Bagikan:

Kemarau dan Pembakaran Lahan Picu Kebakaran Hutan di Riau

KBR68H, Jakarta - Belum genap dua bulan penanganan kabut asap di Riau beres, bencana itu datang lagi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi peningkatan titik api yang signifikan di sana.

BERITA

Rabu, 28 Agus 2013 10:57 WIB

Author

Doddy Rosadi

Kemarau dan Pembakaran Lahan Picu Kebakaran Hutan di Riau

kebakaran hutan, riau, titik api, greenpeace

KBR68H, Jakarta - Belum genap dua bulan penanganan kabut asap di Riau beres, bencana itu datang lagi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi peningkatan titik api yang signifikan di sana. Ini akibat kebakaran hutan dan lahan.  Kenapa kebakaran hutan  terus berulang di Riau? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Irvan Imamsyah dengan Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia di Riau, Rusmadya Maharuddin dalam program Sarapan Pagi

Bagaimana anda melihat langkah-langkah dari pemerintah sejauh ini untuk menangani kabut asap di sana?

Pagi ini saya mencoba melihat ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) di Pekanbaru itu menunjukkan tulisannya tidak sehat.
 
Anda pakai masker juga?

Iya.

Di jalanan kelihatan kabut asapnya?

Kelihatan sekali paling tidak dari kemarin sampai hari ini kelihatan jelas kabut asapnya.

Diupayakan dengan bom air, hujan buatan, dan sebagainya belum berdampak sama sekali?

Penanganan langsung ke lokasi kebakaran itu dilakukan pada saat kebakaran yang lalu. Dalam dua hari ini penanganan baru dilakukan lewat penanganan langsung ke lokasi oleh BNPB dan sepertinya belum menunjukkan hasil yang signifikan untuk mengurangi kabut asap di Riau, khususnya di Pekanbaru.

Pantauan teman-teman Greenpeace apakah memang ini karena puncak kemarau atau kegiatan perkebunan?

Dari beberapa update hotspot yang kita lihat memang titik api ada di konsesi perusahaan dan lahan-lahan masyarakat.
 
Di tempat-tempat konsesi perusahaan mana saja?

Ada beberapa perusahaan. Kita akan coba lihat jelas dulu di lapangan sebelum kita mempublikasikan konsesi mana saja. Penyebabnya tentunya ada aktivitas pembakaran lahan ditambah lagi ini adalah musim kemarau. Pada saat bulan Juni yang lalu ketika kabut asap begitu tingginya itu BMKG sudah mengingatkan bahwa musim kemarau ini akan panjang sampai dengan September, Agustus ini bagian dari waktu yang diwaspadai untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Dari pantauan Greenpeace apakah aktifitas pemadaman atau penyiraman untuk menangani titik api masih berlangsung atau sempat terhenti?

Kalau kita lihat dari bulan Juni kemarin sebelum memasuki lebaran itu sudah berkurang ya. Ini baru kembali lagi dari kemarin hingga hari ini.

Setelah lebaran tidak ada sama sekali upaya menangani titik api?

Setelah lebaran kemarin kabut asapnya tidak terlalu mengganggu. 


Anda menduga ini gambut atau ada aktifitas pembukaan lahan?


Jelas ada aktifitas pembukaan lahan. Kemudian pembukaan lahan itu di lahan gambut, kita tahu lahan gambut ini kalau sudah terbakar untuk memadamkannya sangat sulit. Karena api yang mati di permukaan belum menjawab atau memastikan bahwa api itu sudah padam. Karena api itu bisa saja ada di kedalaman gambut itu sendiri.

Kalau melihat kerja pemerintah tidak efektif, kira-kira apa yang harus dilakukan pemerintah segera?

Sebenarnya buat kita melihat kejadian ini terus berlangsung setiap tahun, pertama kali yang harus dilakukan adalah penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran lahan dan mengejar tanggung jawab pemilik lahan. Karena ini sudah diatur dalam Undang-undang No. 41 bahwa tanggung jawab terhadap areal kerja atau konsesi itu menjadi tanggung jawab pengelola konsesi. Karena di Pasal 49 tegas dikatakan bahwa pemegang hak atau izin bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran hutan di areal kerjanya.

Anda melihat ini tidak serius para penegak hukum?

Sampai sejauh ini kita tidak melihat ada proses penegakan hukum yang kelar terkait dengan kasus kebakaran lahan ini. Karena sampai saat ini belum ada perusahaan yang diproses sampai pengadilan.

Kalau melihat periode yang terus menerus terjadi beberapa pihak menyebutkan bahwa ini menjadi semacam ajang pemprov meminta anggaran penanganan bencana dan sebagainya. Apakah anda melihat motif seperti itu?

Kalau terkait dengan indikasi seperti itu saya ingin mengatakan bahwa biaya untuk penanganan bencana ekologi seperti kabut asap ini sangat besar. Artinya kalau seandainya biaya itu digunakan untuk kepentingan  yang lain untuk menjawab persoalan mendasar dari masyarakat terkait pendidikan dan kesehatan itu akan lebih baik. Jadi kalaupun ada anggapan seperti itu muncul sangat disayangkan kenapa mesti bencana ekologis ini dijadikan sebuah proyek untuk kepentingan pihak tertentu, kalau itu terjadi kita sangat menyayangkan itu.

Kalau anda melihat sampai sejauh ini pemilik lahan ini sudah ada yang meminta pertanggungjawaban?

Kalau proses hukum terhadap pelaku pembakar itu memang ada masyarakat yang sudah diproses tapi untuk perusahaan-perusahaan besar itu belum dilakukan.

Bisa sebutkan nama kira-kira siapa yang harus bertanggung jawab?

Kalau untuk persoalan penegakan hukum kasus kebakaran lahan ini tentunya jelas titik api ditemukan di konsesi mereka. Sementara di Undang-undang tegas mengatakan pemegang izin bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran hutan di areal kerjanya, artinya ini sudah bisa dibawa ke ranah hukum. Ada beberapa perusahaan dari update 26 Agustus kemarin yang titik apinya ditemukan di konsesi mereka.
 
Tapi tidak ada tindakan tegas sama sekali ya?

Iya. Artinya pemerintah juga harus melakukan review terhadap izin-izin yang sudah dikeluarkan. Kemudian memastikan areal konsesi yang gambut dan hutan alam itu harus dilindungi. Bukankah pemilik areal konsesi itu juga berdasarkan ketentuan sudah harus menyiapkan antisipasi agar kebakaran hutan itu tidak terjadi. Misalnya mereka harus membuat menara pantau, membentuk tim patroli dan lain-lain. Tapi ini kita lihat sepertinya tidak jalan, buktinya kabut asap terus terjadi.

Sebentar lagi Riau menggelar pemilihan gubernur. Apakah anda punya catatan terhadap calon-calon gubernur di sana ada tidak rencana konkret soal kabut asap ini?

Kebetulan kita Greenpeace dan beberapa komponen NGO lainnya sedang melakukan kampanye juga terkait dengan pesta demokrasi yang terjadi di Riau. Tapi fokus kita lebih kepada himbauan untuk menjawab persoalan lingkungan terutama terkait dengan kabut asap. Dalam kampanye ini kita meminta masyarakat untuk memilih calon yang tepat untuk bisa menjawab persoalan kebakaran lahan ini. Kampanye ini juga kita arahkan kepada para kandidat untuk meminta mereka memiliki komitmen yang kuat, memiliki kebijakan dan program serta langkah-langkah yang terukur untuk menjawab persoalan-persoalan lingkungan termasuk juga kabut asap yang terjadi. Bentuk kegiatannya itu kita melakukan foto orbs kemarin di lahan gambut kaya karbon, kemudian kita melakukan pengumpulan pendapat dari masyarakat, harapan masyarakat terhadap pimpinan Riau lima tahun ke depan sampai kita bertemu dengan para kandidat. Memang secara normatif pada saat kita ketemu mereka menyatakan punya komitmen, bahkan mereka membuat cap tangan hijau dan membuat pernyataan komitmen mereka untuk lingkungan.
 
Tinggal ditagih ya?

Iya tinggal kita tagih saja. Siapapun calon yang terpilih tinggal kita tagih untuk komitmen mereka menjawab persoalan kabut asap ini.   

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending