Bagikan:

Ayo Bijak Gunakan Antibiotik

BERITA

Rabu, 19 Des 2012 15:51 WIB

Ayo Bijak Gunakan Antibiotik

Pengalaman pasien

Yuli punya pengalaman buruk dengan antibiotik. Lima tahun lalu, ketika mengkonsumsi antibiotik, perutnya nyeri dan wajahnya lebam memerah. Yuli lantas mengadu ke dokter. Dokter lantas mencari antibiotik mana yang netral dan tidak bikin saya nyeri perut. Tapi tiap kali diberi antibiotic yang berbeda, hasilnya selalu sama, nyeri di wajah memerah.

Menurut dokter yang merawat Yuli, tubuhnya tak menerima antibiotic. Dokter terus usaha cari antibiotic yang cocok, dengan cara coba-coba. Tapi hasilnya sama saja. Sampai pemberian antibotik yang terakhir, Yuli merasa lebih baik, meskipun masih ada efek di mana wajahnya membengkak dan memerah.

4 Tepat 1 Waspada

Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Instalasi dari Rumah Sakit Sutomo, Usman Hadi mengatakan, antibiotik sebetulnya berguna untuk membunuh kuman infeksi. Namun ada syarat tertentu dalam penggunaannya, yaitu 4 Tepat dan 1 Waspada.

- Tepat indikasi: antibiotik digunakan dengan diagnosa yang benar, sehingga tepat obat yang diberikan

- Tepat obat: pilihan obat harus benar untuk penyakit yang disasar

- Tepat penderita: misalnya obat untuk ibu hamil, orang dewasa dan anak-anak tentu berbeda, dan ini harus tepat diberikan sesuai penderitanya

- Tepat dosis dan cara pemberian: ada obat yang diberikan 1x sehari, ada juga yang 2x sehari, semua harus diberikan sesuai dosisnya, juga cara pemberian seperti yang dianjurkan

- Waspada efek samping obat: sebaiknya setiap orang mencatat efek apa yang didapat dari pemberian antibiotik yang berbeda. Efek samping yang mungkin timbul adalah iritasi lambung atau gangguan lainnya.

Tak rasional

Siapa yang sebetulnya tak rasional dalam persoalan antibiotik ini? Menurut dokter Usman Hadi, dokter bisa tidak rasional karena memberikan antibiotik dengan indikasi yang tidak tepat. Masyarakat juga kerap tak rasional menggunakan antibiotik. Masyarakat ada yang menganggap semua penyakit bisa diobati dengan antibiotik, sehingga penggunaannya jadi tidak rasional. Dan ini bisa memicu kekebalan terhadap antibiotik. Ada juga pasien yang minta kepada dokter agar diberikan resep antibiotik, sampai ke penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dosis (misalnya, tidak tuntas meminum antibiotik yang sudah diresepkan). Itu nggak benar. Justru antibiotik yang penggunaannya tak tepat bisa memicu kuman kebal antibiotik.

Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Instalasi dari Rumah Sakit Sutomo, Usman Hadi mengatakan, terlalu sering seseorang kontak dengan antibiotik, maka sesering itu pula kuman menjadi kebal dengan antibiotik. Karena kalau minum antibiotik, kuman yang baik dalam tubuh akan mati. Justru yang hidup malah kuman jahat yang telah kebal. Makin lama kuman jahat kebal itu berkembang. Jadi berikan antibiotik dengan indikasi kesehatan yang tepat.

Penelfon Faisal dari Aceh berbagi pengalamannya menggunakan antibiotik. Ia sering mengobati sendiri penyakitnya. Kalau demam, saya biasanya pakai antibiotik amoxicilin, didampingi paracetamol dan CTM. Saya bisa sembuh. Apakah yang saya lakukan ini ada efek yang berbahaya atau tidak?

Dokter Usman mengingatkan, tidak semua demam harus diobati dengan antibiotik. Antibiotik itu bukan obat demam. Kita kalau demam harus tahu apa penyebabnya, tambahnya. Kalaupun pasien batuk sekalipun, 80% penyebabnya adalah virus dan virus tak bisa dibunuh dengan antibiotik. Untuk membunuh virus, jika daya tahan tubuh kita baik, dalam waktu 5 hari biasanya akan sembuh sendiri.

Harus tepat

Program Klinik tadi pagi juga menerima SMS dari Riana di Riau yang menanyakan apakah alergi bisa disembuhkan dengan antibiotik. Perlu saya jelaskan lagi, antibiotik tidak bisa membunuh semua penyakit. Tidak bisa dipakai untuk seluruh penyakit, termasuk alergi. Antibiotik hanya digunakan untuk infeksi bakteri. Kalau bukan bakteri, tidak ada gunanya minum alergi, kata dr Usman.

Ada juga yang mengajukan pertanyaan di antara hadirin yang ada saat siaran Klinik live dari studio Trijaya FM. Setiap kali ke dokter, kita kan orang awam, kita nggak paham, kita ini sakit karena infeksi virus atau bakteri? Sesungguhnya kebutuhan antibiotik terhadap tubuh kita itu sebesar apa? Menurut dr Usman, setiap pasien yang diberikan resep oleh dokter, wajib menanyakan obat apa yang diberikan. Jika obat yang diberikan adalah antibiotik,Sebaiknya tanya apakah kita betul-betul membutuhkan antibiotik atau tidak, katanya. Sebab kata dr Usman, ada pasien yang justru meminta diresepkan antibiotik, ketika dokter tak memberikan antibiotik. Jika tak diberikan antibiotik, jangan minta, tukasnya.

Kembali ke Yuli yang pernah punya kejadian buruk dengan pemberian antibiotik. Ia pun kini menerapkan kehati-hatian ekstra dengan keluarganya. Sangat, terutama untuk anak saya yang paling kecil. Setiap kali ke dokter, saya selalu tanya, perlu nggak dia dikasih antibiotik? Kalau nggak perlu, jangan deh. Pengalaman saya cukup ngeri. Suami saya juga dulu pengkonsumsi antibiotik yang luar biasa. Gatal sedikit, antibiotik. Sakit gigi sedikit, antibiotik. Dan sekarang ginjalnya bermasalah, kata Yuli. Untuk itu, dr Usman menekankan lagi pada 4Waspada dan 1 Tepat yang harus diterapkan dalam menggunakan antibiotik.

Pengganti antibiotik

Ros dari Biak di Papua mengirimkan SMS, menanyakan apakah ada pengganti antibiotik dari obat-obatan herbal. Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Instalasi dari Rumah Sakit Sutomo, Usman Hadi mengatakan, pemerintah memang juga tengah menggalakan penggunaan obat-obatan herbal. Namun jika memang terkena infeksi kuman/bakteri yang hebat, harus menggunakan antibiotik sesuai resep dokter.

Sementara Hadiat di Garut juga mengirimkan pertanyaan lewat SMS seputar TBC. Untuk penyakit TBS menahun supaya tidak aktif lagi, apakah harus minum antibiotik? Menurut dokter Usman, untuk TBC memang mau tak mau harus pakai antibiotik dalam jangka lama. Kalau terputus-putus malah jadi kebal. Untuk menanggulangi kekebalan tersebut, antibiotik yang digunakan bersifat kombinasi, tambahnya.

Pengirim SMS yang sayangya tak menyebutkan nama, menanyakan apakah boleh mengkonsumsi antibiotik dalam kondisi hamil. Menurut dr Usman,Walaupun hamil bisa minum antibiotik tertentu. Kalau jenisnya tepat, aman untuk ibu dan bayinya, itu tidak masalah jika memang ibu tersebut membutuhkan antibiotik.

Penelitian

Dokter Usman Hadi mengakui banyak pemberian antibiotika yang tidak tepat, dari sisi petugas kesehatan. Kementerian Kesehatan sekarang punya program pengendalian resistensi antibiotika. Sekarang wajib dilakukan rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini ada 20 RS besar, khususnya RS pendidikan yang melakukan program tersebut, katanya. Antibiotik juga masih bisa dibeli secara bebas, kata dr Usman. Pengawasan obat ada di tangan BPOM, katanya.

Di RS Dr Soetomo juga pernah melakukan sejumlah penelitian terkait antibiotik. Diantaranya audit bersama tim Belanda yang menyebutkan kalau 80% dokter meresepkan antibiotik tanpa indikasi yang jelas. Dan 10% warga di kota besar diperkirakan sudah kebal terhadap antibiotik tertentu. Apakah ini berarti hal yang berbahaya? Ini bisa menimbulkan kuman yang kebal antibiotik, kata dia.

Jadilah pasien pintar

Kadang dokter memberikan pasien resep antibiotik karena menghadapi pasien yang datang dengan kondisi tubuh yang buruk. Padahal belum tentu butuh antibiotik, siapa tahu itu hanya infeksi virus, katanya. Pengirim pesan lewat Facebook Kantor Berita-Radio, Sri Lestari mengaku seringkali mendapatkan resep antibiotik dari dokter untuk menghentikan demam yang jelas-jelas diakibatkan virus. Menurut dr Usman,Jika ibu-ibu tahu persis kalau ini bukan infeksi bakteri, kalau diberi antibiotik tidak ditebus resepnya, itu sudah betul. Kalaupun itu infeksi kuman atau bakteri, antibiotik harus diminum dengan dosis dan pada waktu yang tepat.

Tips lain disampaikan oleh @BuddyAce yang mengirimkan pesan via Twitter @kbr68h. Kata dia,Saya suka bertanya, apa perlunya antibiotik dengan kondisi saya?" Apalagi jika penyakit yang diderita hanya batuk, pilek atau demam. Penelitian WHO menunjukkan kalau 80% penyakit batuk pilek penyebabnya adalah virus. Dengan begitu, tak perlu antibiotik. Dengan istirahat yang cukup dan makan minum yang baik, itu sudah bisa sembuh. Ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Kementerian Kesehatan, yang menganjurkan hal serupa.

Dokter Usman setuju perlu adanya sosialiasi terus menerus kepada dokter, petugas kesehatan dan masyarakat soal penggunaan antibiotik secara bijak. "Ini artinya menggunakan antibiotik seperlunya dan tidak berlebihan, juga sesuai indikasi yang ada. Kita tidak boleh berhenti melakukan sosialisasi dan penyuluhan," katanya.

Jadi, sudahkan Anda menggunakan antibiotik dengan bijak?

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending