KBR68H – Kepolisian Australia membuka kembali kasus pembunuhan yang terjadi 50 tahun yang lalu. Ini dilakukan setelah polisi memastikan sisa-sisa jenazah dari kasus pembunuhan tersebut teridentifikasi sebagai Judith Bartlett, yang hilang sejak 1964.
Sisa tengkorak itu ditemukan di semak-semak di daerah terpencil di Gooloogong di New South Wales pada Mei 2009. Tes yang dilakukan pada April lalu memastikan, tengkorak itu adalah Judith Bartlett yang terakhir kali terlihat 90 mil dari daerah Bathrust. Tengkorak itu diperkirakan sudah berada di semak-semak itu pada pertengahan 60-an.
“Kami membuka lagi kasus pembunuhan yang terjadi puluhan tahun lalu atas dasar temuan tersebut,”kata detektif Denise Godden.
Ketika dinyatakan hilang, Bartlett tinggal di Bathrust bersama suaminya, Ronald dan tiga orang anaknya yang berusia antara 2 hingga 10 tahun. Ketika itu, Bartlett berusia 28 tahun. Polisi mengemukakan, hasil temuan tersebut telah membuat keluarga yang ditinggalkan merasa lega.
“Ibu sangat mencintai kami,”kata putrinya Francis Ryan yang berpuluh-puluh tahu tidak tahu apakah ibunnya meninggalkan mereka atau menjadi korban kejahatan.
Kata Ryan, dia dan kakaknya akhirnya tahu bahwa ibunya tidak pergi begitu saja melainkan diculik pada malam hari. Bartlett terakhir kali terlihat sedang menuju tempat dia bekerja di The Royal Hotel pada Maret 1964.
“Kami berharap bisa menemukan banyak jawaban untuk keluarga Bartlett. Apakah kami bisa menemukan tersangka, itu merupakan pertanyaan yang sulit dijawab. Tetapi, kami yakin seseorang di luar sana pasti ada yang tahu,”kata Detektif Godden. (Asiaone)
Polisi Australia Buka Kasus Pembunuhan 50 Tahun Lalu
KBR68H

INTERNASIONAL
Senin, 27 Mei 2013 13:51 WIB


pembunuhan, 50 tahun lalu, australia
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai