That which does not kill you makes you stronger – Friedrich Nietzsche
Apa yang tidak membunuhmu hanya akan membuatmu lebih kuat. Kutipan kalimat Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman betul kalau kita pakai untuk menggambarkan kehidupan Nelson Mandela atau Bung Karno. Keduanya, kita tahu, menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk kemerdekaan bangsanya. Mereka melawan kekuasaan yang menjajah negerinya. Dan keduanya, baik Mandela maupun Bung Karno, harus dipenjara karena kegiatan politik yang mereka lakukan.
Karena itu, membandingkan Nelson Mandela dan Bung Karno dengan Anas Urbaningrum sebagaimana penilaian seorang fungsionaris Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) selain tidak tepat, juga menyesatkan. Ormas PPI memang dibentuk Anas pasca ia ditetapkan sebagai tersangka dalam skandal korupsi proyek Hambalang. Wajar kalau ormas ini memandang Anas begitu hebat.
Tapi sekali lagi, Anas bukan seperti Bung Karno atau Mandela yang dipenjara karena memperjuangkan kepentingan bangsanya. Jauh dari urusan bangsa, Anas jadi tersangka dan kemudian ditahan KPK karena tuduhan menerima gratifikasi dari sebuah proyek korupsi!
Bung Karno dan Mandela pun sudah teruji oleh sejarah, penjara tak membuatnya mundur dari keyakinan politik untuk terus berjuang demi rakyatnya. Dan seperti kutipan Nietzsche, penjara justru membuat Mandela dan Bung Karno semakin besar, melampaui batas-batas kebangsaan dan negerinya. Dunia menyokong mereka.
Namun Anas, kita tahu, hanya seorang politisi muda yang tampaknya tak tahan dengan godaan. Bagi mereka yang tahu siapa Anas semasa mahasiswa dan membandingkannya dengan kekayaan yang ia miliki sekarang, pasti akan bertanya-tanya: dari mana semua harta itu ia dapatkan?
Sebetulnya di tengah stagnasi politik dan mandeknya regenerasi kepemimpinan, Anas sempat muncul sebagai salah satu harapan masa depan. Tapi secepat ia meroket, secepat itu pula ia tersungkur. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang kelak menyidangkan kasusnya, akan membuka mata kita tentang segala praktik korup yang selama ini menyelimuti berbagai proyek pembangunan yang melibatkan partai politik.
Tapi Anas masih muda. Ia mungkin masih memiliki masa depan. Ia juga punya kesempatan untuk memberikan sumbangan terhadap perbaikan negeri. Caranya dengan menjadi justice collaborator, bekerjasama dengan penyidik KPK, mengungkap siapa saja yang terlibat dalam proyek-proyek yang merugikan negara.
Ruang tahanan KPK akan membuat Anas menjadi lebih kuat, kalau ia bertindak benar. Dia tak perlu lagi melempar kode-kode yang hanya ia pahami sendiri. Sejelas ia menyebut nama-nama petugas KPK dan Presiden SBY, sejelas itu pula kita harapkan Anas mengungkap seluruh persekongkolan busuk dalam skandal Hambalang.
Anas, bicaralah yang gamblang.
Anas, Bicaralah yang Gamblang
Tapi sekali lagi, Anas bukan seperti Bung Karno atau Mandela yang dipenjara karena memperjuangkan kepentingan bangsanya. Jauh dari urusan bangsa, Anas jadi tersangka dan kemudian ditahan KPK karena tuduhan menerima gratifikasi dari sebuah proyek korupsi!

EDITORIAL
Minggu, 12 Jan 2014 18:10 WIB


Anas Urbaningrum ditahan KPK, skandal Hambalang, Nelson Mandela dan Bung Karno, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI)
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai