Erin mengatakan, angkatan udara membutuhkan industri yang mampu memproduksi bahan bakar alternatif dengan harga yang kompetitif. Saat ini harga biofuel mencapai 350 ribu rupiah per galon, jumlah itu 10 kali lipat dibanding bahan bakar jet konvensional.
Kata Erin, hasil uji coba menunjukkan pesawat tempur dan cargo bisa menggunakan biofuel yang dicampur bahan bakar jet tradisional dan tidak berdampak pada kecepatan atau kinerjanya di udara.
Bahan bakar alternatif yang digunakan untuk pesawat jet berasal dari minyak tanaman camelina, lemak hewan dan berbagai macam limbah minyak lainnya. Selain itu, angkatan udara dan penerbangan komersil melakukan uji coba dengan menggunakan biofuel yang diproduksi dari bahan baku selulosa, termasuk rumput, padi-padian dan gula.
Konsumsi bahan bakar Angkatan Udara AS hampir sama dengan maskapai penerbangan komersil, sekitar 25 miliar galon per tahun. Sementara itu, Angkatan Laut dan Angkatan Darat AS juga berusaha mempromosikan penggunaan bahan bakar alternatif untuk kapal dan kendaraan tempur di darat.
Hingga saat ini AS masih bergantung pada pasokan bahan bakar dari luar negeri, kondisi ini bisa mengancam keamanan dalam negeri dan meningkatkan beban keuangan negara.
Sumber: AFP