Bagikan:

Dukung Timnas U-19, Noe

Harapan Timnas U-19 lolos ke ajang Piala Dunia U-20 boleh kandas. Tapi semangat yang ditonjolkan para personelnya harus diacungi jempol. Di setiap pertandingan, hingga menit terakhir, para Garuda Muda ini bermain mati-matian. Semangat inilah yang juga men

BERITA

Jumat, 17 Okt 2014 11:05 WIB

Author

Sutami

Dukung Timnas U-19, Noe

Timnas U-19, Noe Letto

KBR - Harapan Timnas U-19 lolos ke ajang Piala Dunia U-20 boleh kandas. Tapi semangat yang ditonjolkan para personelnya harus diacungi jempol. Di setiap pertandingan, hingga menit terakhir, para Garuda Muda ini bermain mati-matian. Semangat inilah yang juga menginspirasi musisi Sabrang Mowoh Damar Pinuluh alias Noe, mencipta lagu untuk menambah semangat para Garuda Muda. “Masalahnya adalah semangat mereka untuk berjuang, menang kalah itu niscaya,” ujar Noe ketika diwawancara KBR, beberapa waktu lalu.

Dalam sesi Sarapan Bersama Sutami di KBR, vokalis band Letto, putra sulung budayawan Emha Ainun Najib itu membeberkan alasan pembuatan lagu “Hati Garuda”.

Banyak diperbincangkan soal performa teman-teman Timnas U-19 dan Anda berkontribusi disana dengan menyemangati mereka lewat lagu yang judulnya “Hati Garuda”. Ada momen apa tiba-tiba Anda membuat lagu itu?


Sebenarnya ceritanya panjang. Ini dari 2008 itu ya saya punya gagasan sendiri lah karena cinta saya sama bangsa Indonesia, bagaimana ke depannya bangsa Indonesia ini. Terus saya tulis itu di salah satu majalah atau koran, tulisannya berjudul “Generasi Larva”. Saya membayangkan ada sebuah generasi yang memang berani mendefinisikan dirinya sendiri berani berkata “tidak” karena “tidak”, bukan karena kepentingan “tidak” sekarang untuk mendapatkan” iya”, “tidak” ya “tidak”.

Pokoknya punya idealisme, idealismenya tidak lahir dari tungku yang sama dengan orang tuanya tapi dia menciptakan tungku sendiri. Saya membayangkan itu akan jadi generasi pendobrak, generasi yang baru. Saya belum ngomong baik buruknya tapi generasi buruk yang memecah stagnasi tidak “gini-gini doang”. Ketika melihat U-19 kan tidak ngomong soal menang kalah saja tapi soal sejarahnya bagaimana mereka. Ketika tahu sejarahnya ini menurut saya pribadi, ketika saya membayangkan ada generasi mandiri ini terlihat di U-19.

Terlihatnya dalam bentuk apa?


Saya mau ngomong detailnya nanti saya bisa menjelekkan orang lain.Mereka diambil atas parameter yang jelas yaitu fisik, skill, dan seterusnya. Dari kampung mana pun, mau dari pelosok manapun itu tidak peduli. Misalnya ada peraturan ketika jam malam keluar entah dia siapa,entah mau anak pejabat, keponakan pelatih siapa yang melanggar keluar. Saya merindukan disiplin seperti ini, saya merindukan sebuah karya yang hadir karena memang bukan “digoreng” tapi memang lahir karena generasi itu sendiri.

Kita tahu ada dari Grobokan, Rungkut dari mana-mana yang pelosok tidak karuan. Itu memang romantis tapi juga ada nilai yang perlu diambil bahwa karena dulu tidak masuk akal juga dari 250 juta penduduk Indonesia cari 11 orang susahnya seperti itu. Ini pasti ada sesuatu yang lain apa sistemnya, caranya atau ada permainan di dalamnya tapi saya memang bukan pemerhati betul-betul sepakbola saya tidak pernah dibilang apa-apa dan tidak punya kapasitas di situ. Ketika U-19 ini muncul dan kemudian bikin prestasi yang bikin semua orang syok. Ini yang perlu digali, prestasi ada sebabnya bukan tiba-tiba menang.

Terus saya cari tahu disiplin peraturan mereka, prinsip apa yang dibawa oleh mereka, pelatihnya ngapain, anak-anaknya bagaimana, berangkatnya dari mana, perjuangan mereka apa itu bikin saya terbakar juga. Kalau saya ngomong cuma cuap-cuap “Generasi Larva” tanpa ada bukti apa-apa ini saya juga menunggu bisanya, saya satu orang pengamat saja yang punya gagasan seperti itu. Terus kita melihat U-19 jadi seperti mahkota untuk sebuah konsep, sebuah konsep mengejewantah pada sekumpulan anak muda.

Tidak hanya U-19 saya menemui banyak anak muda dimana-mana di bidangnya masing-masing yang berani seperti itu yang pasti tidak muncul ke permukaan, sangat jarang 99 persen dari kesungguhan mereka tidak muncul di permukaan. Dari semua itu yang paling jadi pusat perhatian Indonesia adalah U-19 itu nyambung dengan konsep saya tentang “Generasi Larva”. Saya berharap mereka bisa menjadi duta dari sebuah konsep. Ini bukan tentang konsep saya ini tentang Indonesia ke depan seperti apa, apa yang dicontoh.

Bukan menang kalahnya saya tidak masalah tapi martabatnya, sampai menit 89.59 detik itu lari sekuat tenaga itu martabat. Itu tidak kalah, permainan pasti ada kalah ada yang menang tapi secara manusia mereka tidak kalah dan itu yang saya harapkan untuk Indonesia. Makanya saya bikin lagu untuk U-19 karena saya punya tanggung jawab itu, saya sudah tulis sesuatu, punya konsep, ada di depan mata saya harus menyambung ini bagaimana.

Saya bisanya bikin lagu saya tidak bisa bikin lapangan sepakbola, makanya dukungnya pakai lagu. Waktu itu ada pertemuan dengan teman-teman U-19 ngobrol-ngobrol terus sama Pak Indra saya cerita tentang “Hati Garuda”, kata Pak Indra boleh tidak lagu itu buat U-19 dengan sepenuh hati senang hati saya serahkan buat U-19, 100 persen ini haknya U-19, “Hati Garuda” punya U-19.

Tapi cukup panjang ya dari 2008?


Iya itu Indonesia.

Karena untuk pendalamannya?


Bukan. Siapa yang bisa jadi mahkota di situ, siapa yang jadi spear head (pelopor, red.) dalam konsep itu. Spear head yang bisa mempresentasikan dari sebuah konsep yang cukup menarik untuk media massa, cukup bisa menjadi inspirasi untuk anak muda Indonesia. Kasarnya itu untuk membuat sebuah percikan api itu yang saya harapkan.

Kalau lagunya “Hati Garuda” karena memang mau menyentuh hati atau apa?


Ini tidak tentang sepakbola saja ini tentang anak muda, ini tentang semangat. Inilah langkah kami tak berhenti, menatap matahari menaklukkan mimpi, seperti batu karang yang berdiri suara kami lantang seperti genderang perang yang membelah kebuntuan dan membawa kita untuk menuju kemenangan.

Ini bukan soal sepakbola ini soal semangat soal keberanian menatap matahari dan menaklukkan mimpi. Tidak cuma jargon-jargon saja ayo sakit sakit, sengsara sengsara tapi ayo kalau  tidak ada yang mendobrak tidak akan terbuka pintu itu. Saya membayangkan ketika membuat itu bukan hanya untuk U-19 tapi ini untuk semua generasi muda Indonesia. Memang representasi paling indah adalah U-19 dan memang lagu itu diminta secara personal nomor satu olah Pak Indra Sjafri dan saya dengan sangat rela 200 persen.

Jadi hasil dari lagu ini semua khusus untuk U-19?


Argumentasinya waktu itu kamu bisa dukung lagu, kalau kita yang tidak bisa dukung lagu bagaimana. Ya kamu bikin RBT (ring back tone/ Nada Sambung Pribadi, red.) atau iTunes nanti aku download duitnya kasihkan mereka kan kita juga dukung. Oke saya kasihkan semua royalti Letto 100 persen buat U-19 karena dari awal ini lagu mereka. Sumbangan kita disini adalah lagu, uang adalah sumbangan teman-teman ke U-19.

Tapi yang mengelola pendapatan siapa hingga diserahkan ke U-19?


Mungkin bisa dilihat deal kami dengan Telkomsel, deal kami dengan iTunes. Tapi ada pihak yang mengurus memang karena kita tidak pakai budget, teman-teman Buzzers (pengguna Twitter dengan ribuan pengikut, red.) kalau mau bantuin ya bantuin kita juga tidak dapat apa-apa soalnya. Tetapi kalau kita mau urusan sama online store juga ada agregator-nya, kita tidak mungkin datang ke iTunes sendiri kan tidak bisa makanya kita pakai service itu. Tapi itu semua nanti konsepnya tidak ada perjanjian ke Pak Indra, ini hibah ke Pak Indra.

U-19 banyak disorot oleh banyak kalangan karena prestasinya yang mengangkat. Tapi kadang-kadang ia juga suka dihujat ketika prestasinya anjlok, komentar Anda?


Tidak ada di dunia ini yang naik terus naik. Saya ingat peribahasa “badai pasti berlalu”, jangan lupa langit cerah pasti juga berlalu akan ada badai lagi. Masalahnya bukan menang kalahnya kalau saya pegang ke teman-teman U-19. Masalahnya adalah semangat mereka untuk berjuang, menang kalah itu niscaya. Orang menang terus dia beresiko sombong, orang kalah terus dia beresiko patah semangat. Orang yang bisa mengolah kekalahan dan kemenangannya untuk kebesaran dirinya dialah juara sejati.

Saya tidak setuju mereka kalau kalah dihujat, saya juga tidak setuju mereka dipuja-puja setiap saat. Kalau memang tidak berprestasi turun kritik dengan baik, kalau memang juara karena usahanya hargai dengan baik pasti ada naik turunnya. Mau juara dunia Brasil atau siapa pasti ada naik turunnya. Kita Indonesia pertanyaannya apa yang kalian cari? kemenangan tanpa henti? tidak percaya pada sebuah proses? kalau kita cuma ingin menang terus kita lakukan segala cara untuk menang. Pada Generasi Larva konsepnya adalah menuju kemenangan dengan martabat, nomor satu adalah martabatnya.

Berarti bukan hanya melihat pada hasil tapi juga pada proses ya?


Iya. Itu yang membuat mereka juara sejati, kalah membuat mereka belajar menang tidak membuat mereka sombong harusnya seperti itu.

Sangat jarang musisi seperti Anda artinya mau berpikir keras bagaimana memberikan semangat pada generasi-generasi yang bisa mengangkat generasinya, memberikan dukungan kepada inspirator. Sebenarnya apa dasar Anda menjadi sangat tertarik terhadap ini semua?

Kalau Anda mengatakan saya inspirator semangat untuk menyemangati anak muda saya bilang salah besar, saya tidak punya semangat itu sama sekali. Ini urusannya biar saya mati tidak punya utang, sederhana. Saya lahir dan besar di Indonesia, pasti ada alasan Tuhan meletakkan saya di sini saya akan menggunakan segala kemampuan saya untuk urusan Indonesia.

Ketika saya mati menghadap Tuhan saya tidak malu urusannya. Saya sudah melakukan mau gagal atau berhasil saya sudah lakukan maksimal, berhasil atau gagal itu di tangan Tuhan. Tapi saya sudah melakukan apa yang saya bisa, apa yang saya tahu maksimal. Terlalu besar saya bukan siapa-siapa, nabi juga bukan, pejabat bukan, ustad juga bukan, musisi juga cuma lewat saja. Ini urusan keselamatan pribadi.
    
Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending