KBR68H-Indonesia memiliki potensi besar dalam pasar konstruksi. Pun bisa bersaing di tingkat ASEAN. Apalagi didukung pertumbuhan ekonomi yang relatif baik setiap tahunnya. Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W. Husaini mencontohkan jasa konstruksi Indonesia yang diakui negara lain. “Indonesia membangun jalan tol di Filipina, Malaysia, Saudi Arabia. Puluhan ribu tenaga konstruksi kita terlibat di ASEAN,” sebutnya. Contoh lainnya adalah, saat ini perusahaan konstruksi nasional akan menggarap proyek di Myanmar. “Kita ada kerjasama dengan Myanmar,” ungkap Hediyanto. Masyarakat konstruksi Indonesia, juga membangun bangsanya melalui konstruksi. “Jembatan Ampera, Semanggi, membangun jalan-jalan di daerah, semua ini kan potensi pasar konstruksi,” tutur Hediyanto.
Konstruksi Indonesia memang luar biasa maju. Hasilnya sudah diakui sejak jaman dahulu. “Candi Borobudur, kita juga yang menemukan teknologi cakar ayam dan sosor bahu, melihat apa yang telah dicapai pasti bisa bersaing dan punya daya saing,” timpal Ketua Komite Daya Saing & Dukungan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN), Darmatyanto Saptodewo.
Kegiatan Konstruksi Indonesia
Namun, peningkatan kualitas konstruksi Indonesia harus terus digali dan dikembangkan. Maka penting Kegiatan Konstruksi Indonesia digelar kembali; sebuah ajang menumbuhkembangkan apresiasi terhadap peran industri dan sektor konstruksi. “Membangkitkan semangat untuk menemukan satu hal yang baru, termasuk yang dipatenkan. Dengan kegiatan ini supaya kita bisa berpikir keras, apa temuan baru ini,” kata Darmatyanto. Kementerian Pekerjaan Umum pun mendukung kegiatan ini. Buktinya, kegiatan Konstruksi Indonesia tahun ini kembali digelar. Tahun ini mengambil tema ‘Mempersiapkan Daya Saing Konstruksi Indonesia Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN’. ”Sejak 2003 sudah ada, ini artinya sudah 10 tahun. Tahun ini kita perkuat komitmen kita kepada dunia kontruksi indonesia, apa yang sudah dicapai, apa yang mau dicapai, berdiskusi lagi,” terang Hediyanto. Dia menjelaskan kegiatan ini sudah berlangsung sejak Juli lalu dan akan berakhir pada November mendatang.
Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam kegiatan tahunan ini antara lain Lomba dan Sarasehan Pekerja Konstruksi Indonesia, Kompetisi Foto Konstruksi Indonesia, Penghargaan Karya Konstruksi, Penghargaan Kinerja Proyek Konstruksi, Penyusunan Buku Konstruksi Indonesia 2013, Pameran dan Seminar Konstruksi Indonesia 2013, serta berbagai kegiatan pendukung lainnya. “Banyak kegiatan sebagai bentuk apresiasi,” kata Hediyanto.
Setiap daerah bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dengan melihat kondisi konstruksinya masing-masing. “Kearifan lokal apa saja yang bisa dikembangkan, teknologi apa yang bisa dikembangkan? Kita beri penghargaan atas hal tersebut dalam kegiatan Konstruksi Indonesia. Tahun lalu yang ikut 27 peserta, kita berharap tahun ini 30-40-an peserta,” ungkap Darmatyanto Saptodewo.
Sertifikasi Demi Kualitas dan Pengakuan
Berbicara meningkatkan daya saing konstruksi Indonesia, sertifikasi menjadi salah satu kuncinya. “Orang yang punya sertifikasi kerjanya benar, pakai aturan dan memiliki standar,” ucap Hediyanto W. Husaini. Dengan sertifikasi inilah setiap kontruksi yang terbangun di Indonesia atau di negara lain terjamin kualitasnya. Pun dari sisi konsumen bisa terlindungi. “Produknya benar, hasilnya berkualitas,” tegas Hediyanto W. Husaini. Namun ia, mengakui di Indonesia belum banyak tenaga konstruksi yang terampil dan tersertifikasi. “Non-terampil 3,8 juta, terampil 1,9 juta,” sebut Hediyanto W. Husaini. Kementerian Pekerjaan Umum akan menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat konstruksi Indonesia supaya lebih berdaya saing. “Tukang batu, engineering, tukang bangunan, pokoknya semua masyarakat konstruksi bisa berdaya saing. Kita lagi siapkan mobil pelatihan yang sistem pelatuhannya nanti jemput bola, sampai ke daerah-daerah. Total anggaran 12 milyar, tahun depan jalan,” terangnya.
Sementara itu, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional akan membuat Unit Sertifikasi Tenaga Kerja (USTK) dan Unit Sertikasi Badan Usaha (USBU). Unit inilah yang akan mengeluarkan sertifikasi bagi masyarakat jasa konstruksi. Unit bisa bekerjasama dengan Perguruan Tinggi, SMK atau Kementerian/lembaga yang memiliki laboratorium. “Ini untuk sertifikasi keterampilan tukang-tukang ya. Sistemnya tidak terpusat lagi. Melainkan desentralisasi,” terang Darmatyanto Saptodewo. Dengan USTK ini pula bisa mencegah penjualan sertifikat bodong. “Justru dengan USTK ini, kita buat satu peraturan atau prosedur, sesuai dengan ISO. Jadi seluruhnya pemeriksaan dan tahapannya sesuai ISO. Jadi tidak ada tuh pengeluran sertifkat bodong,” tegas Darmatyanto Saptodewo. Selain itu kata Darmatyanto Saptodewo cerminan tingkah laku bangsa menjadi penentu bersaing atau tidaknya konstruksi Indonesia. “Tantangan kita, bangsa Cina. Mereka mau membangun PLTA di Papua, di tengah hutan, tidur hanya dengan barak ditutup kelambu. Apa kita bisa juga seperti mereka? Bisa bertahan berapa lama? Tanpa AC atau fasilitas lainnya. Attitude, disiplin mengikutinya,” tambahnya. Tugas bersama untuk membangun konstruksi Indonesia. Masyarakat bisa ikut mengawasi, melakukan perbaikan. “Kita beri reward setinggi-tingginya bagi orang yang berjasa, kita beri hukuman yang berat bagi pelanggaran peraturan.” tutup Hediyanto W. Husaini.
Informasi ini dipersembahkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Editor: Vivi Zabkie