Presiden Barack Obama mengklaim bahwa pesawat militer Amerika Serikat telah menerjunkan bantuan makanan dan air untuk ribuan warga Irak yang dikepung oleh kelompok militan di puncak gunung di Irak utara.
Dia juga telah memerintahkan angkatan udara untuk melancarkan serangan ke kelompok militan jika mereka terus bergerak untuk merebut Erbil, mengancam warga dan personil militer AS di sana.
Obama menyebut pemerintah Irak sudah meminta bantuan AS untuk mendrop bantuan kemanusiaan bagi warga Irak, yang sebagian besar adalah kelompok agama minoritas, yang terjebak di pegunungan.
Presiden menegaskan, warga yang terkepung itu mendapat perlakuan barbar dari ISIS dan terancam bakal dieksekusi secara massal. Kelompok minoritas itu menghadapi pilihan, turun dari gunung dan dibantai atau bertahan dan mati pelan-pelan karena kelaparan dan kehausan.
Badan PBB untuk anak-anak Unicef mengungkapkan, pengepungan di pegunungan Sinjar telah menyebabkan 40 anak meninggal akibat kepanasan dan dehidrasi. Sementara 40 ribu orang berlindung di pegunungan tanpa makanan dan minuman.
Meski demikian, Obama tetap akan mengakhiri keterlibatan AS di perang Irak. Dia kembali berjanji negaranya tak akan mengirim pasukan darat ke negara itu.
Kelompok Kurdi dan pejabat Irak menyatakan serangan udara AS sudah dimulai pada Kamis (7/8) waktu setempat di kota-kota yang dikuasai ISIS. Pejabat Kurdi menyebut serangan difokuskan pada dua kota, Gwer dan Mahmour. Kedua kota itu tak jauh dari Erbil.
Namun Pentagon membantah bahwa AS sudah memulai serangan itu. Menurut Pentagon, serangan udara bakal dilakukan sekutu AS, baik oleh militer Irak atau Kurdi.
Serangan udara ini menunjukan perubahan kebijakan Obama terkait Irak. Sejumlah petinggi militer menegaskan mereka tak punya rencana mengirimkan angkatan darat ke negara itu.
Namun, beberapa analis mengatakan, semua jenis tindakan militer akan membuka peran yang lebih besar bagi AS dalam konflik antara pemerintah Irak dengan kelompok militan. Dalam beberapa pekan terakhir, terus meminta bantuan senjata karena ISIS terus memperluas kekuasaannya di barat laut Irak. (nytimes)