Scout Bassett sudah menghadapi banyak cobaan selama hidupnya. Coba bayangkan, dia lahir di Cina, lalu ditinggalkan di panti asuhan, dan dia punya luka bakar yang mengerikan. Selain itu, kaki kanan Scout juga rusak, hingga dokter harus mengamputasinya hingga lutut.
Kehidupan Scout di panti asuhan tergolong susah. Dia selalu kelaparan dan harus mencari pekerjaan agar bisa terus hidup. Pada akhirnya dia mengepel lantai, memberi makan bayi dan mencuci piring untuk mendapatkan uang. Semua dia lakukan dengan kaki palsu yang dibuatnya sendiri. Bukan kaki palsu bikinan dokter, Sobat Teen. Tapi kaki palsu asal-tempel yang dibuatnya dengan barang-barang dari garasi. Kaki palsu yang nggak bisa bekerja dengan baik.
Saat berusia tujuh tahu, Scout diadopsi oleh keluarga Michigan. Dia dibawa tinggal ke Amerika Serikat. Dan, kehidupan Scout menjadi lebih baik. Dia dibuatkan kaki palsu yang benar, dibuat oleh dokter. Kegiatan sehari-hari menjadi lebih mudah dilakukannya, Sobat Teen.
Di usia 14 tahun, teknologi semakin maju. Scout telah memiliki kaki palsu yang dibuat untuk berolahraga. Dia mengujinya dengan mengikuti lomba untuk atlet penyandang cacat. Di lomba ini, Scout berkenalan dengan Sarah Reinertsen, orang yang kehilangan kaki di usia tujuh tahun, tapi bisa menyelesaikan triathlon atau lomba olahraga campuran di Hawaii. Sarah memberikan dukungan pada Scout yang awalnya sangat gugup.
Di perlombaan itu, Scout memang kalah. Tapi dia mengaku belajar banyak. Dari sana, Scout menjadi lebih semangat belajar dan mengikuti lomba lain. Scout berkeinginan untuk menjadi pintar dan bisa sukses.
Terbukti, sekarang Scout bukanlah remaja yang hanya duduk diam dan bersedih karena menggunakan kaki palsu. Scout yang sekarang adalah yang pintar, dan semangat menjadi atlet untuk mengikuti setiap perlombaan yang bisa dia ikuti. Dia juga berbagi mengenai kisahnya di sekolah-sekolah. Agar semakin banyak anak yang bersemangat untuk sukses walaupun mereka memiliki kekurangan.
Anak-anak sering bertanya kepada Scout Bassett, apakah dirinya ingin punya dua kaki yang normal. Jawabannya adalah, "Jika bukan karena saya tidak punya kaki, saya tidak akan memiliki kesempatan yang saya punya seperti saat ini."
Tepuk tangan untuk Scout! Walaupun punya kekurangan, dia nggak menjadi pemalas dan pengeluh. Malah dia terus semangat agar bisa seperti anak-anak lain. Patut ditiru, Sobat Teen! (kids.nationalgeographic)
Editor: Vivi Zabkie