Pergi bisa ke Amerika ditambah bisa berfoto di depan patung Liberty, siapa yang nggak mau? Sobat teen juga pasti pengen banget kan pergi ke sana. Nah, Pasoari Widiastuti, siswi SMAN 10 Sampoerna Academy, Malang ini berhasil mewujudkan mimpi masa kecilnya tersebut saat berusia 17 tahun melalui program Youth Exchange Study (YES), sebuah program pertukaran pelajar Indonesia ke Amerika. Segudang pengalaman ia dapat selama satu tahun di sana. Mulai dari lingkungan baru, pergaulan baru, bahasa baru sampai pengalaman baru. Di negeri Paman Sam itu, Pasoari juga memenangkan juara 2 kompetisi public speaking loh. Wah kayaknya pengalaman Pasoari seru banget ya…Nah, Pasoari bakalan berbagi ceritanya nih sama sobat teen, simak ya bincang-bincang Pasoari dengan Kak Ika Manan berikut ini.
Bagaimana sih awalnya bisa ikut program Youth Exchanges Study (YES) ini?
Awalnya kita ada seleksi satu tahun lebih, sekitar satu tahun setengah untuk seleksi seperti interview, terus seleksi akademik juga dan bagaimana kepemimpinan kita untuk bertahan di negeri orang selama 1 tahun. Jadi memang prosesnya itu panjang sekali dan lebih dari 5000 atau 8000 anak dari seluruh Indonesia yang berkompetisi dan pada akhirnya hanya 150 anak Indonesia yang berhasil untuk bener-bener dapat exchanges ke Amerika.
Dari 1,5 tahun proses kemudian tinggal di sana 1 tahun, pengalaman apa yang kamu dapatkan?
Setiap hari bagi saya merupakan sebuah pengalaman baru, punya keluarga baru, bahasanya pun pakai bahasa Inggris setiap hari, sekolah dan kehidupan remaja di sana pun juga beda. Menurut saya pengalaman yang paling menarik itu memang ketika kita bisa melihat dunia baru di sana. Benar-benar ada dunia baru, karena semua orang, mulai dari orang Cina, Afrika, Asia semuanya ada di sana. Mulai dari warna kulit, warna kulit apapun semuanya ada di sana. Dengan logat dan bahasa mereka pun juga, kita bisa menemukan dunia baru di sana. Dan pengalaman yang paling menarik buat saya sih pokoknya apapun itu intinya toleransi, nggak ada yang benar dan nggak ada yang salah, kita cuma berbeda.
Apa yang membuat kamu menemukan pembelajaran bahwa “itu cuma berbeda dan tidak ada benar dan salah”?
Jadi di sekolah saya, saya memiliki tiga orang teman, yang satu itu orang Afrika, yang satu orang Meksiko gitu yang imigrasi ke Amerika, kemudian juga satu lagi cewek kulit putih. Dan kita tuh di sini sering debat permasalahan RAS gitu dan membuat lucu. “Kenapa sih kita itu berbeda, dengan bahasa kita juga, pokoknya lucu aja dengan pola hidup kita yang berbeda-beda.” Mungkin kalau di Indonesia sini pemasalahan seperti itu dianggap rasis, tapi kalau di sana kita punya kebebasan untuk berbicara itu, itu adalah kebebasan kamu untuk berpendapat dan mereka menghargai itu.
Terus apa nih pesan-pesan kamu buat sobat teen, kan kamu udah pernah ke sana. Dari pengalaman kamu apa sih yang bisa dibagi buat sobat teen di Indonesia?
Teruslah mengeksplorasi, karena kamu tidak akan pernah tahu apa yang ada di depan. Teruslah bermimpi, karena ketika kamu bermimpi Tuhan akan memeluk mimpi kamu. Sebenernya sih, saya ke luar negeri itu merupakan mimpi saya sejak saya berusia 7 tahun. Saya dulu melihat tabloid gitu, program pertukaran pelajar gitu, ada seorang cewek dia itu foto di depan patung Liberty, dan ketika saya umur 7 tahun itu saya bilang, “suatu saat saya juga pasti bisa foto di depan patung ini.” Dan itu saya termotifasi dan akhirnya wow ketika saya berusia 17 tahun, ternyata mimpi itu terwujud, dari usia 7 tahun sekitar 10 tahun menanti dan akhirnya Tuhan punya rencana. Jadi tetap semangat untuk bermimpi.
Editor: Vivi Zabkie