Kelompok militan Islam yang menahan tentara perdamaian PBB asal Fjiji di Dataran Tinggi Golan, pekan lalu, menuntut agar nama mereka dicoret dari daftar teroris dunia dan meminta kompensasi atas tewasnya sejumlah anggota dalam pertempuran.
Kepala kontingen Fiji Mosese Tikoitoga mengatakan, perundingan antara kelompok Nusra Front dan juru runding PBB tengah berlangsung di Suriah.
“Penculik tak mau menyebutkan keberadaan tentara kami, namun mereka memastikan bahwa para tentara dalam kondisi baik. Mereka juga berjanji akan mundur dari lokasi pertempuran,” kata Tikoitoga
Pertempuran sengit terjadi Senin (1/9), antara tentara Suriah dan kelompok militan di dekat lokasi dimana 45 tentara perdamaian Fiji ditahan. Jumlah tentara yang ditahan mencapai 44 orang.
Perang saudara di Suriah, yang sudah berlangsung selama tiga tahun, meluas hingga ke wilayah yang dikuasai Israel. Kelompok militan menyeberangi perbatasan Isreal dan Suriah di Dataran Tinggi Golan.
Kelompok itu menyerang pasukan PBB yang berpatroli di sepanjang perbatasan itu. Setelah penangkapan tentara Fiji, sekitar 70 netara Filipina juga sempat dikepung selama dua hari sebeluim akhirnya bisa meloloskan diri.
Nusra Front, yang merupakan bagian dari al Qaeda, memutuskan menahan pasukan perdamaian karena PBB mendukung Israel.
Tikoitoga mengatakan, kelompok itu meminta ganti rugi atas tewasnya tiga rekan mereka saat konfrontasi dengan pasukan PBB. Serta bantuan kemanusiaan pada warga Ruta, yang menjadi basis kekuatan Nusra Front di luar Damaskus. Mereka juga menuntut agar nama kelompok tak ada lagi di daftar teroris PBB. (trust.org)