Bagikan:

Natal dan Teladan Toleransi GP Anshor

Perayaan Natal tinggal hitungan hari lagi. Umat Kristiani bersiap menyambut kelahiran Yesus Kristus, yang diyakini sebagai penebus dosa manusia. Salah satu isu dalam perayaan Natal adalah penjagaan keamanan di seluruh gereja-gereja. Ini bukanlah suatu hal

BERITA

Jumat, 21 Des 2012 14:32 WIB

Author

Dimas Rizky

Natal dan Teladan Toleransi GP Anshor

Natal, GP Anshor

KBR68H- Perayaan Natal tinggal hitungan hari lagi. Umat Kristiani bersiap menyambut kelahiran Yesus Kristus, yang diyakini sebagai penebus dosa manusia. Salah satu isu dalam perayaan Natal adalah penjagaan keamanan di seluruh gereja-gereja. Ini bukanlah suatu hal yang berlebihan. Apalagi setelah terjadi bom Natal pada 2000 lalu. Fenomena menarik, bukan hanya polisi maupun aparat penegak hukum lainnya yang berjaga di gereja, namun ormas keagamaan seperti Ansor dan Bansor juga turut serta dalam penjagaan Natal.

Ketua Bidang Organisasi GP Anshor Jawa Timur Ahmad Heri menyebutkan ikut menjaga keamanan Natal, sudah menjadi tradisi yang termasuk dalam tugas kemanusian, kebangsaan dan keagamaan. Tiga aspek ini juga yang diajarkan induk Anshor, Nahdatul Ulama. Kata dia, ini juga sebagai salah satu bentuk toleransi keagamaan, dalam menjaga rasa aman menjalankan ibadah umat beragama lainnya.  GP Anshor kata dia, tergerak untuk membantu aparat keamanan bersenjata dalam menjaga keamanan di sekitar gereja.

Apa yang dilakukan GP Anshor itu, sangat dirasakan umat Kristiani yang merayakan Natal. Sekretaris  Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jawa Timur, Simon Filantropa mengatakan, umat merasakan lebih dekat dengan saat dijaga Anshor. Kata dia, umat kadang merasakan “ngeri” jika aparat yang menenteng senjata, ikut menjaga gereja. Menurut Simon, secara psikologis, umat merasa tertekan saat menjalani ibadat Natal di gereja. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan satgas Anshor. Menurutnya kedekatan itu terjaga, karena tak ada dari mereka yang membawa senjata.

Hubungan harmonis itu juga terjalin baik pasca bom Natal tahun 2000 di Mojokerto. Simon menceritakan ada korban seorang Banser bernama Riyanto. Kata dia, peristiwa ini dapat membuka mata semua orang tentang rasa sosial dan kemanusiaan yang dapat mengalahkan ego atas diri dan keyakinan tertentu. “Saya merefleksikannya bahwa peristiwa Natal saat itu, justru dihadirkan oleh seseorang yang menembus batas,” ungkap Simon.

Jasa Gus Dur

Sekretaris GKI Jawa Timur Simon Filantropa menyebutkan apa yang dilakukan Anshor dan NU mengamankan gereja saat Natal adalah berkat jasa Gus Dur. Menurut dia, bekas presiden itu mengajarkan banyak perihal tentang toleransi antarumat beragama dan berkeyakinan. Kata dia, Gus Dur berhasil mengajarkan nilai-nilai humanisme kepada semua masyarakat, tanpa mengenal suku, agama dan ras. Dia berharap spirit yang diajarkan Gus Dur ini tak hilang atau menguap begitu saja.

Cak Heri, sapaan akrab Ahmad Heri juga menyebutkan ajaran Gus Dur itu merupakan salah satu warisan, baik di Anshor maupun komunitas NU. Karena itu menurut dia, rasa kemanusiaan yang bisa diwujudkan dengan toleransi ala Gus Dur ini, harus selalu menjadi pegangan komunitas secara khusus, dan masyarakat secara umum. “Saya harap terus bermunculan Gus Dur-Gus Dur kecil lainnya,” tutupnya.



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending