Bagikan:

Anak-anak Minoritas: Kami Ingin Indonesia Tanpa Diskriminasi!

Sobat teen, belum lama ini kita memperingati Hari Anak Nasional. Momentum hari anak nasional mestinya jadi kepedulian semua pihak terhadap seluruh anak Indonesia.

Kamis, 01 Agus 2013 11:29 WIB

Anak-anak Minoritas: Kami Ingin Indonesia Tanpa Diskriminasi!

Minoritas, ahmadiyah, GKI Yasmin, Hari Anak Nasional, diskriminasi

Sobat teen, belum lama ini kita memperingati Hari Anak Nasional. Momentum hari anak nasional mestinya jadi kepedulian semua pihak terhadap seluruh anak Indonesia. Kalau menurut sobat teen ada enggak hak-hak sebagai anak yang belum terpenuhi? Nah, hak teman-teman kita dari kelompok minoritas masih banyak nih yang diabaikan. Malahan mereka dikucilkan, didiskriminasi, sampai dicabut hak-haknya oleh negara! Nah, di Hari Anak Nasional tahun ini mereka berharap ada kado istimewa dari negara tercinta ini, Sobat Teen. Kado apa sih yang mereka inginkan? Yuk kita cari tahu jawabannya di Cerita Kita yang disusun Kak Evilin Falanta ketika hadir di perayaan Hari Anak Nasional dari kelompok minoritas.


“Indonesia raya, merdeka, merdeka. Tanahku, negeriku yang kucinta...” Anak-anak menyanyikan lagu kebangsaan ini dengan khidmat banget. Lagu ini dinyanyikan saat akhir pekan lalu ketika teman-teman kita dari kalangan minoritas merayakan Hari Anak Nasional (HAN) di Gedung Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Meski hak-hak kebebasan beribadah dicabut karena aturan negara tapi mereka tetap sepenuh hati menunjukkan kecintaannya pada Tanah Air. Waaah salut deh!


Disini  anak-anak GKI Yasmin, Anak-anak Jemaat Ahmadiyah, dan AnaK-anak HKBP Filadelfia berbaur menjadi satu,  merayakan Hari Anak Nasional. Tahu enggak sih Sobat Teen, apa yang sekarang terjadi sama mereka setelah tempat ibadahnya masih disegel sama pemerintah? Olivia dari Jemaat Ahmadiyah dan Edo Matthew dari GKI Yasmin menceritakan keadaan mereka.


"Saya jadi takut shalat. Takut deh untuk kegiatan gitu, ya jadi merasakan didiskriminasi sekali gitu yah. Menurut saya sih itu tidak adillah. Toh kita disana cuma buat shalat, beribadah. Toh, saya enggak ngelakuin apa-apa, saya enggak curi uang orang kenapa harus disegel-segel, kenapa harus dilarang-larang. Mereka tuh memandang kami seolah-olah kami bukan manusia gitu lho. Toh negara juga memberikan kebebasan beragama, kenapa negara malah tidak melindungi, itu sebenarnya saya kecewa banget," cerita Olivia.


Edo juga mengamini. Dia bilang sedih banget ketika gerejanya disegel. "Selama gereja masih disegel pertama sedih, kedua kesal dengan Walikota Bogor, karena bisa-bisanya itu peletakan batu pertama gereja kami sama dia sendiri dan disegelnya juga dia. Pernah suatu kali saya berjalan-jalan ke sekitar gereja saya itu, dan ada polisi disitu akhirnya saya diusir. (Enggak bisa Sekolah Minggu dong?) ya, kalau mau sekolah minggu ke gereja Induk. (Dimana itu, jauh dari GKI Yasmin?) lumayan jauh, adanya di Jalan Pengadilan," tutur Edo.


Lebih menyedihkan lagi, mereka juga dikucilkan lho Sobat Teen sama lingkungan sekolahnya. Misalnya, aja Serra yang dijauhi oleh teman-temannya. "Itu rasanya sepi, kecewa karena itu di lingkungan saya hanya saya aja jemaat Ahmadiyahnya. Saya merasakan dipojokkan, selalu ditanya-tanya, diperlakukan enggak adil makanya di sekolah aku selalu di diemin," kata Serra.


Bahkan Edo ditertawakan pula oleh teman sekelasnya. "Sempat ditertawakan teman disekolah karena mau ke gereja saja susah. (Contohnya gimana?) Yah, Edo kasian gerejanya enggak dibuka-buka, mau gereja dimana, nanti Tuhan marah lho enggak ke gereja. (Terus kamu ngapain digituin?) Ya, diem aja habisnya mau gimana lagi," ujar Edo.


Menurut Satgas Perlindungan Anak, Kak Ilma Sovriyanti, anak-anak minoritas juga punya hak sama di mata negara. Mereka enggak boleh dibeda-bedakan. "Mereka punya hak. Anak-anak minoritas sekalipun mempunyai hak dan dia dilindungi oleh undang-undang. Di dalam undang-undang perlindungan anak Pasal 59 dan 60 dikatakan bahwa anak dalam kondisi darurat wajib dilindungi, salah satunya anak minoritas. Dan di dalam si aksipun tidak boleh ada perlakuan diskriminasi terhadap si anak ini," kata Kak Ilma.


Acara yang digagas oleh Satgas Perlindungan Anak, Komunitas Kebebasan Beragama, dan aktivis HAM lainnya, sengaja merayakan Hari Anak Nasional ini khusus anak-anak korban intoleran. Kata Kak Ilma sih, supaya mereka tetap punya semangat memperjuangkan hak-haknya. "Setiap anak itu berhak mendapatkan keceriaan, dan kebahagiaan bersama. Nah, ini kita ingin mengembalikan keceriaan anak-anak jadi kita ingatkan kembali," ucap Kak Ilma.


Edo mewakili harapan anak-anak korban diskriminasi kebebasan beragam melalui pembacaan surat yang khusus ia buat untuk Pak Presiden SBY. Lantas kado apa sih yang diharapkan teman-teman kita ini?


"Saya ingin sekali Indonesia tanpa diskriminasi, udah itu aja kok," kata Sandra pendek. "Minta gereja dibuka, terus biar kita bisa balik gereja disitu lagi," tambah Oliv.


Semoga aja yah, Sobat Teen kado harapan mereka bisa didengar oleh Pak Presiden SBY! Pak Presiden jangan tutup kuping yah, mereka itu tetap bagian dari generasi bangsa kita lho pak! So, Selamat Hari Anak Nasional, Sobat Teen! (teenvoice)


Editor: Vivi Zabkie

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending