Anak perempuan Indonesia boleh berbangga hati nih. Salah satu anak perempuan Indonesia terpilih menjadi Duta Anak Perempuan Internasional atau lebih dikenal Ambasador Because I am A Girl. Dia adalah Nurul Indriyani, remaja 16 tahun dari Desa Grobogan, Jawa Tengah. Nurul mewakili anak-anak perempuan se-Asia Pasifik menyampaikan kondisi anak-anak di Indonesia dalam Forum Internasional Day Of The Girl di Markas PBB, New York, Amerika Serikat. Nurul mau berbagi ceritanya pada sobat teen. Yuk simak Bincang Kita berikut ini bersama Kak Evilin Falanta.
Nurul ceritakan dong bagaimana awal perjalanan kamu mulai dari nol sampai bisa jadi Duta Because I am A Girl (Duta Anak Perempuan Internasional)?
Jadi awalnya itu saya hanya remaja biasa di desa. Saya bersama teman-teman di kelompok anak namanya Persatuan Pelajar Anak Desa Padang (PPAD), kami melakukan riset sederhana tentang pernikahan anak pada usia di bawah 18 tahun. Kami juga melakukan pendataan pada anak-anak yang putus sekolah, terus karena pemerintah enggak punya datanya maka kami harus berkeliling rumah dari satu desa ke desa yang lain untuk mendapatkan data, dan setelah itu kami menyerahkan ke pemerintah desa, dan barulah saat itu pemerintah desa mengapresiasi apa yang kami lakukan itu. Dan kenapa sampai bisa terpilih, itu awalnya sih. Mungkin karena itu ya. Dan saya juga mengikuti seleksi Plan Indonesia untuk menjadi brand ambasadornya.
Ceritain dong apa aja pengalaman yang udah kamu dapat selama menjadi Duta Anak Perempuan Internasional?
Kalau pengalaman pastinya banyak sekali ya. Asiknya dari tujuh negara itu Indonesia yang terpilih untuk berpidato di PBB. Jadi, satu-satunya perwakilan di dunia gitu. Katanya, sih mereka tertarik dengan apa yang sudah aku lakukan di Indonesia tentang pencegahan pernikahan anaknya, terus juga kalau misalnya teman-teman ada masalah, mereka bisa lebih care dan tanya ke Nurul. Jadi, bisa lebih lagi peduli kepada lingkungan.
Apa visi dan misi yang kamu bawa sebagai Duta Anak Perempuan yang mewakili Indonesia di Forum PBB New York ?
Ya, disana saya memperjuangkan bagaimana keadaan anak-anak di Indonesia, terutama di desa saya yang saat itu menjadi kayak sebuah titik saya melakukan aksi terus saya mempresentasikannya di PBB tentang keadaan anak-anak yang putus sekolah juga. Kemudian juga pada anak yang sudah menikah dan mereka enggak bisa sekolah, enggak bisa berekspresi, menjadi ibu rumah tangga, lalu melahirkan di usia muda.
Apa target kamu dari visi misi yang udah kamu bawa ke PBB itu?
Saya berharap mengenai kampanye saya tentang pencegahan pernikahan anak itu semakin berkurang juga, dan meningkatkan kesadaran mulai dari remajanya, orangtua, dan pemerintahnya. Pendidikan itu juga bisa lebih maju lagi, dan semoga Indonesia bukan lagi menjadi negara yang masih berkembang tapi bisa seperti Korea dan Jepang yang pendidikannya sudah tinggi.
Editor: Vivi Zabkie.
