KBR, Jakarta – Pertanian Indonesia saat ini mengalami tantangan serius. Selain urusan di lahan pertaniannya sendiri, mencari petani pun kini sulit. Data BPS mencatat, dalam kurun 10 tahun terakhir, jumlah petani berkurang 5 juta. Sebanyak 80 persen dari petani yang ada pun sudah berusia di atas 50 tahun.
Sementara bagi anak muda, petani bukanlah profesi yang dilirik, apalagi dianggap menjanjikan. Ajang pemilihan petani muda berhasil menemukan M. Tanfidzul Khoiri, kandidat petani muda asal Madiun.
Kenapa dia mau jadi petani? Simak wawancaranya berikut ini.
Kalau Anda melihat merosotnya jumlah petani di Indonesia khususnya petani muda apa penyebabnya?
“Menurut saya penyebabnya itu hanya masalah informasi. Jadi kebanyakan anak muda sekarang ini kekurangan informasi tentang hal-hal atau rahasia besar dalam dunia agribisnis. Jadi perlu dibongkar rahasia atau peluang-peluang bisnis yang sangat besar di dunia agribisnis.”
Selama ini alasan pemuda kita untuk beralih profesi dari petani itu karena faktor ekonomi. Apakah itu alasan tepat bagi mereka?
“Itu keliru ya soalnya banyak sekali peluang bisnisnya. Pertama sektor pertanian kita bayangkan untuk menanam padi itu hanya satu bulir padi bisa menghasilkan berbatang-batang padi, kemudian menghasilkan bulir yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Dengan modal yang sangat sedikit bisa menghasilkan suatu keuntungan yang sangat berlimpah. Terlebih lagi jika disambung sektor lain atau sektor pertanian, contohnya limbah pertanian itu di tempat saya jerami untuk pakan ternak. Setelah itu dimakan ternak menghasilkan daging plus limbah atau kotorannya, kotorannya itu kita buat pupuk kandang kemudian pupuknya kita kembalikan ke sawah lagi. Sehingga tidak ada limbah terbuang, semua bermanfaat dan bisa menekan biaya produksi.”
Bisa Anda gambarkan bagaimana omzet dari bisnis pertanian atau peternakan yang Anda jalani?
“Untuk petani sayur kita contohkan sayur atau sawi. Sawi itu sekilo Rp 2.500 kemudian jika kita punya 1 meter persegi saja, jarak tanam sawi itu 15 centimeter berarti bisa menghasilkan 10 sampai 15 sawi. Itu sudah kelihatan hanya dengan 1 meter persegi saja sudah menghasilkan, kalau lebih dari 1 meter persegi silahkan dihitung sendiri.”
Anda sendiri menjalankan usaha bernama Kandank Oewang ada ternak domba dan pertanian. Anda sudah berapa lama menjalankan usaha ini?
“Saya mulai dulu tahun 2011 ketika masih kelas 3 SMK.”
Kenapa Anda mau punya pekerjaan sebagai petani atau peternak?
“Jadi ceritanya dulu ketika di SMK ada pendidikan PKL (Praktik Kerja Lapangan). Saya dulu magang atau PKL tiga bulan di salah satu industri yang bergerak di bidang pengolahan pupuk organik. Dari situ saya banyak belajar dan saya mulai merasakan perasaan yang sangat nyaman, enak, menyenangkan melihat warna hijau kemudian kasih makan ternak sehingga saya mulai tertarik.”
Sebagai seorang duta petani muda, apa yang akan Anda kerjakan atau harapkan?
“Dengan adanya program ini saya sangat bersyukur karena saya bisa menjalin hubungan dengan banyak teman, pengusaha yang lebih sukses di dunia pertanian. Dengan bekal ilmu atau pengalaman dan juga informasi tadi saya akan sampaikan kepada generasi-generasi muda dimana pun berada khususnya di Madiun dan juga umumnya seluruh Indonesia, bahwa dunia agribisnis itu sangat menjanjikan keuntungannya sangat besar. Bagi teman-teman yang di desa tidak perlu keluar dari desanya, banyak potesial yang harus digarap. Lebih penting lagi kita harus sadar bahwa negara Indonesia itu telah dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan kekayaan alam yang sangat luas. Salah satu wujud syukurnya adalah menjaga kelestarian alam tersebut salah satunya adalah dengan bertani.”