selama ini terbelah antara Liga Super Indonesia (LSI) dengan Liga Primer Indonesia (LPI). Begitu pula pada tingkat organisasi, sepakbola nasional sudah hampir tiga tahun ini diguncang perpecahan kronis dengan munculnya Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) di samping PSSI.
Dalam KLB kemarin, KPSI resmi dibubarkan. Pembubaran KPSI ini memang sejalan dengan agenda yang diinginkan organisasi sepakbola dunia FIFA untuk menuju penyatuan liga. Menurut Ketua Tim Pengawas KLB PSSI Agum Gumelar kepada KBR68H, proses penyatuan liga ini akan dilaksanakan hingga tahun depan. Ini berarti meskipun KPSI sudah dibubarkan, penyelenggaraan liga masih akan berjalan selama setahun ke depan.
Dengan keluarnya putusan penting ini apakah masalah yang membelit sepakbola nasional bakal terurai? Tentu tidak. Masih banyak agenda lain yang harus diselesaikan PSSI sebagai wadah tunggal organisasi yang mengurusi sepakbola tanah air ini. Problem sepakbola nasional selama ini sudah terlampau kompleks, rumit, dan berbelitan satu sama lain. Terlampau banyak kepentingan yang bermain di dalamnya, sementara pada saat yang sama, penyelenggaraan kompetisi sering amburadul.
Sebagian pengamat jelas-jelas menunjuk orang-orang lama, baik di tubuh PSSI maupun KPSI, yang telah membuat dunia persebakbolaan tanah air terpuruk. Mengurus sepakbola ternyata mendatangkan keuntungan, materiil maupun non-materiil, yang membuat orang-orang ini betah bercokol di situ. Semakin amburadul masalah sepakbola, kian eksis orang-orang lama ini mempermainkan dan mengeruk keuntungan.
Karena itu tak ada jalan lain kecuali mendorong orang-orang baru yang masih segar, yang benar-benar ingin mendedikasikan keahliannya untuk mengurus sepakbola tanah air. Orang-orang lama yang terlibat mafia sepakbola harus disingkirkan, kalau perlu dimasukkan dalam daftar hitam, agar tak mencampuri lagi urusan olahraga yang memiliki penggemar paling besar ini. Mereka yang berniat tulus membenahi dunia sepakbola tanah air mesti dikasih tempat di PSSI, karena hanya dengan cara ini sepak bola Indonesia bisa diharapkan masa depannya.
KLB PSSI sudah usai. Tapi pecinta sepakbola tanah air pasti berharap, kongres bukan diselenggarakan hanya demi menghindari sanksi FIFA. Sepakbola harus diurus orang-orang yang profesional, yang paham menyelenggarakan kompetisi secara profesional untuk menghasilkan pemain-pemain andal di tingkat nasional. Tanpa penyelenggaraan kompetisi yang baik, kita cuma akan menikmati kembali perkelahian pengurus yang membosankan.
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai