KBR,Jakarta – Tahun ini unuk kali keenam Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar meraih penghargaan sebagai CEO paling dikagumi di Indonesia. Anugerah ini diberikan dalam ajang penghargaan “Indonesia Most Admired CEO and Companies 2014”.
Emirsyah naik panggung tak hanya mengambil penghargaan untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk Garuda Indonesia yang meraih “Top 10 Most Admired Company 2014” dan “Most Admired Company 2014 (Kategori Transportasi)”.
Di bawah kendali Emir, Garuda terbang tinggi sebagai maskapai kebanggan tanah air. Apa yang disiapkan Emir untuk membawa Garuda sebagai maskapai penerbangan kelas dunia?
Garuda Indonesia punya rencana menjadi satu maskapai kelas dunia, bintang lima. Bisa dijelaskan maskapai five stars apa?
“Jadi airlines di dunia ini seperti hotel dikategorikan bintang-bintang. Jadi dari total hampir 250 airlines sedunia yang bintang lima itu ada tujuh, bintang empat tidak sampai 24, sisanya tiga ke bawah.”
Posisi Garuda saat ini?
“Saat ini posisi Garuda di bintang empat. Kenapa kita ingin mengacu ke bintang lima karena kita ini di jasa, jasa travel service business. Kita ingin memberikan pelayanan yang lebih bagus dengan produk yang lebih bagus kepada para penumpang kita. Oleh sebab itu kalau kita lihat 5-6 tahun yang lalu Garuda masih bintang tiga, sudah naik sekarang ke bintang empat.”
Perbedaannya apa?
“Kalau penerbangan bintang lima itu dilihat misalnya kursinya, lebar kursinya. Kalau di kelas ekonomi satu baris itu ada berapa kursi, kalau kita hanya sembilan kursi di Boeing-777. Tapi yang lain-lain sepuluh, artinya kursi lebih banyak lebih sempit.”
Apa saja prasyarat yang belum dipenuhi?
“Jadi yang penting adalah produknya sudah kita buat, level of service sudah kita buat. Sekarang adalah bagaimana kita men-deliver dan konsistensinya. Ini yang lagi dalam tahapan dan terus terang ini tidak bisa langsung, kita pun masih target bintang lima tahun depan. Jadi kita masih inginkan bahwa dalam memberikan service ini harus konsisten, perfect. Karena kita di bisnis jasa berarti SDM-nya, lagi kita latih.”
Kita akan sekelas dengan SQ?
“Iya sekarang SQ bintang lima, Cathay bintang lima.”
Cathay bintang lima walaupun harganya cukup menarik ya?
“Tergantung kalau harga di airlines itu tergantung supply-demand. Jadi kalau misal kita beli tiket hari ini untuk berangka minggu depan mungkin beda kalau kita beli 2-3 hari sebelum berangkat. Jadi itu belum tentu bahwa sekali kita beli tiket murah akan murah terus.”
Tapi harus ada keunggulan dibandingkan dengan maskapai lain. Apa yang menjadi keunggulan Garuda?
“Pertanyaan bagus. Kalau kita di bisnis jasa atau bisnis lain kita harus punya sesuatu yang lain daripada yang lain dan sulit ditiru oleh kompetitor. Untuk Garuda yang kita berbangga adalah kita dari Indonesia, Indonesia itu keunggulannya keramahtamahan, aneka ragam. Oleh sebab itu konsep layanannya itu kita namakan Garuda Indonesia Experience. Artinya kita memadukan keramahtamahan dengan keanekaragaman dari Indonesia. Jadi you get the best of Indonesia waktu kita memberikan pelayanan. Bukan hanya waktu naik pesawat sebelum berangkat pun demikian, setelah sampai tujuan pun demikian.”
Jadi dari mulai kita pesan tiket sudah mendapat keramahtamahan Indonesia?
“Iya. Jadi yang kita inginkan bahwa bagi orang Indonesia kalau naik Garuda dia merasa seperti di rumah sendiri. Kalau orang asing mau ke Indonesia, belum sampai ke Indonesia karena sudah masuk Garuda dan dilayani dia merasa sudah di Indonesia.”
Kalau untuk perbandingan antara internasional dan domestik, sasarannya fokus kemana?
“Dua-duanya.”
Untuk kepentingan laba selama bertahun-tahun berjalan Garuda sempat terangkat ketika Aceh kena tsunami habis itu labanya cukup meningkat. Apakah melihat bahwa pasar domestik lebih menarik?
“Indonesia ini ekonominya tumbuh terus. Pasar itu selalu tumbuh dari perekonomian suatu negara, biasanya kurang lebih dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi itu. Jadi kalau kita lihat pertumbuhan pasar Indonesia 5-6 tahun terakhir ini di atas 10 persen terus. Karena ekonomi Indonesia tumbuh 6 persen, kita kalikan dua kali. Jadi kenapa kita merasa domestik harus kita perkuat permintaan dan daya beli masyarakat Indonesia naik terus. Kalau di internasional kompetisinya lebih ketat karena kita tahu bahwa banyak maskapai yang lebih besar dan juga maskapai yang punya modal kuat. Contohnya maskapai dari Timur Tengah mereka kasih harga yang murah karena modal mereka kuat.”
Kita lihat potensi domestik cukup tinggi. Selain soal harga, konsumen juga memikirkan soal keselamatan, ketepatan waktu. Kalau penerbangan luar negeri sudah ada standar soal keselamatan dan ketepatan waktu, apakah Garuda bisa mencuri posisi itu?
“Jadi saat ini di destinasi-destinasi tertentu kita cukup kuat. Misalnya ke Jepang, orang-orang Jepang itu lebih senang naik Garuda daripada naik airlines dari Jepang itu sendiri.”
Jadi riset kepuasan konsumen ya?
“Iya kita lakukan demikian. Lalu juga kalau yang ke Amsterdam, orang-orang Belanda lebih senang naik Garuda juga. Jadi salah satu itu saja bagaimana kita memberikan pelayanan yang konsisten, orang Indonesia itu ramah tamahnya sudah ada. Bagaimana kita menggali lebih dalam daripada SDM kita itu dan juga konsistensi memberikan pelayanan yang sama.”
Menuju kesana korporasi mengeluarkan banyak sekali, sementara posisi utang kita bagaimana? masih 700 juta dolar?
“Waktu itu kita bayar utang, sudah ada beberapa yang kita refinance. Tetapi yang harus kita ingat adalah kita tahun 2006 pesawat kita hanya 48 dan sekarang itu sudah lebih dari 140. Jadi hampir tiga kali lipat , ini harus dibiayai oleh modal atau utang. Yang kita lakukan adalah kombinasi, tetapi dalam hal itupun kita melakukan utang yang sangat bijak. Jadi jangan sampai utang itu lebih tinggi, tapi sampai saat itu tahun 2006 utangnya sempat 860 juta dolar sekarang sudah agak turun. Tapi ke depan mau tidak mau kita harus mengambil pendanaan lagi, kalau tidak kita tidak bisa berkembang.”