KBR68H- Perubahan iklim adalah hal yang nyata-nyata ada. Bahkan dampaknya sudah dirasakan para petani. Saat ini, petani sulit memprediksi cuaca untuk bertani. Dengan keadaan cuaca yang berubah-ubah, banyak petani yang gagal panen perubahan cuaca yang ekstrim.Untuk mengatasi hal itu, BMKG membuat sekolah lapangan iklim.
Sekolah tersebut diberikan kepada para penyuluh pertanian. Kemudian penyuluh tersebut menginformasikan kepada para petani mengenai perubahan cuaca dan pengaruhnya terhadap pertanian. Dalam mendirikan sekolah iklim ini, BMKG bekerjasama dengan Kementerian Pertanian.
Koordinantor Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI) Mida Saragih mengatakan, ancaman perubahan iklim bukanlah isapan jempol. Kata dia, pihaknya telah melakukan rembuk nasional soal keadilan iklim yang melibatkan petani dari beberapa daerah. "Hasilnya ada laporan dari para petani di Jawa, NTT, dan Banten yang terdampak perubahan iklim," kata Mida. DIa menambahkan, para petani umumnya mengeluhkan perubahan curah hujan.
Mida mengatakan, saat ini ada jurang pengetahuan yang cukup dalam antar para petani. Kata dia, sekolah iklim ini berguna untuk mengurangi jurang tersebut. "Para petani jadi tahu cara bertahan di tengah perubahan iklik yang ekstrim," katanya. Mida menambahkan, pemerintah wajib memberikan pengetahun kepada para petani soal bertahan di tengah perubahan iklim. Hal tersebut kata dia telah dilakukan pemerintahan di negara-negara Eropa.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Informasi Agroklimatologi dan Iklim Maritim Nelly Florida mengatakan kelas ini diupayakan dapat memberikan penyuluhan menyeluruh bagi para petani di hampir semua daerah di nusantara. 'Tahun ini kita adakan di 25 Provinsi," kata Nelly. Nelly menambahkan, program kelas iklim ini difokuskan di daerah-daerah penghasil pangan. Kata dia, program ini akan digelar tiap tahun.
Nelly Florida menambahkan, untuk menyukseskan perogram ini, pihaknya bekerjasama dengan beberapa isntitusi terkait seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum. "Kalau dari sisi materi kita dengan Kementan dan kalau dari segi infrastruktur kita kerja sama dengan Kemen PU," kata Nelly.
Sementara itu, salah satu petani dari Jawa Tengah, Mujianto mengatakan, petani sudah tahu betul hal -hal yang disampaikan di kelas iklim. "Kami sudah mengalami puluhan tahun, " kata dia. Oleh karena itu, kata dia kurikulum sekolah iklim harus ditambah. Kata Mujianto, banyak hal menarik yang tidak dipelajari di kelas iklim.
"Sudah bagus sih tapi pendekatan secara lokal harus diperbanyak. Seperti suara jangkrik. jangkrik kan gak sembarangan bersuara. itu tandanya akan turun hujan," kata Mujianto. Contoh lain kata dia adalah ketika mau menanam kedelai maka dirinya harus menunggu laron karena itu tandanya kelembaban tanah sudah cukup tinggi.
Namun demikian, Mujianto sangat mengapresiasi beberapa materi dari kelas ini yang belum dipelajari. " Seperti belajar memahami alat-alat canggih yang lumayan rumit, ada bagusnya juga," kata Mujianto.
Editor: Suryawijayanti
Sekolah Iklim, Belajar Memahami Perubahan Cuaca
KBR68H- Perubahan iklim adalah hal yang nyata-nyata ada. Bahkan dampaknya sudah dirasakan para petani.

BERITA
Senin, 30 Sep 2013 09:10 WIB


sekolah iklim, cuaca, BMKG
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai