KBR68H, Jakarta - Terkuaknya kasus penyadapan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono oleh Dinas Intelijen Australia empat tahun lalu, memicu kemarahan publik dan politikus. Banyak pihak mendesak pemerintah membuat kebijakan balasan.
Tak terkecuali presiden turut memunculkan wacana serupa. Melalui akun twitternya SBY mengatakan"Kita juga akan meninjau kembali sejumlah agenda kerja sama bilateral, akibat perlakuan Australia yang menyakitkan itu,”.
Masalahnya, dari sisi perdagangan, Indonesia justru akan rugi bila bersikap reaktif misalnya dengan memboikot produk asal Negeri Kanguru tersebut. Terutama untuk komoditas daging sapi.Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengingatkan, Indonesia beberapa waktu ke depan masih bergantung pada pasokan daging sapi dari Australia.
Benarkah Indonesia akan menjadi pihak yang paling dirugikan apabila memboikot semua produk Australia? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Rumondang Nainggolan dengan Ketua Kadin Suryo Bambang dalam program Sarapan Pagi.
Anda melihat sebetulnya pengaruh hubungan dagang kita terhadap Australia apakah berdampak serius?
Ya kita tentunya mengharapkan jangan sampai lah ya ini berdampak kepada hubungan perdagangan ekonomi kita. Karena akan sama-sama merugikan baik buat Australia, kita, terutama rakyat kita dan rakyat mereka. Ini masalah mengenai penyadapan ini sebetulnya kita tidak perlu kaget ya, karena jangankan Indonesia ya David Cameron saja yang sahabatnya Amerika disadap juga oleh Amerika. Jadi soal bisnis sadap menyadap ini sebenarnya sesuatu yang boleh dikatakan dilakukan oleh negara-negara untuk kepentingan. Artinya kita tidak perlu kaget walaupun kita perlu marah ini masalah privasi kok disadap. Tapi menurut hemat saya ya ini sesuatu pekerjaan yang dilakukan sejak zaman dulu antara negara saling menyadap, mengintel, dan sebagainya untuk mereka memperkuat posisinya. Dalam bisnis juga begitu, sering.
Bisakah anda sedikit menggambarkan bagaimana hubungan dagang kita dengan Australia?
Hubungan dagang kita cukup sehat, cukup baik, dan meningkat terus. Misalnya kita sangat tergantung dengan Australia menyangkut produk daging dan buat Australia kita eksportir terbesar daging bagi mereka. Jadi sangat akan merugikan bagi ekspor mereka kalau sampai terjadi sesuatu sehingga hubungan dagang ini bisa terdampak karena ini.
Kalau di Indonesia sendiri apa yang bakal dialami kerugiannya?
Kita juga mengekspor ke Australia komoditas, minyak mentah, dan sebagainya.
Nilai transaksi kita per tahun berapa ya?
Kalau sudah sekitar $ 20 miliar. Cukup besar dan meningkat terus, jadi menurut hemat saya kita tidak perlu sampai harus terdampak karena ini. Memang kita perlu marah, kita perlu menyatakan protes tapi kalau ini permasalahannya karena ketahuan saja. Harusnya ya kita kalau punya kemampuan mungkin kita juga melakukan hal yang sama, kita saja tidak punya kemampuan melakukan itu.
Kalau misalnya mau membalas sadap juga mestinya langsung balas sadap saja begitu ya?
Iya tapi kita apa punya kemampuannya. Mereka memang canggih ya, saya dengar konon setiap percakapan telepon kita mereka bisa tahu, mereka punya peralatan yang canggih untuk mendengarkan semua percakapan telepon kita.
Bagaimana dengan para pengusaha sendiri? apakah ada bayangan apa yang terjadi kalau hubungan diplomatik terus memburuk?
Artinya kita harus cari alternatif. Sekarang kemana alternatifnya misalnya beli daging dari Australia, dari negara lain mungkin tidak sesiap seperti Australia mungkin lebih mahal karena faktor jarak. Jadi hal-hal seperti ini perlu kita pertimbangkan, saya pikir kita tidak perlu emosional ya. Kita marah sih marah tapi kalau soal sadap menyadap saya kira bukan Australia saja menyadap kita, mungkin negara tetangga kita yang dekat juga melakukan hal yang sama.
Apakah ada pembicaraan di antara para pengusaha anggota KADIN untuk mengantisipasi semakin buruknya hubungan Indonesia-Australia?
Saya kira belum sampai kesana kita membahasnya. Tapi kita mencoba untuk bertindak yang arif ya, tidak terlalu emosional menyangkut masalah ini.
Jadi menurut anda pemerintah harus menyikapi ini dengan arif ya?
Ya dengan kepala dingin saja kita harus protes, harus marah.
Selain daging sapi apa lagi sebetulnya yang kita masih tergantung dengan Australia?
Gandum kita beli banyak, gula juga impor sebagian. Terutama daging yang paling sangat menonjol, artinya ketergantungan kita dari Australia.
Kita ekspor ke Australia ini yang cukup besar apa?
Minya mentah, produk-produk nabati. Mungkin sebagian juga produk industri seperti sedikit tekstil, elektronik, tradisional ekspor kita kebanyakan komoditas.
Kalau sampai hubungan terus memburuk bahkan sampai pemutusan hubungan diplomatik, ini kita tentu kalau G to G tidak bisa berjalan walaupun B to B tetap bisa berjalan ya?
Iya dong kita harus melihat kepentingan yang lebih besar, jangan emosional.
Kalau kita mencari tempat lain untuk impor daging sapi misalnya atau mencari pasar baru untuk ekspor, alternatifnya kemana?
Bisa cuma tidak semudah membalikkan tangan, kan makan waktu. Misalnya daging dari tempat lain bisa, tapi kalau lebih mahal kan dampaknya ke konsumen kita membeli dengan harga yang lebih mahal.
Kadin: Kasus Penyadapan Jangan Ganggu Hubungan Dagang dengan Australia
KBR68H, Jakarta - Terkuaknya kasus penyadapan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono oleh Dinas Intelijen Australia empat tahun lalu, memicu kemarahan publik dan politikus. Banyak pihak mendesak pemerintah membuat kebijakan balasan.

BERITA
Rabu, 20 Nov 2013 09:06 WIB


kadin, penyadapan, australia, hubungan dagang
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai