KBR – Harga elpiji nonsubsidi ukuran tabung 12 kilogram naik sebesar Rp 1.500 per kilogram mulai Rabu kemarin (10/9). Ini membuat harga jual di agen menjadi Rp 114.300 per tabung dari sebelumnya Rp 92.800 per tabung. Kenaikan harga ini diprediksi akan berpengaruh kepada berbagai sektor ekonomi, khususnya rumah makan dan restoran. Pengusaha Warung Tegal (warteg) pun sudah berancang-ancang beralih ke elpiji tiga kilogram, “Ya mau tidak mau,” ujar Ketua Umum Koperasi Warung Tegal, Sastoro dalam Program Sarapan Pagi KBR, Kamis (11/9).
Berikut petikan wawancara selengkapnya dengan Sastoro:
Sudah mulai dihitung kira-kira berapa beban tambahan yang akan ditanggung oleh pengusaha kalau pakai harga gas elpiji 12 kilogram dengan harga sekarang?
Kalau soal hitung menghitung sudah hal biasa. Memang warteg ini selalu mengalami dalam waktu relatif singkat ini selalu gonjang-ganjing masalah kondisi bahan kebutuhannya, dari mulai bahan baku sampai sekarang timbul lagi masalah bahan bakar. Kalau warteg selalu menghitungnya agak sulit kalau dari hari ini mulai Rp 6 ribu satu porsi nasi, sayur, lauk pauk kemudian naik lagi jadi Rp 8 ribu. Kalau hitungan naik ini biasanya kita tidak kesulitan, tapi kalau turun baru warteg senang konsumen senang.
Saya mau komplain sama Pertamina, para pejabat Pertamina ketika ada semacam pertemuan waktu peralihan dari minyak tanah ke gas itu warteg yang jadi ujung tombak untuk menggunakan gas agar diterima masyarakat umum maka warteg yang lebih dulu memberikan suatu contoh. Dari pihak pejabat Pertamina waktu itu ngomong tidak usah khawatir kalau minyak tanah diganti gas, karena gas ini di negara kita sekarang melimpah ruah. Jadi gunakan saja gas, minyak tanahnya dihilangkan.
Sampai saya waktu itu dikasih percontohan cuma-cuma berapa puluh ribu tabung gratis sama kompornya, gratis saya bagi-bagi. Sebelum pelaksanaan janji, ini kalau minyak tanah dihilangkan kemudian diganti dengan elpiji kira-kira ke depan kesulitan tidak buat warteg kan gitu. Waktu itu saya diundang pejabat Pertamina tempatnya juga sangat istimewa di suatu hotel dan sebelum ada pembagian itu saya selaku Ketua Umum Koperasi Warung Tegal, mengundang waktu itu Menteri Koperasi-nya Suryadharma Ali. Kemudian di depan menteri koperasi enak janji, tidak ada kesulitan kalau masalah gas ini karena gas di bumi Indonesia cukup melimpah.
Sekarang kondisinya seperti apa?
Sebenarnya mau penaikan yang 12 kilogram ini sudah agak lama. Saya tentang itu, waktu itu mau naik saya tentang akhirnya dibatalkan. Kalau tidak salah saya komplain di media, tidak bisa ini minyak tanah sudah tidak ada kemudian gas 12 kilogram mau naik. Ini bagaimana Pertamina berarti tidak konsisten, tidak ada jaminan antara pengusaha warteg anggota saya dengan pihak Pertamina disaksikan Pak Suryadharma Ali bahwa dijamin gas ini tidak akan mengalami kesulitan dan harganya murah.
Kalau sehari biasanya menggunakan berapa tabung ukuran 12 kilogram?
Tergantung dari warteg masing-masing omzet dagangnya. Tempat yang mereka lakukan di lokasi penjualannya ada warteg yang 24 jam, ada yang 10 jam.
Ada berapa anggota dalam pembinaan Anda?
Masih tetap 20 ribu lebih kena imbasnya.
Ada kemungkinan gulung tikar atau beralih ke tiga kilogram?
Sebenarnya kalau kita bisa bicara kepada Pertamina kami minta diundang lagi. Jadi jangan sak enak e dhewek naik-naik, diundang dulu. Dulu warteg sebagai ujung tombak pemasaran elpiji di Indonesia sampai direktur pemasarannya nongkrong di dapur warteg, mencoba dari tabung elpiji sekian kilo dengan minyak tanah yang sekian kilo hemat yang mana. Itu direktur pemasarannya nongkrong di suatu warteg di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Waktu itu kita apa boleh buat memang minyak tanah mau dihilangkan, sebenarnya masih enakan minyak tanah.
Saat ini sudah dengar-dengar anggota akan beralih ke tiga kilogram?
Ya mau tidak mau (beralih ke elpiji 3 kilogram) kalau perlu beralih ke kayu walaupun sulit. Zaman dulu warteg masaknya memang pakai kayu, kalau sekarang banyak kayu di Jakarta karena banyak proyek bangunan kayunya dibuang cuma segi keamanannya yang kurang. Saya ingin mencoba lagi pakai batu bara.
Sudah dilobi ke siapa saja untuk batu bara?
Dulu sebenarnya kita sudah ada sosialisasi ke warteg-warteg gunakan batu bara. Karena dari pihak departemen koperasi juga diarahkan ke batu bara sebelum minyak tanah ke gas. Memang bagus juga batu bara.
Komunikasi kerja sama dengan penyedia batu bara masih terjalin? Pasokannya kira-kira tersedia?
Sekarang sudah tidak ada. Kalau dulu pengusaha batu bara menyiapkan tungkunya dicoba. Sebenarnya banyak masyarakat Indonesia awam ya, ini katanya gas di Indonesia melimpah ruah tapi kok subsidi-subsidi padahal katanya gas dijual ke luar negeri murah.
Elpiji 12 Kg Naik, Pengusaha Warteg: Pertamina Tidak Konsisten

BERITA
Kamis, 11 Sep 2014 13:03 WIB


Elpiji 12 Kg Naik, Pengusaha Warteg
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai