Bagikan:

BI: Investor Cari Aman, Rupiah Melemah

KBR68H, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus terkoreksi pada penutupan perdagangan Selasa kemarin. Bahkan Rupiah sempat menyentuh level 10.800-an.

BERITA

Rabu, 21 Agus 2013 12:14 WIB

Author

Doddy Rosadi

BI: Investor Cari Aman, Rupiah Melemah

bank indonesia, rupiah, cadangan devisa

KBR68H, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus terkoreksi pada penutupan perdagangan Selasa kemarin. Bahkan Rupiah sempat menyentuh level 10.800-an. Sejumlah kalangan menilai Rupiah tengah masuk fase yang mengkhawatirkan. Lalu bagaimana dengan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia ke depannya? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Arin Swandari dengan pengamat pasar uang Yanuar Rizky dan Direktur Departemem Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacob dalam program Sarapan Pagi

Yanuar Rizky

Kabarnya bakal anjlok lebih dalam lagi, seperti itukah tanda-tandanya?

Ada dua hal yang bisa kita jawab dalam persoalan ini. Apakah ini masih sebatas kebutuhan arus kas dari bandarnya atau bandarnya sudah cukup puas bermain-main di arus kas dia mulai melakukan perebutan aset.
 
Bandar itu siapa maksudnya?

Bandarnya jelas bank sentral negara maju, itu sudah terdeskripsi. Saya akan mulai dari satu titik kita bicara investasi, kalau bicara investasi maka transaksi hari ini untuk masa depan. Jadi kalau membahas hari ini kita harus melihat transaksi dan kebijakan masa lalu. Kenapa ketika kemarin ekonomi kita bagus, artinya ketika hot money masuk banyak melalui saham dan lainnya mereka melakukan mulai pengendalian pasar valas kita melalui pasar keuangan kita. Kalau kita lihat lagi arus dananya dari mana, arus dananya yang orang sekarang bilang quantitative easing. Intinya Amerika Serikat adalah krisis, kemudian kalau krisis teori moneter lama adalah dia naikan suku bunga, uang beredar ditarik dari masyarakat, bank sentral melakukan pengendalian kemudian persoalan inflasi diatasi. Masalahnya pada waktu itu ada Cina di sisi lain yang menjadi lawannya Amerika Serikat. Saya rasa masyarakat sudah cukup paham karena Menteri Keuangan bilang ada persoalan quantitative easing. Jadi jauh lebih sulit saya menerangkan ini ketika quantitative easing masuk di 2007-2008. Gampangnya bahwa Amerika Serikat dia menangani krisis dengan memancing uangnya, dolarnya itu dia pancing dengan dia beri ke pasar keuangan dunia tentu tujuan dia dapat keuntungan atau di Amerika Serikat disebut printing money di pasar orang lain. Artinya bahwa The Federal Reserve itu melakukan cetak uang tapi melalui pasar keuangan negara lain.

Apakah itu yang kemudian Amerika disebut makin pulih itu setelah mengambil keuntungan dari banyak negara termasuk Indonesia?

Iya. Jadi inilah permainannya, siapa yang menguasai permainan dia akan menguasai arusnya. Artinya kalau saya bandarnya saya kasih uangnya ke pasar keuangan negara-negara berkembang dan sebagainya, saya kendalikan semua kemudian saya ambil keuntungan dari situ itulah yang terjadi hari ini. Jadi kalau kita lihat kembali pada respon pemerintah kita, ketika kemarin dolar banyak masuk menjadi Rp 8.400 bukan rupiahnya yang perkasa, jadi lagi-lagi ngomong fundamental ekonomi bagus.

Tapi karena dolarnya yang anjlok waktu itu?


Karena dolarnya dipancing. Kalau saya bandar tidak peduli bagi saya apakah posisi negatif atau positif yang penting saya harus dapat uang, bandar selalu berpikir begitu. Jadi harus dipahami ini adalah dunia kapitalis, ini adalah dunia ekonomi yang dikendalikan oleh bandar.

Peter Jacobs

Ini salah satunya permainan dari Amerika Serikat, apa yang kemudian dilakukan otoritas moneter kita menghadapi itu?

Memang ini karena ada kebijakan quantitative easing di Amerika jadi ada inflow masuk ke Indonesia. Sehingga ketika isu di Amerika mengurangi quantitative easing yang disebut tethering of, itu memang ada kekhawatiran dari investor jadi ada masalah sentimen juga sehingga investor lebih cenderung mencari aman sehingga ada outflow yang terjadi juga di Indonesia. Selain itu memang di dalam negeri terjadi pengaruh eksternal juga defisit yang melebar sehingga menimbulkan sentimen yang cukup negatif.
 
Ini sudah diprediksi bahwa ada kebijakan quantitative easing akan menekan rupiah?

Memang ini sesuatu yang kita lihat kemungkinan-kemungkinan tethering of. Apalagi sekarang kita lihat ke depan siapa yang akan jadi gubernur bank sentral, apakah kebijakan tethering of akan terjadi atau apa. Itu sesuatu yang kita pertimbangkan juga ketika Bank Indonesia mengambil kebijakan.

Kebijakannya seperti apa yang sedang dilakukan dan akan dilakukan?

Kita punya beberapa kebijakan. Ada kebijakan dengan menaikkan BI rate, menggunakan channel suku bunga, menggunakan channel nilai tukar.

Ada yang lebih strategis yang memang harus dilakukan segera?

Rupiah itu kita tidak punya target apakah di bawah Rp 10 ribu dan sebagainya. Karena tidak penting dengan target itu yang penting adalah rupiah stabil, itu yang kita jaga karena kestabilan ekonomi nasional itu didukung kestabilan nilai tukar juga.

Ada yang khawatir angka rupiah bisa menembus Rp 12 ribu rupiah per 1 dolar. Kita bisa mencegah ke arah sana?

Kita memang melihat segala kemungkinan. Jadi kalau rupiah itu tergantung juga dari kondisi permintaan dan kondisi yang terjadi di pasar. Jadi ini harus dipertimbangkan juga, yang kita jaga sebenarnya adalah dengan adanya spekulasi-spekulasi yang merugikan. Tapi yang penting juga adalah kita menjaga sentimen, makanya Bank Indonesia senantiasa hadir di market lalu kemudian kita kasih statement-statement yang berusaha memberikan informasi kepada masyarakat bahwa Bank Indonesia sudah melakukan apa yang kita bisa untuk menjaga supaya nilai tukar itu pada level yang sesuai dengan fundamentalnya. 


Kalau cadangan devisa kita kondisinya bagaimana? 


Cadangan devisi posisi Juli sekitar 92,1 miliar dolar cukup untuk lima bulan ini.

Yanuar Rizky

Sudah disampaikan apa yang sedang dilakukan tapi memang tidak banyak kecuali seperti biasa melepas uang ke pasar, menaikkan suku bunga sama seperti sebelumnya.  Apakah ini cukup? apakah banyak investor yang memanfaatkan situasi ini?

Ini penting kita cermati ketika dulu waktu 2008 banyak yang bilang inilah kematian US Dollar, inilah saatnya Amerika bangkrut. Sekarang kita lihat bangkrut tidak, membangkrutkan negara lain iya. Artinya bahwa yang harus kita lihat jangan selalu mengikuti kurva, statement Bank Indonesia sangat mengikuti kurva. Harusnya kita main di depan kurva agar kita memimpin masyarakat kita itu berada dalam bendera Bank Indonesia, bukan sekarang ikut bendera The Federal Reserve. Kenapa saya katakan ini, sebetulnya sejak 2011 sudah melemah. Tingkat kepercayaan orang-orang yang punya uang itu kalau kita lihat data dana pihak ketiga itu orang banyak yang mengkonversi tabungannya ke US Dollar itu terjadi sejak September 2011. Begitu rupiah secara pelan tapi pasti terus melemah di bulan Juni 2012 tambah banyak yang pindah ke US Dollar. Itu kita baru ngomong kelas menengah, artinya yang belum terlalu punya link banyak dengan asing. Mereka saja sudah melihat bahwa ya sudah cari aman, artinya orang di Indonesia sekarang lebih pegang likuiditas US Dollar. Mereka lebih melihat The Federal Reserve jauh lebih menggerakkan kurva dibandingkan yang mengendalikan rupiah. Itu satu fakta yang tidak bisa kita pungkiri, saya tidak menyalahkan Bank Indonesia karena terdesak keadaan karena respon yang buruk dari fiskal yaitu yang menjadi otoritas dari pemerintah. Dikatakan Pak Peter, dia mengatakan bahwa ada persoalan internal kepada neraca pembayaran yang negatif karena impor yang besar. Begini, kalau kita lihat ketika rupiah kita di Rp 8.400 atau Rp 9 ribu kalau kita lihat volume impor untuk bahan konsumsi kita baik pangan dan sebagainya itu net importir terus. Tapi kenapa pada waktu itu tidak apa-apa karena dolarnya murah, artinya beli barang impor murah tidak begitu berasa inflasinya. Tapi begitu sekarang rupiahnya naik itu berasa karena menjadi defisit akhirnya. Jadi satu hal disini yang harus dilihat bahwa kalau ibarat main bola yang ngumpan itu adalah yang membuat kurs itu bergerak menjadi Rp 10.700 atau berapa. Itu yang ngumpan dari transaksi portofolio, dia yang membentuk harga di pasar uang, begitu dia umpan kursnya jadi Rp 10.700 misalnya yang memanfaatkan beli kurs untuk impor barang-barang konsumsi masyarakat ya ibaratnya golnya di situ. Tapi jangan dilihat ini gara-gara kita ini bangsa importir oh tidak, ini permainan harus dilihat pricing kursnya karena apa. Coba kalau kita bukan bangsa importir apa yang dikatakan BI benar tidak usah kita khawatir ini cuma persoalan capital game, ada yang untung ada yang buntung. Tapi kenapa ini menjadi khawatir karena kita net importir, net importir tanggung jawab siapa kenapa kita jadi bangsa importir. Artinya jangan dilihat hanya hari ini.

Jadi penyelesaiannya tidak cukup membuat perkasa rupiah tetapi juga bagaimana kita mengurangi impor terhadap barang-barang itu yang menjadi kunci ya?

Iya. Waktu rupiah kuat salah saya selalu mengatakan, bahwa ketika rupiah ini perkasa surat utang negara banyak diambil oleh asing, kenapa surat utang negara kita tidak dijadikan insentif fiskal untuk ketahanan pangan dan energi. Jadi begitu dia mulai ngadat seperti sekarang kita tidak peduli ya kerjain saja rupiah karena di masyarakat tidak terjadi inflasi, kalau sekarang kan repot. Ini jagonya bandarnya, bandarnya pegang kunci.

Apa bandarnya sudah mengidentifikasi mana negara yang tergantung dengan impor ya?

Sudah. Karena ini persoalan likuiditas, kalau sekarang saya gerakan rupiah sampai Rp 12 ribu, kalau saya angkat harganya ke sana dan kemudian tidak ada orang yang cari dolar saya kecele. Kecelenya apa, itu yang dikatakan Bank Indonesia. Tapi kalau sekarang saya naikan pakai transaksi saham sampai Rp 11 ribu katakanlah sini yang mau impor ambil ini Rp 11 ribu, sini yang punya utang luar negeri swasta Rp 11 ribu ya.  Artinya kita yang menciptakan perangkap, tapi coba sekarang dia buat Rp 11 ribu tidak ada yang datang mau cari barang impor, kecele, kalau kecele dia koreksi sendiri.

Kalau begitu apa jangka pendek yang bisa dilakukan saat ini?
 
Ada pesan yang bagus dari pasar untuk calon pemimpin, kita mau pemilu nih. Bahwa kita harus menghentikan perbuatan-perbuatan yang terjerembab dalam lubang yang sama dan terus-terusan dari 1998 sampai sekarang. Artinya bahwa yang namanya ekonomi, pemerintah harus memperbaiki fundamental ekonomi, jangan menggantungkan pada pasar keuangan itu satu. Kedua, ada persoalan jangka pendek yang kasihan masyarakat kecil, kalau masyarakat kecil yang dia terima adalah harga naik karena barang impor. Artinya nilai tukar ini menjadi faktor inflasi, karena nilai tukar faktor inflasi channel yang dikatakan BI nilai tukar harus dikendalikan. Tapi kalau intervensi yang untung bandarnya juga  karena dia yang akan menerima manfaat. Kalau menurut saya ada satu hal kebijakan yang tidak disebutkan otoritas, fungsi otoritas bukan hanya intervensi tapi mengatur, melakukan penegakan hukum. Jadi kalau menurut saya kita pakai strategi offside saja, Lionel Messi sekalipun kalau dia ngegolin tujuh kali tapi offside terus ya kita katakan offside tidak gol dong.

Bahasa gampangnya bagaimana?

Sekarang saya tanya deh, siapa sih yang beli sehingga IHSG bisa turun begitu banyak. Memangnya pembeli dengan penjual ini persepsinya begitu masifnya? sekarang coba OJK disuruh kerja dong apakah tidak terjadi manipulasi pasar di situ.

Kalau anda menduganya siapa?

Saya ada datanya pemainnya “lo lagi lo lagi”. Tapi menurut saya ini adalah permainan kartel atau pricing di pasar portofolio, tujuannya untuk mengatur. Kalau memang pemerintah mau, konkret, melakukan tekanan psikologis seperti yang pernah dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat ketika dia krisis 2008, dia tidak pakai intervensi tapi pakai sinyal ke pasar, penegakan hukum. Semua dia lakukan pemeriksaan mendadak ke pasar, melakukan penegakan hukum, dia mengeluarkan regulasi.
 
Kita punya intrumen untuk menegakan itu tetapi tidak dipakai begitu?

Ya itu otoritas, kalau otoritas bukan ngomong siap intervensi, otoritas punya fungsi lain.

Anda ingin mengatakan bahwa saat ini sebenarnya aturan hukum sudah ada tetapi tidak ditegakkan, OJK belum bekerja itu yang terjadi ya?

Iya. Kalau kita bilang manipulasi pasar ada Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, diatur di Pasal 90 sampai Pasal 97 pakai dong. Kalau kita ngomong perbankan di pasar uangnya Bank Indonesia punya seabrek peraturan Bank Indonesia. Jadi anggap psikologis pasar eh jangan main-main ya, jangan anggap kita tidak tahu kan begitu. Kalau responnya tenang kita intervensi saya sebagai bandar ya senang.
 
Cadangan devisa terus merosot ya?

Iya itu terbukti dengan cadangan devisa yang turun terus. Satu hal yang harus diketahui oleh publik, cadangan devisa bank sentral Amerika Serikat dari minggu ke minggu naik terus. Jadi setiap krisis selalu ada yang untung.

Pengusaha Pak Sofyan Wanandi mengatakan ongkos produksi diperkirakan akan naik 2 persen sampai 3 persen. Ini dampaknya bisa terasa sekitar satu dua bulan ke depan mungkin pengaruhnya pada harga kendaraan, perhiasan, barang elektronik, dan sebagainya. Kalau harga pangan mungkin tidak?

Ini net importir. Saya mau menyanggah Pak Sofyan Wanandi sedikit, kalau pengusaha-pengusaha besar dia sudah tahu bakal begini. Mereka sendiri juga termasuk orang-orang yang sekarang juga dalam posisi merealisasikan keuntungan US Dollar. Saya ngobrol dengan beberapa yang gede-gede mereka sudah tahu dari tahun lalu bakal begini. Artinya kita struktur krisisnya agak beda dengan 1998, kalau waktu itu menimpa pengusaha besar. Krisis ini menurut saya lebih memprihatinkan karena usaha besar pernah pengalaman kena krisis nilai tukar sehingga mereka punya cadangan instrumen untuk merealisasikan nilai tukar pada saat seperti ini. Yang kasihan rakyat kecil, pengusaha kecil menengah karena mereka tidak tahu ada asimetrik disini. Itu yang harus dilindungi Bank Indonesia, itu yang harus dilindungi oleh OJK, kita tidak usah ngomong pengusaha besar tapi kita ngomongnya adalah asimetrik yang terjadi pengusaha-pengusaha kecil dan masyarakat di soal pangan. 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending