Bagikan:

Komnas PA: Kepentingan Anak Dikalahkan Kepentingan Politik Orang Dewasa

Inilah bukti hari ini tidak diperingati dengan alasan karena ini bulan Ramadhan dan pilpres, akhirnya digeser menjadi 6 Agustus 2014.

BERITA

Kamis, 24 Jul 2014 13:17 WIB

Author

Vitri Angreni

Komnas PA: Kepentingan Anak Dikalahkan Kepentingan Politik Orang Dewasa

anak, 23 juli, hak, kejahatan, kementerian perlindungan anak

KBR, Jakarta - Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, mengatakan selama ini kepentingan tumbuh kembang anak kerap diabaikan karena negara lebih memprioritaskan kepentingan politik orang-orang dewasa.

Karena itu Arist berharap Presiden yang baru terpilih bisa mewujudkan kementerian khusus perlindungan anak. Berikut perbincangan lengkapnya dalam Program Sarapan Pagi KBR (23/7).

Apakah ada yang berbeda hari ini dengan tahun sebelumnya?

“Jadi hari ini tampaknya menyedihkan bagi anak-anak Indonesia yang sebenarnya jatuh tanggal 23 Juli 2014 ini adalah puncak acara perayaan sekalipun itu sifatnya seremoni. Tapi paling tidak mengingatkan bangsa ini bahwa ada Hari Anak Nasional untuk introspeksi diri terhadap apa yang sudah dilakukan baik itu di rumah, lingkungan sosial, sekolah bahkan apa yang sudah dilakukan negara. Tampaknya prioritas utama itu selalu kepentingan politik orang-orang dewasa tetapi kepentingan tumbuh kembang anak terabaikan. Inilah bukti hari ini tidak diperingati dengan alasan karena ini bulan Ramadhan, pilpres akhirnya digeser menjadi 6 Agustus 2014.”

“Esensinya saya kira berubah karena ini semangat baru. Walaupun demikian bersamaan Hari Anak Nasional ini, lalu kemarin presiden sudah terpilih dan beberapa kali kita sudah dialogkan betapa pentingnya Hari Anak Nasional itu juga memberikan hadiah sekaligus penetapan nanti 10 Oktober presiden yang baru. Maka kita mendorong agar ada kementerian khusus perlindungan anak saya kira itu bisa diwacanakan.“

Kementeriannya dipisah dari perlindungan perempuan ya?

“Iya saya kira kita sudah punya pengalaman kan ada kementerian khusus wilayah tertinggal. Karena hampir 43 persen penduduk Indonesia adalah anak-anak, anak-anak itu generasi penerus bangsa dambaan keluarga dan sebagainya. Kalau ini tidak dipersiapkan menjadi generasi emas maka demokrasi yang kita cita-citakan, negara yang hebat, Indonesia yang bermutu tidak akan pernah terlaksana kalau anak-anak Indonesia mengalami kejahatan seksual terus menerus.”

“Kita lihat enam bulan ini kita disedot perhatian kita ternyata pelanggaran hak anak itu lebih dominan hampir 58 persen kejahatan seksual. Bahkan yang menakutkan bagi kita itu pelakunya sudah mencapai 16 persen dari laporan-laporan yang masuk adalah pelakunya anak-anak dan korbannya anak-anak, jadi predatornya juga bisa jadi anak-anak karena meniru orang dewasa. Karena negara alpha terhadap bagaimana memberikan perlindungan pada anak itu.”

(Baca juga: Hari Anak Nasional: Tahun 2014, Tahun Darurat Kejahatan Seksual Anak)

“Jadi bersamaan dengan Hari Anak Nasional ini cukup memprihatinkan, bukan menggembirakan sekalipun bahwa presiden sudah mengeluarkan instruksi No. 5 Tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual pada anak. Tetapi itu bisa saja hanya di atas kertas karena itu memerintahkan kementerian dan kelembagaan saja, tidak melibatkan peran serta masyarakat.”

Ini sosialisasinya belum pernah jalan ya?

“Belum. Maksud saya bersamaan dengan Hari Anak Nasional ini presiden bisa mengajak menteri-menteri ini berkomitmen sebelum mereka lengser semua itu bersama dengan masyarakat untuk menandatangani komitmen bersama rencana aksi nasional bagaimana peran serta masyarakat. Apa peran ulama, guru, orang tua itu harus diimplementasikan bukan hanya di atas kertas.”

Ini untuk menghidupkan mesin pengawasan itu tadi ya?

“Itu yang saya maksud yang masih kita kampanyekan mesin-mesin perlindungan anak itu sebenarnya sudah ada kalau dimanfaatkan misalnya di tingkat desa dan RT ya kan ada karang taruna. Kenapa karang taruna hanya mengurus wilayah RT saja tapi bisa mengurus juga misalnya tentang kekerasan terhadap anak, posyandu, hansip, ormas. Saya kira itu salah satu institusi resmi yang dibuat negara tapi bagaiimana negara menggerakkan itu menjadi sebuah tim reaksi cepat perlindungan anak di masing-masing desa. Kalau itu ada di seluruh Indonesia saya kira Inpres itu bisa jadi gerakan nasional.”     

(Baca juga: Rayakan Hari Anak Nasional dengan Hadiah Terindah)





Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending