Bagikan:

Sering Berhalusinasi, Waspadai Gangguan Bipolar

KBR68H, Jakarta - Siapa tak kenal Ludwig van Beethoven (komposer), Vincent van Gogh (pelukis), Elvis Presley, Axl Rose (personel Guns N' Roses), dan Jim Carrey (aktor)? Siapa sangka dibalik nama besarnya, mereka adalah orang orang yang menderita gangguan

BERITA

Selasa, 10 Sep 2013 16:49 WIB

Author

Nur Azizah

Sering Berhalusinasi, Waspadai Gangguan Bipolar

gangguan bipolar, halusinasi, gangguan jiwa

KBR68H, Jakarta - Siapa tak kenal Ludwig van Beethoven (komposer), Vincent van Gogh (pelukis), Elvis Presley, Axl Rose (personel Guns N' Roses), dan Jim Carrey (aktor)? Siapa sangka dibalik nama besarnya, mereka adalah orang orang yang menderita gangguan bipolar atau bipolar disorder. Bipolar adalah  gangguan psikologis berupa kebahagiaan berlebihan dan depresi ekstrem.

Dokter Richard Budiman dari Perhimpunan dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia menyebut gangguan bipolar adalah dua kutub yang berpotensi ekstrem yang pada saat meningkat disebut manic dan pada saat menurun dikenal dengan istilah depresi. Namun, bagi penderita bipolar, episode depresi lebih dominan dibanding manic.

Dokter yang juga berpraktek di Mental Health Clinic di Dharmawangsa, Jakarta Selatan ini juga mengatakan, untuk mendeteksi gangguan itu dirinya mematok 3P; perasaan, perilaku, dan proses pikir.

"Saat manic, perasaan meningkat, dia bisa merasa jadi orang yang hebat, pembicaraannnya lebih cepat dan banyak, bahkan sulit kita stop. Perilakunya misalnya belanja berlebihan dan bahkan seksual berlebihan. Bicara cepat bisa dimengerti tapi susah dipotong. Ini karena banyak ide di pikirannya dan seperti berlomba. Ini kita lihat sebagai stimulus karena nyambung terus," jelas dokter Richard dalam perbincangan Klinik KBR68H, Selasa (10/9).

Ada empat jenis episode bipolar, yaitu mania (senang), hipomania (senang berlebihan), depresi dan campuran.

Di Amerika Serikat, orang dengan gangguan bipolar di kisaran 1 hingga 3 persen dari total penduduk AS, 300 juta orang. Ini artinya 3 juta penduduk Amerika mengalami gangguan tersebut.

"Pusatnya ada pada gangguan otak di dalam biro transmiter zat kimianya. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka seseorang bisa mengalami manic atau depresi. Bahkan, tak jarang gangguan ini muncul tanpa stimulus dari luar," terang dokter Richard.

Bipolar atau Schizoprenia

Orang dengan gangguan bipolar Vira mengakui dirinya sering mengalami manic dan depresi secara cepat. Tapi, kata Vira, bukan berarti semua orang yang mengalami hal seperti tadi mengalami gangguan bipolar. "Ada ketentuan misalnya manicnya berapa hari, depresinya berapa hari," jelas vira.

Perempuan muda yang kini masih kuliah di Universitas Swasta di Jakarta ini bahkan pernah mengalami salah diagnosa. Kala itu dokter mendiagnosanya mengalami schizoprenia. Namun, saat Vira mengkonsumsi obat dari dokter itulah ia justru mengalami hypomanic. Dokter pun menyarankannya untuk periksa ulang soal gangguan yang ia alami.

"Saya tahu bipolar sejak sering halusinasi baik audio maupun visual," aku Vira.

Keluarga saya, imbuh Vira, melihat dirinya sebagai pribadi yang meledak ledak dan moody-an. "Tapi setelah saya mengalami halusinasi, awal tahun ini kejadiannya pas saya down banget dan stressor nya adalah kuliah saya di fakultas kedokteran. Lalu setelah halusinasi saya konsultasi ke psikiater didiagnosa depresi. Lalu dokter itu ngasih zipralex, itu malah bikin saya manic. Saat itu dokternya minta diperiksa ulang. Tes MMPA saya bipolar disorder."

Dokter Richard menjelaskan, gangguan bipolar ditandai dengan adanya halusinasi. Gangguan juga terjadi dalam rentang waktu tertentu. Misalnya, kata Richard, pasien manic yang memiliki halusinasi atau pembicaraannya atau wahamnya (seperti suatu keyakinan yang diyakini betul tidak benar tapi diyakini benar-red), merasa sebagai orang hebat. "Ini kita sebutkan dengan ciri psikotik," jelas Richard.
"Perbedaannya gangguan bipolar dengan skizoprenia adalah bipolar bicaranya masih runtut. Tapi pada schizoprenia sudah kacau atau tak beraturan."

Menurut Richard, mereka yang mengalami gangguan bipolar saat manic disertai perasaan cemas tapi tidak berlebihan. "Kalau manic, itu maksimal dalam seminggu terus menerus dan berlanjut itu mengarah pada episode manic. Perasaan meningkat, perilaku berlebihan, berfikir cepat, dan terus menerus sepekan."

Ini berbeda dengan cemas menyeluruh yang ditandai dengan perasaan cemas yang berlebihan hingga mengakibatkan rasa panik dan berlangsung selama satu jam.

"Butuh waktu dua pekan untuk mendiagnosa apakah seseorang mengalami gangguan bipolar saat ia depresi, sedih, tidak mau berbicara, rasa ingin bunuh diri," terang Richard.

Kesembuhan tentu menjadi harapan bagi mereka yang mengalami bipolar disorder. dokter Richard mengakui dalam beberap kasus tersebut, ada yang bisa sembuh total. Tapi, kata Richard, ada juga yang memerlukan pengobata yang membuat persaaannya stabil. termasuk kerjasama dengan dokter juga penting dilakukan untuk mengetahui koncumsi obat yang dibutuhkan.

"Orang yang terganggu jiwanya bukan berarti bahwa dia itu seperti orang gila," pungkas Richard.

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending