KBR, Jakarta – Menjadi lansia, memasuki masa pensiun kerap kali menakutkan buat banyak orang. Mereka yang biasa bekerja di usia produktif, khawatir bakal kehilangan aktivitas.
Tapi Mardiastuty (68) justru mengisi masa pensiunnya dengan melebarkan bisnis. Pensiunan perawat di RS Cipto Mangunkusumo membagi ilmunya soal makanan yang sehat lewat bisnis Bubur Bayi Hajah Dias.
Bisnis bubur bayi sehat ini sudah dimulai sejak lebih 10 tahun lalu. Bisnis ini dimulai dengan rasa prihatin, bukan untuk mencari uang. Dias tersentak saat Indonesia diterpa banyak kasus gizi buruk.
“Awalnya saya melihat seorang ibu membawa anaknya yang berusia 7 bulan dengan diberi makan bubur ayam untuk orang dewasa. Dari situ saya prihatin. Menurut saya anak seusia itu tidak baik mengkonsumsi makanan orang dewasa,” paparnya.
Rumahnya di kawasan Kayu Manis, Jakarta Timur, jadi dapur pertama usahanya. “Tadinya bubur saya kurang peminat sama sekali. Tapi seiring waktu, produk bubur saya banyak peminat,” kata nenek 6 cucu ini. Berbekal pengetahuannya sebagai perawat, ia ‘meramu’ bubur sehat ini sesuai dengan kebutuhan gizi bayi berusia 6 bulan hingga 1 tahun.
“Yang membedakan bubur saya dengan bubur orang dewasa adalah bubur saya tanpa pengawet dan vetsin. Soal rasa juga saya campur dengan bahan asli, bukan perasa buatan, misalnya daging, ayam, ikan, keju dan lainnya.
Dias pun tak hanya berjualan, tapi sekaligus mendidik para ibu soal pentingnya gizi bagi anak. “Saya menghimbau kepada para ibu untuk jangan sekali-kali memberi bubur instan kepada bayi. Selain rawan pengawet, kebersihan juga belum terjamin.”
Kini Bubur Bayi Ibu Hajah Dias sudah memiliki 120-an gerai yang tersebar di Jabodetabek. “Sistem usaha saya adalah beli putus. Jadi pembeli dari cabang beli sendiri bubur jadi saya dengan syarat utamakan kebersihan. Harga dan takaran per porsi juga mengikuti aturan dari saya.”
Syarat yang diajukan Dias tidak hanya itu. Ia menekankan betul soal pentingnya kebersihan gerai para penjual bubur. “Kehati-hatian menjadi faktor utama saya dalam menjalankan usaha ini karena obyek usaha saya adalah anak-anak. Oleh karenanya penjual dan pemasak saya training terlebih dahulu untuk menjaga kualitas.”
Bisnis bubur bayi milik Dias sekarang sudah terkenal dan tengah didaftarkan hak patennya ke pemerintah. Meski begitu ia tak keberatan jika idenya ditiru orang lain. “Saya mengizinkan siapa pun untuk menyontoh jenis usaha saya. Supaya bayi di seluruh Indonesia sehat.”
Kini Dias melebarkan sayapnya dengan membuat varian baru seperti nasi tim untuk anak dan lansia serta sari buah alami. “Dalam sehari saya mengeluarkan dua jenis bubur. Harus ganti-ganti supaya tidak bosan,” tuturnya.
Dias berharap bisnisnya bisa diteruskan oleh anak-anaknya. “Saya rencananya akan mewariskan usaha ini ke anak saya. Dia ahli gizi. Saya harap soal gizi dalam produk saya makin bagus.”
Ia mengingatkan kalau setiap penjual dari aneka gerai bisa sekaligus memberikan konsultasi gratis bagi para ibu soal pentingnya gizi yang cukup demi anak. “Mimpi saya tidak muluk,saya hanya ingin anak Indonesia menjadi sehat,dan kualitas makanan anak menjadi faktor utama.”