Bagikan:

Bencana Bisa Menjalin Kerukunan Antarumat Beragama

KBR68H, Jakarta - Hingga pertengahan tahun ini, bencana terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.

BERITA

Kamis, 01 Agus 2013 10:28 WIB

Author

Ade Irmansyah

Bencana Bisa Menjalin Kerukunan Antarumat Beragama

bencana, kerukunan umat, mempererat persaudaraan

KBR68H, Jakarta - Hingga pertengahan tahun ini, bencana terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Bencana-bencana tersebut kerap menimbulkan kerugian yang tidak sedikit hingga jatuhnya korban jiwa. Mulai dari gempa bumi di Aceh, air bah Sungai Way Ela Maluku, banjir di Ambon, juga banjir di sejumlah tempat dan longsor di tempat lain.

Menurut Deputi III Rehabilitasi & Rekonstruksi BNPB, Bambang Sulistianto, Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik. Yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.

“Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.”, kata Bambang.

Menurut Pengurus Pusat Muhammadiyah, Hajriyanto Y. Thohari, kondisi alam Indonesia yang sudah rawan ini diperparah dengan ulah manusianya yang serakah. Kata dia, dalam Al-Quran, jelas sekali bahwa bencana yang terjadi  adalah sebuah azab yang diturunkan atas kedurhakaan manusia yang tidak bisa diperbaiki lagi.

“Telah nyata kerusakan di muka bumi yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia. Jadi karena tangan-tangan manusia yang telah mengekploitasi alam secara tidak cermat, ceroboh dan serakah.  Mungkin berdasarkan pandangan Antroposentrisme bahwa manusia ini pusat dari alam semesta yang berhak untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi alam ini, tanpa sadar hingga akhirnya lingkungan mengalami kerusakan yang sangat parah, ekosistem rusak, maka terjadilah berbagaimacam bencana”, kata Hajriyanto.

Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko bencana.

Kata Bambang, pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor keragaman demografi di Indonesia.

“Karena pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak diimbangi dengan kebijakan dan pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, terjadi kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial. Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat yang dapat berkembang menjadi bencana nasional”, kata Bambang.

Saat ini pengurangan risiko bencana bisa dilakukan menggunakan iptek dan menghargai budaya lokal yang ada di masyakarat. Menurut Bambang, tidak ada ilmu pengetahuan apapun yang bisa memprediksi bencana ala, hanya saja kata dia, para ahli hanya mempelajari gejala-gejala alam yang terjadi sebelum terjadinya gempa.

"Suatu bencana seperti tsunami, gempa bumi, erupsi itu bisa dipelajari dari sejarahnya. Setiap kejadian bencana itu sebagai bagian dari titik sejarah," ujarnya.

Pemerintah berusaha membuat peta-peta tematik sesuai disiplin ilmu mengenai rawan bencana. Hal ini sangat diperlukan sebab saat ini tidak bisa lagi mengandalkan satu disiplin ilmu saja.
Jika dilihat dari ilmu agama, pencegahan dan meminimalisir dampak akibat gempa hanya bisa dilakukan ketika manusia bisa hidup selaras dengan alam.

Meskipun demikian, kata Hajriyanto, Tuhan menyelipkan maksud lain dari turunnya bencana. Bagi orang beriman, bencana kerap dijadikan sarana mengumpulkan kebaikan dengan memberikan bantuan bagi sesama. Kata dia juga, bencana kerap menjadi sarana menjalin kerukunan antar umat beragama. Sebab, bencana biasanya datang tidak melihat latar belakang dari si korban. Begitu pula bagi si dermawan yang menyalurkan bantuan.

“Ketika sudah terjadi bencana, biasanya itu slogannya itu dari Agama untuk masyarakat. Orang kalau sudah membantu disitu sudah tidak liat lagi agamanya apa, sukunya apa, etnisnya apa. Misalnya ketika terjadi bencana Tsunami yang dahsyat di Aceh. Di situ Muhammadiyah bekerja sama denga lembaga bantuan dari agama lain yang bahkan dari seluruh penjuru dunia”, ujarnya.

Oleh karena itu, dia berharap semoga bencana dijadikan sarana untuk introspeksi diri bagi masyarakat Indonesia lalu memperbaiki perilaku.

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending