Bagikan:

Pemerintah Ingin Anak Nyaman di Sekolah

KBR68H,Jakarta-Pada akhir tahun 2013 ini, sebuah studi internasional menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam bidang matematika, sains, dan membaca masih rendah.

BERITA

Senin, 16 Des 2013 13:21 WIB

Pemerintah Ingin Anak Nyaman di Sekolah

KBR68H,Jakarta-Pada akhir tahun 2013 ini, sebuah studi internasional menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam bidang matematika, sains, dan membaca masih rendah. Ini didasarkan pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) 2012. Pada penilaian yang dipublikasikan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan UNESCO tersebut,  Indonesia nyaris berada di nomor kunci. Peringkat ke 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes tersebut. 


Studi dilaksanakan OECD dan UNESCO Institute for Statistics per tiga tahun. Riset itu bertujuan mengukur kemampuan siswa pada akhir usia wajib belajar untuk mengetahui kesiapan siswa menghadapi tantangan masyarakat-pengetahuan (knowledge society) dewasa ini.
Sistem pembelajaran Indonesia diakui masih belum banyak berubah, ini terlihat dari berbagai studi perbandingan internasional yang membandingkan Indonesia dengan berbagai negara. Termasuk studi yang dilakukan OECD dan UNESCO Institute for Statistics itu.  Inilah yang mendorong pemerintah mencari tahu sumber kelemahan Indonesia dari segi matematika, sains dan membaca.


Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ramon Muhanda mengatakan kemampuan intelektualitas anak-anak Indonesia sangat beragam.  “Variasi di sekolah kita itu memang luar biasa tinggi. Ada yang sangat pintar ada juga yang paling bodoh sedunia. Kalau yang pintar-pintar itu adalah anak yang punya kapasitas sama dengan anak-anak di dunia. Sehingga kalau mereka beradu secara internasional mereka jago-jago mendapat medali emas. Tapi kalau ditarik secara statistik, dirata-ratakan itu yang jelek lebih banyak daripada yang bagus,” kata Ramon dalam program Daerah Bicara KBR68H (11/12)


Kondisi ini pula yang menyebabkan Kementerian Pendidikan akhirnya memasukan materi-materi pembelajaran yang tidak dimiliki oleh Indonesia tapi ada di negara lain ke kurikulum 2013. Pemerintah juga memutuskan mengubah sistem pembelajaran yang lebih mengutamakan praktik ketimbang teori. Diharapkan dengan sistem ini dapat menyiapkan anak didik ke dunia kerja atau dunia nyata.
Perubahan lewat pemberlakuan kurikulum 2013 paling terlihat pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Ramon mengatakan perubahan itu terjadi pada pembelajaran, sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Namun untuk tingkat Sekolah Dasar yang ditekanankan adalah pembelajaran terhadap sikap, tentunya melalui kegiatan kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.


Pemerintah ingin anak-anak nyaman belajar di sekolah, sehingga datang ke sekolah dengan antusias. Oleh karena itu di masa datang rapor para siswa Sekolah Dasar tidak ada lagi angka dalam mata pelajaran. Kata Ramon, nantinya penilaian berupa narasi-narasi yang bersifat positif. Selain itu sistem remidial atau pengulangan juga akan diberlakukan, sehingga nantinya tidak ada anak-anak yang tinggal kelas jika nilai mereka tidak mencukupi rata-rata.


Tak hanya itu, pelatihan dan pendampingan terhadap guru mengenai kurikulum 2013 juga tak kalah penting. Supaya penerapannya kepada anak didik dapat seragam. Belum lagi, masih banyak guru yang belum memahami kurikulum tersebut.  


Namun nantinya semua guru harus berkontribusi untuk membentuk sukip anak di Sekolah Dasar. Pelajaran sains dan matematikapun juga dibuat lebih nyata seperti bermain, tidak hanya sekedar teori saja. Sehingga diharapkan dengan adanya kurikulum 2013 ini, akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia.


Perbincangan ini kerjasama KBR68H dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Editor: Vivi Zabkie

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending