KBR68H, Jakarta-Sobat teen, hari ini kita memperingati hari pencegahan kekerasan terhadap anak sedunia! Ini adalah waktu yang tepat banget buat mengingatkan agar kita selalu waspada, supaya enggak jadi korban kekerasan. Salah satu bentuk kekerasan yang patut diwaspadai adalah kekerasan seksual. Nah baru-baru ini, organisasi pembela anak asal Belanda, Terre Des Hommes memperingatkan kalau anak-anak perempuan rentan banget jadi korban pelecehan hingga ekploitasi seksual. Dan itu dilakukan lewat dunia maya! Internet sudah akrab banget sama kita bukan? Nah, supaya bisa berhati-hati yuk kita simak Cerita Kita yang disusun Kak Evilin Falanta.
“Nama saya Sweetie. Saya remaja 11 tahun. Saya tinggal di Filipina. Setiap hari saya duduk di depan kamera komputer dan bicara dengan ribuan pria seperti dalam kasus lain. Segera setelah saya online, mereka datang, ratusan tiap jam. Banyak sekali, tapi yang mereka tidak tahu adalah saya tidak nyata. Saya hanya modul komputer, bertemu muka untuk melacak para pria tersebut.”
Sobat teen, itu pengakuan Sweetie, salah satu anak remaja virtual yang dipakai sebagai bahan uji coba. Hmmm uji coba apa ya?
Belum lama ini ada fenomena baru tindak kekerasan pada anak. Ini terjadi di negara tetangga kita Filipina. Di negara itu anak-anak menjadi korban para penjahat seks. Bagaimana anak-anak bisa terjebak? Para penjahat itu memanfaatkan internet yang memang sudah biasa digunakan anak-anak saat ini! Nah, uji coba itu buat membuktikan kalau tindak kejahatan melalui dunia maya itu sudah banyak banget! Dan anak-anak banyak jadi korban.
Jadi para penjahat seksual berseliweran di dunia maya sobat teen. Serem kan! Mereka bahkan memanfaatkan internet buat berwisata seks. Kejahatan macam ini disebut Webcam Child Sex Tourism (WCST).
Kejahatan ini terjadi lewat dua cara. Anak-anak usia 10 sampai 18 tahun dipaksa menjadi pekerja seks di dunia maya. Atau anak-anak yang menggunakan internet lalu dijebak oleh pemangsa anak, pria dewasa yang suka melecehkan anak-anak atau pedofil.
Manager Terre Des Hommes Perwakilan Indonesia, Pak Sudaryatmo mengingatkan internet saat ini juga jadi alat kejahatan. “Tetapi yang sekarang terjadi tuh anak itu dijual melalui media online, misalnya fotonya dipampang lewat facebooknya dan segala macam, lalu ada transaksi,” kata Pak Sudaryatmo.
Iiiih serem ya! Wah, kalau sudah begini sobat teen, khususnya para remaja perempuan harus hati-hati neh. Lantas apa sih yang bakal kalian lakukan agar tidak terjerumus dalam dunia seks online?
“Sebisa mungkin enggak buka yang aneh-anehlah. Zaman sekarang kalau yang aneh-aneh itu kan kalau bukan tentang seks atau enggak yang kayak setan-setan, kan takut. Makanya, jangan kepo. Kata mama harus hati-hati kalau buka-buka internet soalnya itu enggak ada batasan-batasan umurnya. Jadi, kalau misal kita buka yang ini kan internetnya enggak kasih tahu kalau ini bukan untuk kamu. Jadinya, kita yang harus pinter milih sendiri,” kata Eren siswi SMA Muhammadiyah Jakarta.
Sedang Gita dari SMP Negeri 7 Jakarta memilih betul situs yang akan dia buka.“Antisipasinya sih jadi kalau ada situs gituannya, kita jangan buka, abaikan aja walaupun dia kayak nawarin apaan gitu. Jangan dibuka walaupun penasaran,” ujar Gita.
Bener banget tuh kata Eren dan Gita Putri.
Eiitss bukan cuma itu loh yang harus diwaspadai sobat teen! Neh Pak Sudaryatmo mau kasih pesan buat kita-kita.
“Jangan pernah memberi informasi pribadi seperti nomor telepon, password email pada orang yang tak dikenal saat melakukan chating. Kemudian jangan pernah bertemu dengan seseorang yang dikenal lewat internet karena mungkin itu bisa berbahaya. Jangan terlalu percaya dengan informasi yang didapat dari internet karena tidak selalu benar. Jadi, kita harus cek dulu baik melaui situs yang lain mungkin juga bisa dicek dari referensi-referensi, buku-buku, ataupun konfirmasi kepada orang lain yang lebih tahu,” tegas Pak Sudaryatmo.
So, mulai sekarang sobat teen harus selalu waspada ya. Belajar dan cari informasi sebanyak mungkin supaya enggak jadi korban kejahatan. Bicara sama orang orangtua agar selalu aman berselancar di dunia maya. (Evi)
Editor: Vivi Zabkie.