Bagikan:

Lumut di Semenanjung Antartika Berusia 150 Tahun

KBR68H, Washington - Tidak seperti sebagian besar benua yang beku, Semenanjung Antartika mengalami musim panas dimana es mencair.

INTERNASIONAL

Kamis, 12 Sep 2013 08:44 WIB

Author

Eva Mazrieva

Lumut di Semenanjung Antartika Berusia 150 Tahun

lumut, semenanjung antartika, 150 tahun

KBR68H, Washington - Tidak seperti sebagian besar benua yang beku, Semenanjung Antartika mengalami musim panas dimana es mencair. Disinilah, Jessica Royles, mempelajari zona bebas salju ketika lumut menyelimuti kawasan itu. Ia seorang ahli biologi di Cambridge University dan British Antarctic Survey, organisasi yang menyelenggarakan penelitian ilmiah Inggris di Antartika.
 
“Kami ingin tahu bagaimana tingkat pertumbuhan lumut , bagaimana kondisi pertumbuhan dan populasi mikroba berubah selama 150 tahun di mana lumut ini tumbuh dan berkembang,”katanya.

Untuk menjawab pertanyaan itu, Jessica Royles dan timnya meneliti bagian dasar dari lumut yang diambil dari daerah terpencil dan sebagian besar tidak dapat diakses.
 
“Apa yang kami temukan adalah lumut mulai tumbuh sekitar tahun 1860. Jadi kira-kira 150 tahun yang lalu . Lumut itu  tumbuh dan berkembang selama itu. Tapi sekitar tahun 1960, laju pertumbuhannya meningkat sangat cepat, hingga mencapai antara lima - enam milimeter per tahun,”ungkapnya.

Mikroba-mikroba dalam lumut juga berkembang pesat selama rentang waktu yang sama. Menurut Royles, perubahan ekologi ini disebabkan oleh kenaikan suhu, peningkatan curah hujan dan angin yang kuat.

“Hal ini jelas menunjukkan bahwa baik tanaman dan mikroba jelas-jelas sangat sensitif terhadap perubahan iklim yang terjadi selama 50 tahun belakangan dan dalam kurun waktu itu hamparan lumut ini telah berkembang dan mengalami perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya,”jelasnya.

Lebih jauh ke wilayah utara di Semenanjung Antartika, Royles melanjutkan analisa hamparan lumut yang sudah tumbuh 5.000 tahun lebih.

“Kini, kita dapat menggunakan hamparan lumut sebagai arsip-paleo perubahan terakhir lingkungan dan bagaimana kejadiannya. Pemahaman tentang bagaimana perubahan fisik iklim terjadi dan tanggapan biologis terhadapnya akan menambah pemahaman mengenai sistem iklim bumi,”katanya.

Jessica  Royles menambahkan, flora dan fauna kutub yang menyesuaikan dengan suhu yang menghangat ini akan mengubah ekologi dan tampilan Antartika  secara fundamental. Studi ini dirilis dalam publikasi Cell Press, Current Biology. (VOA)

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending