KBR, Jakarta – Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Dari segi bisnis yang berkaitan dengan umat Muslim, ini jelas pasar yang luar biasa besar dan tak boleh disia-siakan. Salah satu bisnis empuk yang dibutuhkan setiap saat adalah aqiqah. Bagi umat Islam, aqiqah adalah memotong ternak sebagai ucapan syukur atas kelahiran anak.
Sejak 2008, Andi Nata mulai melirik bisnis aqiqah ini dengan serius. Semula dia agak ragu karena bisnis aqiqah ada di mana-mana. Perhatikan saja tiang-tiang listrik atau pohon di pinggir jalan, selain tempelan soal penyewaan badut, pasti ada tempelan iklan soal jasa aqiqah.
“Banyak bisnis aqiqah yang sudah ada duluan, dengan nama Islami. Akhirnya saya pilih nama ini supaya bisa dikenal dan lebih cepat dipopulerkan, yaitu “Raja Aqiqah”,” jelas pria kelahiran Cirebon ini dalam siaran Obrolan Ekonomi KBR. Modal awal Andi adalah Rp 8 juta, hasil pinjaman dari temannya. Setelah usahanya mulai berkembang, giliran teman-temannya yang datang untuk menanam modal.
Untuk meyakinkan pelanggan, Raja Aqiqah menawarkan pelayanan yang prima. Dari situ pula, pintu masuk ke hotel berbintang terbuka. “Setiap hari kami uji coba makanan. Kalau terlalu asin, langsung diperbaiki. Kalau terlambat, maksimal hanya boleh 1 jam atau uang kembali,” jelas sarjana teknik itu. Demi mengejar kualitas pula, Raja Aqiqah menggunakan daging domba karena nilai gizi dan seratnya yang tinggi.
Andi bercerita, tak gampang baginya untuk mengembangkan bisnis aqiqah. “Butuh tantangan untuk cari karyawan yang tidak angot-angotan alias moody,” katanya sambil tertawa. Kata Andi, di awal merintis bisnis, ia punya pekerja yang seringkali terlambat bekerja. Ujung-ujungnya klien kecewa karena pesanan terlambat dan omset tak naik-naik. Sejak itulah ia mulai memperkenalkan nilai kerja,”Supaya tahu alasan filosofis bekerja,” kata Andi. Selain itu, Andi juga menyusun SOP atau Standard Operating Procedure.
Bank Domba
Andi pun tak berhenti di bisnis aqiqah. Demi menunjang keberlangsungan pasokan daging, Andi mengembangkan usaha ke bidang peternakan. Andi mendirikan Bank Domba dengan aneka paket investasi. “Uang jangan diendapkan di luar negari, ayo pakai untuk investasi UKM, seperti Bank Domba ini.”
Untuk peternakan, Andi tengah menyiapkan lahan seluas 12 hektar. “Menanam modal di UKM menguntungkan ekonomi makro,” kata Andi seraya mengingatkan krisis ekonomi 1998 yang terselamatkan oleh roda ekonomi yang digerakkan sektor UMKM.
Mental bisnis
Andi mengaku mesti menggembleng diri untuk jadi pengusaha. Penyakit mendasar adalah “mamat”, kata Andi, yaitu “Mamat atau malas, Malu dan Takut.” Penyakit ‘malu’ kata Andi tidak bisa dibenarkan karena orang yang berani berdagang sebetulnya tengah mengangkat harga dirinya. Selain itu ‘takut’ juga mestinya bukan persoalan karena semua sesuai kehendak Tuhan.
Tips bisnis yang Andi berikan untuk melanggengkan usaha adalah menemukan mitra bisnis yang tepat. Ia mengaku pernah tertipu dan uangnya dibawa kabur. Ada juga mitra yang kerap mengajak berseteru karena hanya mengutamakan untung. Sejak itulah ia menetapkan pembagian kerja dalam bisnis Raja Aqiqah ini sehingga kerjasama bisnis bisa berjalan lancar. Tapi yang paling penting adalah mendapatkan rekanan yang jujur. “Kerjasama hitam di atas putih akan percuma kalau rekan kerja tidak jujur.”