Bagikan:

Edukasi Publik tentang Virus Flu Burung!

KBR68H, Jakarta - Serangan virus flu burung yang mematikan itik terus meluas. Menurut catatan pemerintah, virus flu burung telah menyebar ke enam provinsi.

BERITA

Senin, 24 Des 2012 15:14 WIB

Author

Doddy Rosadi

Edukasi Publik tentang Virus Flu Burung!

flu burung

KBR68H, Jakarta - Serangan virus flu burung yang mematikan itik terus meluas. Menurut catatan pemerintah, virus flu burung telah menyebar ke enam provinsi. Daerah itu yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Lampung, dan Sulawesi Barat. Di Jawa Timur, virus Flu Burung sudah berstatus kejadian luar biasa setelah ribuan itik mati mendadak. Pemerintah Jawa Timur pun mengakui tidak memprediksi kejadian ini. Menghadapi kondisi ini, para peternak pun terpaksa memotong hewan mereka lebih awal. Ini dilakukan agar mereka tidak terus merugi akibat virus flu burung. Apa seharusnya langkah yang harus diambil dalam mengatasi situasi seperti ini? Simak perbincangan KBR68H dengan Peneliti flu burung Kade Mahardika dalam program Sarapan Pagi.

Pemusnahan apakah menjadi satu-satunya cara untuk meredam penyebaran virus flu burung varian baru ini?

Kalau wilayah baru dengan skala wabah yang tidak begitu besar, teknik yang paling baik itu dengan stamping out. Artinya tidak hanya hewan yang sakit dan kontak dengannya, tapi dalam radius 1-2 kilometer itu idealnya. Karena meskipun kelihatan mahal tetapi biaya jangka panjang termasuk public health itu menjadi jauh lebih murah daripada penanganan jangka panjang. Saya kira itu memang metode yang paling baik, diaplikasikan dimana-mana negara maju misalnya Jepang, Korea, bahkan Malaysia melakukannya dan hasilnya jauh lebih baik daripada tidak dilakukan seperti itu.

Tapi banyak yang menolak pemusnahan ini dengan alasan ganti rugi yang tidak sesuai, bagaimana?

Saya sangat setuju itu. Itulah kendala negara kita, bahwa biaya kompensasi jauh di bawah harga pasar. Di beberapa negara dibalik, kompensasi diberikan dengan harga yang lebih tinggi dari pasar sehingga banyak orang yang sukarela melakukannya dan belum lagi di negara kita kadang-kadang biaya kompensasi itu turun dibayar tahun yang akan datang sehingga masyarakat tetap merasa dirugikan.

Tadi anda bilang paling efektif adalah pemusnahan, sudah terjadi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, dan Sulawesi Barat. Apakah ini menjadi sangat segera gagasan untuk melakukan pemusnahan unggas massal?

Kalau sudah meluas demikian hebat memang saya kira pilihan pemusnahan sudah tidak efektif lagi. Satu virusnya sudah menyebar kemana-mana, untuk diketahui bahwa virus ini memiliki ekologi yang kompleks sekali, tidak simpel seperti penyakit rabies misalnya bahwa yang bawa itu anjing dan anjingnya sakit. Tapi kalau virus flu burung banyak unggas-unggas terutama itik yang tua kelihatannya sehat, tetapi membawa virus kemana-mana dan ini yang beresiko tinggi. Kalau sudah menyebar cukup luas, saya kira pemusnahan tidak efektif lagi meskipun diganti dengan biaya mahal.

Lalu apa yang efektif?

Yang bisa dilakukan kalau di daerah baru pilihan utama tetap pemusnahan dan masyarakat juga diberikan edukasi bahwa pemusnahan itu dengan biaya kompensasi meskipun sekecil apapun. Ini bermakna tidak hanya untuk kesehatan mereka tetapi kesehatan masyarakat secara luas, edukasi publiknya harus gencar. Kedua, kalau daerahnya cukup luas maka vaksinasi kemudian menjadi pilihan.

Tapi vaksin belum ada bagaimana?

Virus ada dua macam yang disebut grade baru 2.3.2 maupun grade lama 2.1. Kalau itik itu kemudian sakit belum tentu oleh 2.3.2 ini, bisa saja oleh 2.1 kita tidak tahu, itu hanya bisa tahu dengan pengujian lab yang cukup mahal. Tidak bisa kita dengan melihat itik positif mengandung flu burung oleh 2.3.2 kemungkinan juga 2.1. Kalau sudah demikian artinya vaksin mungkin bisa sangat menolong kalau dalam kasus misalnya 2.1 dan tentu saja pemerintah harus mendorong produksi vaksin yang baru ini.

Selama ini hanya rapat-rapat tapi tidak ada aksinya, menurut anda bagaimana kalau melihat kerja pemerintah?

Disini sebenarnya pemerintah memang tidak bisa menyelesaikan segalanya. Pemerintah bisa bekerjasama dengan swasta, bekerjasama dengan peneliti di kampus kemudian untuk segera mendesain vaksin baru. Sehingga bayangan saya awal Januari sudah tersedia kalau memang disetujui oleh pemerintah, teknologi sudah tersedia di perusahaan swasta yang memproduksi vaksin, virusnya sudah ditemukan sehingga waktunya mungkin dua minggu sudah siap. Ini kasusnya darurat, tidak bisa lagi syarat ideal harus begini-begitu dilakukan, asal tidak memberikan resiko yang lebih luas saya kira pemerintah tidak ada pilihan yaitu mendorong produksi vaksin yang baru. Sementara pemerintah sendiri dengan kapasitas yang ada  tidak mungkin segera melakukan itu, sementara swasta dan peneliti di kampus mampu melakukannya.       

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending