KBR - Kepolisian Indonesia menggunakan kembali seragam loreng pelopor untuk Korps Brigade Mobil Polri. Kapolri Sutarman mengatakan, penggunaan baju dinas lapangan bermotif loreng guna mempertahankan nilai-nilai historis perjuangan Brimob.
Anggota Kompolnas, Hamidah Abdurrahman mengatakan dia khawatir seragam baru ini akan cenderung menjadi militeristik dan melupakan tugasnya sebagai seorang polisi yaitu melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Karena itu dia meminta ada rambu-rambu yang sangat jelas dan tegas soal pemakaian seragam baru Brimob ini.
Ini perbincangan selengkapnya dalam Program Sarapan Pagi KBR (18/11).
Kompolnas setuju bahwa Brimob harus kembali menggunakan seragam loreng untuk bertugas penyamaran?
“Ya ini memang agak sedikit dilematis untuk Kompolnas ya. Karena satu kita melihat bahwa seragam ini akan menampilkan kembali sosok Polri yang militeristik, ini awam melihatnya. Mungkin Polri menganggap bahwa dibutuhkan untuk tugas dan seterusnya tetapi masyarakat melihat ini sosok militeristik. Ini akan memberikan pengaruh yang cukup besar pada Brimob dengan seragam barunya ini bahwa mereka bukan cuma pasukan khusus dan elit tapi juga militer.”
“Ini yang kita khawatirkan karena kami juga menerima pengaduan selama ini, bahwa ada tindakan-tindakan dari Brimob yang berlebihan dalam berhadapan dengan masyarakat. Tidak usah jauh-jauh di Papua, di lingkungan dekat Jakarta juga terjadi. Kalau nanti pada situasi dimana Brimob berhadapan dengan masyarakat misalnya dalam eksekusi lahan dimana Brimob ini diturunkan untuk mengamankan situasi dan mereka dengan seragam barunya ini, ini tindakan yang tadinya bersifat pengamanan saja berubah menjadi kekerasan.”
“Ya mungkin bisa saja misalnya ini memang diperlukan daerah di luar pulau Jawa misalnya dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, rawan, beresiko bagi Brimob tapi bagaimana caranya Polri mengawasi semua itu.”
Selama ini saja pengawasan dengan seragam seperti itu kerap tidak maksimal ya?
“Iya apalagi kemarin dalam kasus Makassar sendiri Kapolri mengakui bahwa mengawasi 420 ribu anggota Polri itu tidak mudah sehingga kekerasan masih terjadi dimana-mana. Kekerasan masih menjadi modus. Apalagi dilengkapi dengan seragam yang baru ini menurut saya kontroversial.”
Masyarakat juga bingung ya ini yang TNI mana Polri mana begitu ya?
“Iya meskipun Kadivhumas mengatakan bahwa beda tapi yang tahu beda itu ya polisi tetapi masyarakat awam tidak tahu. Sehingga Kompolnas sangat menghimbau kepada Polri agar membuat aturan yang sangat jelas tentang dimana seragam itu digunakan, untuk keperluan apa, dan bagaimana mengawasi penggunaannya. Lalu seandainya ada pelanggaran terhadap penggunaan itu bagaimana tindakannya.”
Apakah juga nanti berpengaruh ke mentalitas prajurit Brimob?
“Iya jelas. Menurut saya dengan pakaian yang kemarin saja kita melihat bahwa Brimob ini memang karena dia merasa pasukan khusus, pasukan elit memiliki power yang lebih. Apalagi dengan seragam baru ini tentu tampilan Brimob ini sangat berbeda akan cenderung menjadi militeristik. Mereka mungkin melupakan tugasnya seorang polisi yang juga melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. “
Apakah nanti dari Kompolnas akan meminta atau memberi rekomendasi kepada Kapolri untuk membatalkan putusan soal seragam?
“Kami segera melakukan rapat internal karena ini juga masih banyak komisioner yang berada di daerah. Kita akan memberikan beberapa masukan untuk Polri, rekomendasi yang menjadi pertimbangan bagi Kapolri dalam penggunaan seragam ini.”
Kapan rencananya?
“Kita dalam minggu ini bisa hadir semua dan kita rapat kemudian kita sampaikan juga rekomendasinya pada minggu ini juga.”
Gambaran rekomendasinya seperti apa?
“Satu kita minta bahwa ada rambu-rambu yang sangat jelas dan tegas. Jadi jangan hanya dikatakan bahwa ini digunakan di daerah tertentu yang tingkat kerawanannya tinggi. Ini masih elastis kan, daerah tertentu itu mana. Nanti supaya jelas misalnya hutan itu hutan mana, apa yang dimaksud dengan tingkat kesulitan, ancaman yang cukup tinggi harus dijelaskan. Itu yang akan kita minta untuk dibuatkan aturan yang jelas karena ini sudah terlanjur juga.”
“Sebenarnya menurut saya disamping seragam tadi dikatakan bahwa yang tahu tentang Brimob itu adalah polisi sendiri. Tapi saya melihat ada hal yang dilupakan misalnya tentang keselamatan Brimob itu dan keselamatan angotanya juga ini bukan dari seragam saja.”
“Sudah sejak lama kami sampaikan bahwa sebenarnya bagi anggota Polri yang bertugas di daerah-daerah tertentu, rawan penuh resiko itu apakah mereka dilindungi juga oleh asuransi. Kalau mereka mengalami musibah, lalu bagaimana dengan keluarganya. Ini juga harusnya menjadi perhatian Kapolri bukan hanya seragam yang dilengkapi tetapi juga hal-hal lain yang sangat dibutuhkan seperti sarana prasarana, kemudian operasional termasuk misalnya asuransi.”
“Juga hal-hal yang melekat pada diri seorang anggota Polri yang bertugas di daerah-daerah khusus. Rupa-rupanya Polri dengan mengeluarkan anggaran yang cukup besar karena memenuhi kebutuhan seragam seluruh Brimob di Indonesia, memilih seragamnya lebih dahulu daripada asuransi yang memberikan motivasi bagi si anggota Brimob ini bekerja kalau dia merasa aman dan nyaman. Justru hanya dengan seragam ini menimbulkan kontroversial, pendapat masyarakat yang pro dan kontra ini tidak bagi citra polisi.”
Kompolnas: Pemakaian Seragam Loreng Brimob Harus Diatur Tegas
Lalu seandainya ada pelanggaran terhadap penggunaan itu bagaimana tindakannya.

BERITA
Senin, 01 Des 2014 17:17 WIB


Brimob, seragam Loreng, Polisi, Militeristik
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai