Bagikan:

Putus Sekolah Gara-gara Tak Ada Toilet

Aduh kebelet nih...Wah toiletnya jorok, eh harus antri pula.

Jumat, 04 Okt 2013 14:47 WIB

Author

Sunil Neupane

Putus Sekolah Gara-gara Tak Ada Toilet

Nepal, toilet, putus sekolah, sanitasi, kakus

Aduh kebelet nih...Wah toiletnya jorok, eh harus antri pula. Duh, pasti enggak nyaman banget kan sobat teen. Kejadian toilet minim dan enggak bersih bukan cuma terjadi di Indonesia. Sobat teen di Nepal mengalami hal serupa. Bayangkan saja, dalam satu sekolah hanya memiliki dua toilet yang dipakai bersamaan antara laki-laki dan perempuan. Minimnya toilet tentu mempengaruhi tingkat sanitasi di sekolah dong. Tak hanya itu, masalah toilet ini juga mendorong tingginya kasus putus sekolah di kalangan siswa perempuan di Nepal. Yuk kita simak kisah sobat teen di Nepal dalam Cerita Kita yang disusun sama Kak Sunil Neupane dari Kathmandu, Nepal.

Siang itu bel sekolah sudah berbunyi, saatnya bagi murid-murid di Sekolah Menengah Shree Krishna di Kathmandu, Nepal untuk istirahat. Mereka pun lekas keluar kelas untuk memanfaatkan waktu istirahat yang hanya 15 menit itu. Tahukah sobat teen, waktu yang sebentar itu dimanfaatkan untuk apa? Antri di toilet!

Sebagian besar siswa perempuan sudah membuat barisan panjang di depan toilet.

“Kami harus memakai toilet yang sama dengan anak laki-laki. Dan mereka tidak mengerti masalah kami. Jadi kalau sedang datang bulan, kami terasa tersiksa,” kata Sapana Pudasaini, siswa di kelas 10.

Jadi selama anak laki-laki asik bermain sepak bola, anak perempuan berjuang untuk mendapat kesempatan ke toilet.

Sekolah Menengah Shree Krishna Kathmandu memiliki 300 siswa, namun tak sebanding dengan jumlah toiletnya. Disana cuma ada dua toilet saja untuk laki-laki dan perempuan.

“Setahun lalu kami harus buang air di lapangan terbuka. Sekarang kami harus antri untuk pakai toilet. Kadang dua atau tiga anak masuk ke toilet bersama-sama. Tapi kalau lagi mens, masuknya sendiri-sendiri dan butuh waktu lebih lama. Kalau kami terlambat masuk kelas, guru akan memarahi kami,” cerita Sapana.

Teman kita, Sunita Waiba yang juga pelajar di Sekolah Menengah Shree Krishna berpendapat, minimnya toilet di sekolah mempengaruhi kemampuan mereka belajar.

“Selama mens kami harus pulang ke rumah. Jadi saya putuskan untuk tidak usah ke sekolah. Saya akan bolos selama 4 hingga 5 hari. Setelah bolos beberapa hari , saya jadi bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Ini menghambat pelajaran saya, ” ujar Sunita.

Nah, itu sebab pihak sekolah mendorong pemerintah untuk membangun sarana toilet sekolah yang nyaman bagi anak-anak perempuan. Kata Bu Guru Yesoda Khatiwasa, toilet yang nyaman itu memiliki sabun, air, dan tempat sampah untuk membuang pembalut bagi siswa perempuan.

“Tidak ada ruang ganti dan pasokan air yang memadai. Jadi sebagian besar pelajar perempuan tetap di rumah selama mens. Jika mereka ke sekolah, biasanya mereka akan minta izin pulang. Mereka libur selama 5-6 hari. Tentu saja mereka akan ketinggalan pelajaran dan ini menghambat prestasi mereka,” jelas Bu Yesoda.

Pemerintah Nepal mengakui nih, kebanyakan sekolah negeri disana memakai 1 toilet untuk 100 orang siswa. Wow, pantesan antri terus ya. Bukan cuma itu, catatan Pemerintah menyebutkan 1 dari 3 anak perempuan sampai bolos sekolah loh selama menstruasi setiap bulan. Parahnya lagi, lebih dari separuh anak perempuan memutuskan berhenti sekolah saat mereka naik kelas 10. Ini artinya, angka putus sekolah meningkat ketika para siswa perempuan mencapai pubertas dan mulai menstruasi. Terus gimana yah upaya pemerintah mengatasi masalah ini?

“Pemerintah memberikan bantuan dana untuk membangun toilet yang nyaman bagi pelajar perempuan, sedikitnya 1 di sekolah menengah pertama dan menengah atas. Kami harap ini akan menciptakan lingkungan yang lebih baik agar mereka mau bersekolah. Jika mereka masuk sekolah dengan teratur, pelajaran mereka akan membaik dan kita bisa mengurangi angka putus sekolah,” janji Jhappar Singh Biswokarma, Deputi Direktur di Kementerian Pendidikan Nepal.

Nantinya, pemerintah akan membangun 2000 toilet bagi siswa perempuan di sekolah negeri pada tahun ini. Masing-masing sekolah akan mendapatkan dana sebesar 20 juta rupiah untuk membangun toilet. Sayangnya, Kepala Sekolah Menengah Shree Krishna, Jagdishprasad Singh pesimistis nih dengan janji pemerintah tersebut bakal terwujud.

“Ini rencana yang bagus tapi uang yang pemerintah berikan tidak cukup. Mereka hanya memberikan 60 persen dari keseluruhan biaya pembangunan toilet dan meminta kami menyediakan sisanya. Sementara, pemerintah melarang kami menarik iuran dari para siswa. Sebagian besar pelajar di sekolah ini berasal dari keluarga miskin...jadi bagaimana kami bisa menutupi biaya pembangunan toilet itu?” kata Jagdish

Tanpa terasa waktu istirahat telah usai. Para siswa harus kembali ke dalam kelas. Wah, tapi antrian di depan toilet masih terlihat panjang nih! Aduh kebelet deh!


Editor: Vivi Zabkie

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending