Biasanya para junior yang baru masuk sekolah baru langsung pada minder deh sama kakak-kakak kelasnya. Mereka takut ditindas. Kakak kelas merasa lebih berkuasa karena lebih senior. Oops! Sampai sekarang senioritas itu masih ada di setiap sekolah. Enggak jarang deh, perilaku senioritas itu bisa mengarah ke tindakan bullying atau tindak kekerasan fisik dan non fisik sama adik-adik kelasnya. Nah, gimana sih ngatasin persoalan senioritas di sekolah? Simak aja Cerita Kita berikut ini yang disusun sama Kak Evilin Falanta.
"Waktu gue masuk kamar mandi, itu isinya kelas tiga semua, gue cuma mau cuci tangan. Tahu enggak sih anak kelas tiganya pada liatin gue, terus bilang gini: ”Perasaan disini kelas tiga semua deh.” Ya ampun, langsung keluar gue. Ngerasa serem sendiri jadi enggak berani." Itu cerita Puput, pelajar SMA Negeri 36 Jakarta Timur. Puput pernah diintimidasi sama kakak kelasnya saat ia masih duduk di kelas satu SMA. Di sekolah Puput, senioritas dijunjung tinggi loh.
"Jadi, waktu gue kelas satu senioritasnya boleh dibilang parah ya. Misalnya, kita mau pakai ini itulah kakak kelas enggak bolehin, disitu kita harus bener-bener jadi anak yang culun gitu. Di sekolah gue sendiri juga adik kelas enggak boleh lewat lapangan gitu, jadi kalau lewat lapangan kita disorakin dan ditimpukin. Jadi, sekolah gue kan kotak gitu, jadi harus lewat pinggir, enggak boleh lewat tengah lapangan. Kalau lewat lapangan atau motong jalan bener-bener disorakin, dihina gitu deh. Kayaknya itu di sekolah gue aja deh! Terus yang namanya kantin itu bener-bener jadi tempatnya kelas tigalah, yang punya tuh anak kelas tiga aja," Puput melanjutkan ceritanya.
Wah sampai segitunya yah sobat teen! Senioritas di sekolah emang enggak bisa dipungkiri udah menjadi bagian tradisi turun-temurun. Buktinya, Puput yang kini sudah duduk di kelas tiga, menurunkan tradisi senioritas sama adik kelasnya yang sekarang.
"(terus kalau loe sekarang udah kelas tiga ada enggak intimidasi balas ke adik kelas?) Kalau zaman gue sih ada beberapa geng, mungkin juga ngebales tapi enggak separah waktu gue kelas satu. Mereka masih ngomong baik-baik, kenapa loe beginilah itulah. Masih ada sih yang kayak gitu, tapi dengan cara baik-baik. Biasanya dalam bentuk sindir, misalnya sekolah gue kan enggak harusin pakai rok span ya gue sindir aja apaan tuh pakai span ketat-ketat. Tapi kalau kelas tiga jaman gue kelas satu sampai dorong pintu, sampai jambak-jambak. Yah, pokoknya parah deh," kata Puput.
Eittss, tapi enggak semua sekolah loh senior itu suka mengintimidasi adik kelasnya. Kayak sekolah Laras di SMA Diponegoro Jakarta.
"(Di sekolah Laras ada enggak sih senioritas antara kakak kelas dengan adik kelas?) Enggak ada sih, biasa aja semuanya. (Walaupun adik kelas kamu ada yang bersikap songong gitu ke kakak kelas gimana?) Ada juga yang kayak gitu, tapi di sekolah aku kalau yang kayak gitu enggak ditanggapin. (Enggak ada sampai dilabrak-labrak?) enggak ada tuh. (Enggak ada sampai ngebully ya?) enggak," ujar Puput.
Kata siswi yang mengenakan jilbab ini, di sekolahnya semua teman-teman berbaur menjadi satu. Jadi, enggak ada perlakuan diskriminatif, enggak ada junior -senior. Wow, sekolah Laras patut ditiru tuh sobat teen!
Hmmm, tapi sebenarnya, senioritas itu perlu enggak sih? Menurut Psikolog Anak, Bunda Tika Bisnono, asalkan bersifat positif senioritas itu perlu loh."Kalau untuk kepentingan role modelling itu masalah senioritas itu baik tentunya ya, karena enggak cuma guru aja sebagai alat untuk role modelling sebagai contoh, tapi juga bisa kakak-kakak kelas yang lebih senior. Itu perspektifnya buat role modelling. Nah, kalau yang untuk ketekanan dan penindasan, senioritas yang perspektifnya begini amat sangat jauh dari visi misi pendidikan itu sendiri," jelas Bunda Tika Bisono.
Nah, tapi kalau senioritas yang berujung ke tindakan bullying, Bunda Tika bilang itu enggak bagus. Bagi sobat teen yang mengalami penindasan sama senior di sekolah harus berani melawan. Jangan pernah takut! "Kalau mereka punya satu sikap yang sama untuk bersikap terhadap hal-hal seperti itu dengan cara lebih berani, lebih solid gitu loh, maka para senior akan melihat bahwa ternyata para junior ini bersikap secara kolektif. Ini kan akan membuat si A, si B, atau si C lebih kuat karena dia punya suatu kelompok yang berani bersikap," tambah Bunda Tika.
Bukan cuma itu, pemerintah juga bakal ikut campur tangan. Kata, Inspektorat Jendral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pak Haryono Umar sanksi akan diberikan bagi pelajar yang melakukan tindakan bullying pada temannya. "Kalau datanya ada harus dikenakan sanksi karena itu sudah mengganggu dan ada perbuatan tidak menyenangkan bagi pihak lain kan, apalagi itu anak-anak. Jadi, tolong kepada siapa saja yang memiliki data yang akurat sampaikan kepada kita, nanti akan ditindaklanjuti," kata Pak Haryono Umar.
Nah, kalau udah begini galak sama yunior enggak ada untungnya kan. Senior yang baik, kasih contoh bagus dan jadi panutan yuniornya.
Editor: Vivi Zabkie