Bagikan:

Kisah Seniman Muslim di Amerika Menghadapi Sterotype

KBR68H, Washington

BERITA

Selasa, 19 Nov 2013 09:27 WIB

Author

Zulfian Bakar

Kisah Seniman Muslim di Amerika Menghadapi Sterotype

omar sharif, seniman muslim, amerika

KBR68H, Washington – Banyak aktor-aktor Arab yang sukses di Hollywood. Mereka yang paling sukses antara lain: Omar Sharif, Tony Shalhoub dan F. Murray Abraham yang memenangkan Academi Awards untuk peran dalam film “Mozart”.  Tetapi warga Muslim yang secara terang-terangan mengakui agama mereka, masih merupakan kelompok minoritas yang lebih kecil dalam industri hiburan Amerika. 

Mereka yang tidak mengakui agamanya secara terang-terangan, berupaya menggunakan bakat mereka untuk mematahkan sterotype yang negative. Beberapa diantara mereka mempertunjukkan karyanya dalam pertemuan yang didominasi warga Amerika-Muslim di Los Angeles baru-baru ini.

Dean Obeidallah bukan sekedar komedian Amerika.

“Asal usul dan keyakinan saya hanya merupakan perbedaan kecil dibanding komedian lainnya,”ujarnya.

Tetapi ia seorang Muslim yang berasal dari Palestina.  Ia mengatakan identitas dirinya tidak menjadi halangan baginya.  Tetapi ia menambahkan beberapa sterotype tentang asal-usulnya memang ada di Amerika.

Obeidallah menggunakan komedi untuk bicara tentang beberapa kesalahpahaman dan tentang apa artinya menjadi seorang Muslim.  Ia membantu penyutradaraan film dokumenter komedi bertema hal ini yang berjudul “The Muslims Are Coming”. Obeidallah mengatakan ia menerima beberapa kajian positif dari warga Muslim dan non-Muslim, tetapi ia mengatakan kadangkala warga non-Muslim tidak tahu bagaimana menanggapi gurauan-gurauannya.

“Hal itu bisa membuat penonton merasa sedikit tidak nyaman karena mereka tidak yakin apa yang secara politis boleh ditertawakan dan yang secara politis tidak patut ditertawakan,”ungkapnya.

Penyair Amerika-Muslim Amir Sulaiman mengatakan beberapa warga Muslim merasa tidak nyaman melihat pertunjukkannya.

“Beberapa orang merasa cemas.  Beberapa hal yang saya katakan dirasa tidak bisa diterima.  Tidak sesuai dengan situasi politik saat ini.  Beberapa orang akan mengatakan ‘kami tidak ingin anda mengatakan hal itu’ atau ‘kami tidak ingin ada mengatakan hal itu sebagai seorang Muslim’. Kalau anda menjadi seorang seniman atau tokoh masyarakat, secara otomatis anda menjadi juru bicara bagi jutaan orang.   Semua orang tersebut punya cara pandang berbeda dan mereka ingin digambarkan dengan cara berbeda pula, tetapi setiap seniman tidak bisa bertanggungjawab untuk banyak orang,”katanya.

Amir Sulaiman mengatakan menjadi seniman minoritas juga menghadapi beberapa hambatan.

“Jadi saya yakin ada beberapa hambatan karena saya seorang Muslim, berkulit hitam atau karena sterotype yang saya sampaikan tadi.  Tetapi yang terpenting bagi saya adalah bersikap jujur dan tulus dan kalau beranjak dari sana selalu berhasil,”katanya.

Menyanyi dari lubuk hatinya selalu berhasil bagi Yuna, seniman pertama dari Malaysia yang masuk ke pasar Amerika. Abeer Khan adalah fan Yuna. Tetapi ia mengatakan tidak setiap warga Muslim bisa menerima seorang perempuan Muslim menjadi seniman.

“Saya kira ini merupakan sesuatu yang sangat baru sehingga butuh waktu supaya orang bisa benar-benar memahaminya, mungkin harus muncul pemahaman bahwa ada wanita-wanita Muslim berbakat di luar sana. Yuna adalah perintis dan itu yang kita butuhkan,”jelasnya.

Lewat music, syair atau komedi, Dean Obeidallah mengatakan penting bagi seniman dan artis Muslim untuk tampil di media Amerika.

“Saya kira setelah insiden 911, kita sadar bahwa sebagai komunitas masyarakat kita perlu terlibat di media. Kita perlu menyampaikan kisah kita. Saya tidak ingin orang lain yang menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Di Amerika, hanya 1-2 persen dari jumlah penduduk adalah warga Muslim.  Kita tidak bisa menjangkau 98% penduduk lainnya jika kita tidak menjangkau media utama,”jelasnya.

Dean Obeidillah mengatakan dengan lebih banyak tampil secara kasat mata, seniman dan artis Muslim bisa menunjukkan identitas dan bakat mereka kepada public, serta mengubah sikap anti-Islam dan stereotip tentang orang Muslim. (VOA)

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending