Bagikan:

KPU: Target 75 Persen Pemilih pada Pemilu 2004 Masuk Akal

KBR68H, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) menargetkan partisipasi pemilih pada pemilu 2014 mendatang mencapai 75 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT).

BERITA

Jumat, 06 Des 2013 21:34 WIB

Author

Ade Irmansyah

KPU: Target 75 Persen Pemilih pada Pemilu 2004 Masuk Akal

pemilu, kpu, partisipasi pemilih

KBR68H, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) menargetkan partisipasi pemilih pada pemilu 2014 mendatang mencapai 75 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT). Komisioner KPU, Arif Budiman mengatakan, besaran tersebut merupakan angka yang masuk akal. Meski hanya naik sekitar empat persen dibanding Pemilu 2009 lalu, upaya pemenuhan target itu sudah dilakukan semua sumber daya yang ada di KPU.

“Oh tidak ada batasannya, pokoknya kita kerjakan terus upaya-upaya untuk meningktakan partisipasi pemilih, Cuma kita punya target sekurang-kurangnya 75 persen. Jadi naiklah empat persen. empat persen dari 186 juta itu kira-kira tujuh jutaan lah. Menaikkan tujuh jutaan orang itu sangat besar mas, kira-kira se DKI, itu bukan perkara mudah itu”, ujarnya kepada wartawan di Kantor KPU.

Arif Budiman menambahkan, dukungan dari partai politik peserta pemilu dan seluruh elemen masyarakat juga menjadi faktor penting untuk mencapai target tersebut. Ia berharap partai politik bisa memanfaatkan masa kampanye yang cukup panjang untuk membantu menyosialisasikan dan memberi pendidikan politik kepada masyarakat.

Dalam pelaksanaan Pemilu Presiden 2009, jumlah warga yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput sebesar 49.677.776 atau 29, 0059 persen. Sejak pemilu 1999 hingga 2009, partisipasi pemilih terus turun. Pada pemilu 1999 partisipasi pemilih 90 persen, kemudian 2004 sekitar 84 persen, di pemilu 2009 tinggal sekitar 70 persen partisipasinya.

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending