Kemarin, Gubernur DKI Joko Widodo dan Bupati Bogor Rahmat Yasin bersama-sama menanam aneka jenis pohon di Telaga Saat, hulu Sungai Ciliwung di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Seremoni simbolik itu untuk tujuan jangka panjang, mencegah banjir ibukota sejak dari hulu.
Pekan lalu, aktivitas memperbaiki situ di wilayah Bogor juga dimulai. Pemerintah Provinsi Jakarta pun terlibat dalam pembiayaan dan penyediaan alat berat yang dibutuhkan untuk perbaikan puluhan situ yang sudah menahun terlantar. Harapannya, situ-situ tersebut bisa menahan semakin banyak air agar tidak langsung membanjiri Jakarta kala hujan tiba.
Sebelum ramai berita solusi atasi banjir Jakarta saat ini, sudah lebih dulu ada aktivitas seru di kawasan Puncak sepanjang tahun lalu. Sekitar 200-an villa yang melanggar aturan dibongkar dan masih akan berlanjut tahun ini. Tujuannya sama, memaksimalkan wilayah-wilayah resapan. Jika semua upaya itu terus berjalan konsisten, sungguh masuk akal jika dalam beberapa tahun mendatang, istilah "banjir kiriman" untuk Jakarta hilang dari perbincangan.
Namun, belum tentu pembenahan di bagian hulu, serta merta membebaskan Jakarta dari banjir jika tak ditangani secara menyeluruh. Daya serap air yang rendah, buruknya sistem saluran pembuangan air ke laut dan mudahnya air pasang samudra ke daratan karena muka tanah yang terus amblas, telah bertahun-tahun menyusahkan Jakarta. Selama itu, masalah banjir telah membuahkan sejumlah gagasan besar, terutama sejak jaman Gubernur DKI Sutiyoso yang lengser Oktober 2007.
Ada sejumlah gagasan mega proyek yang diperkirakan bisa menyedot puluhan hingga ratusan triliun. Di masa Jokowi ini, muncul gagasan deep tunel yang berbiaya sekitar Rp16 triliun. Tapi Kementerian PU belum menyetujuinya. Ada pula keinginan membangun sea wall atau tembok raksasa yang dibangun membentang di Teluk Jakarta untuk menangkal rob. Ini sudah muncul sejak jaman Gubernur Fauzi Bowo.
Tapi, belum ada yang tahu, gagasan-gagasan yang sarat dengan teknologi modern, yang konon buah pikiran para pakar itu, akan tepat atau tidak. Yang jelas, proyek besar sebelumnya, seperti Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur bernilai triliunan rupiah belum berdampak nyata. Pekan lalu, Jokowi menyatakan Jakarta perlu membuat lebih banyak lagi sumur resapan. Jokowi juga mengakui upaya mengeruk dan memperbaiki saluran-saluran air baru sekitar 20 persennya saja.
Betul kata Jokowi, semua sudah tahu bagaimana cara menangani banjir Jakarta dari hulu hingga hilir. Masalahnya cuma satu, mau dikerjakan atau tidak.
Jokowi dan Banjir Jakarta
Kemarin, Gubernur DKI Joko Widodo dan Bupati Bogor Rahmat Yasin bersama-sama menanam aneka jenis pohon di Telaga Saat, hulu Sungai Ciliwung di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Seremoni simbolik itu untuk tujuan jangka panjang, mencegah banjir ibukota seja

EDITORIAL
Rabu, 05 Feb 2014 10:03 WIB


jokowi, banjir, jakarta, ciliwung, telaga saat
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai