KBR, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengakui pendistribusian buku Kurikulum 2013 belum merata ke sekolah-sekolah di tanah air. Alasannya karena libur Lebaran.
Juru Bicara Kemendikbud, Ibnu Hamad mengatakan alasan lain keterlambatan itu juga karena pengiriman dari percetakan ke sekolah. Karena itu, kementerian mengantisipasi dengan cara mengirimkan data mentah ke sekolah dan mengunggah ke dalam situs rumah belajar.
Berikut wawancara selengkapnya dalam Program Sarapan Pagi KBR (4/8).
Mengapa buku kurikulum baru ini belum sampai juga di Garut, lalu juga Bima Nusa Tenggara Barat?
“Jadi kami akui bahwa pergerakan buku ini masih terus bergerak. Jadi tidak nol tapi bergerak terus jumlahnya yang terkirim ke sekolah namun belum 100 persen. Kalau ditanya penyebabnya ada dua, pertama soal sebetulnya isu ini sudah sebulan lalu yaitu kita mendorong agar para kepala dinas di kabupaten/kota mengkoordinir sekolah-sekolah memesan buku.”
Ini dicuekin sama dinasnya atau bagaimana?
Memang ada situasi walaupun kita tidak bisa menyalahkan juga misalnya puasa lalu libur lebaran. Kedua kalaupun ada sekolah yang memesan lalu percetakannya lambat mengirim, itu lagi-lagi ada persoalan.
Di daerah mana saja?
“Secara nasional begitu umumnya rata-rata. Untuk itu kementerian mengatasi dengan dua cara sambil menanti sampai buku itu 100 persen. Jadi ada dua caranya, pertama kami mengirimkan CD ke kabupaten/kota seluruh Indonesia, saya sendiri bertugas ke Sulsel waktu bulan puasa mengirim CD itu ke sekolah. Kedua caranya adalah kami mengunggah buku-buku ke situs “Rumah Belajar” di situ ada buku-buku kurikulum 2013 mulai dari buku kelas 1 SD sampai seterusnya.”
Jadi nanti setelah melihat dan mengunduh sekolah langsung mencetak dengan banyak tanpa ada percetakan, fotocopy, dan sebagainya?
“Tidak. Jadi buku itu sesungguhnya sudah tinggal beli sekolah itu karena dananya sudah ada untuk membeli buku itu. Ini soal interaksi pemesanan dan pengiriman, sementara mengatasi buku belum 100 persen hingga ke sekolah softcopy itu.”
Softcopy itu diapakan?
“Mungkin kalau gurunya atau sekolahnya belum sempat mencetak bisa menjadi pegangan. Karena prinsip utamanya tetap buku itu dikirim ke sekolah, dibeli oleh sekolah kepada pencetak yang sudah mendapat tender berdasarkan zonanya.”
Kira-kira berapa lama sekolah-sekolah itu harus menunggu sampai buku itu datang?
“Kementerian waktu itu merencanakan efek pembelajaran hari ini atau ada yang mundur sampai tanggal 6 Agustus. Artinya setelah lebaran ini mulai ajaran baru keinginan kementerian adalah buku-buku sudah sampai di sekolah. Makanya sejak sebulan lalu kita dorong sekolah-sekolah memesan buku. Beberapa kali rakor dengan dinas kabupaten/kota juga kita ingatkan terus, tidak kurang pak menteri mengirim surat ke gubernur mendorong agar kepala sekolah memesan buku.”
Kalau sekolah atau dinas pendidikan mereka tidak memesan buku apa yang terjadi?
“Percetakan tentu ingin dibeli bukunya. Uangnya sudah ada, sudah dikirim melalui dana BOS tinggal interaksi pemesanan dan pengiriman. Waktu bulan puasa lalu kementerian mengumpulkan para percetakan yang mendapatkan tender, jangan hanya menunggu pemesanan pokoknya cetak saja dulu sesuai dengan data yang sudah dikirim oleh dinas atau kementerian ke percetakan masing-masing. Cetak saja, jangan takut tidak dibayar karena dananya ada yaitu dalam BOS. Bahkan untuk buku-buku SMA dan SMK buku itu bisa dibayarkan oleh dana BOS yang masih ada di kementerian.”
Ini sebagai jaminan ya?
“Iya sudah dijamin semuanya, ini teknis.”
Percetakan masih ragu, kenapa?
“Jadi ada percetakan yang waktu menang tender semangat, memperoleh tender ingin dapat pekerjaan. Tapi begitu dapat zona tertentu yang menyebabkan harus mengirim ke daerah-daerah, karena kewajiban percetakan adalah mencetak dan mengirimkan sampai di sekolah janjinya seperti itu. Ada juga dalam pertemuan di kementerian itu percetakan yang mengusul bagaimana kalau kami dibantu mengirim sampai ke dinas saja, dinas yang mengirim ke sekolah. Pak wamen menjelaskan sebaiknya tetap ke sekolah namun dinas membantu distribusinya.”
Ini sudah dievaluasi lagi berapa persen karena kesalahan dinas pendidikan, berapa persen karena percetakan?
“Kalau data terakhir saya belum dapat dari pusat pemantauan pergerakan percetakan dan distribusi. Tentunya menghindari saling menyalahkan kami ingin ini demi kemajuan bersama, toh dananya sudah ada ini tinggal komitmen.”
Bisa dipastikan buku sampai ke tangan siswa kira-kira kapan?
“Kalau pertanyaan ini terus terang saya belum bisa menjawabnya karena saya belum konfirmasi pergerakan data distribusi terakhir. Mudah-mudahan bergerak terus angkanya, bertambah walaupun tidak memenuhi target per hari ini harusnya seluruhnya sudah tapi belum tercapai. Ada yang sudah angka provinsinya sampai 80 persen, ada yang baru 50 persen. Tapi kita tidak boleh angka rata-rata provinsi atau kabupaten, ini masalahnya sekolah hitungannya.”
(Baca juga: FSGI: Masih Banyak Daerah yang Belum Terima Buku Kurikulum 2013)
Buku Kurikulum 2013 Belum Diterima Sekolah, Kemendikbud Kirim Data Mentah
Alasannya karena libur Lebaran.

BERITA
Selasa, 05 Agus 2014 16:41 WIB


Buku, pelajaran, kurikulum 2013, kemendikbud
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai