KBR68H, Jakarta - Pemerintah mengklaim enam negara ASEAN menyatakan berminat membeli CN 295, sebuah pesawat angkut produksi dalam negeri yang bisa dipakai untuk kepentingan militer maupun sipil. Ini sebagai salah satu tahap keberhasilan industri pertahanan dalam negeri. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan 2010 sebagai titik awal membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri hingga tahun-tahun yang akan datang. Anggaran untuk itu tak main-main, sekitar Rp 20 triliun atau sekitar seperempat dari seluruh anggaran TNI tahun ini. Jurnalis PortalKBR.com Doddy Rosadi dalam perbincangan dengannya menanyakan apakah postur anggaran pengadaan senjata yang begitu besar tidak mencemaskan negara-negara tetangga. Bagaimana jawaban Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin? Ikuti jawabannya berikut:
Kementerian Pertahanan termasuk salah satu kementerian yang mendapat anggaran paling besar yaitu Rp 81 triliun lebih. Apakah semuanya untuk pengadaan alutsista atau mungkin ada untuk hal lain?
Tidak. Jadi kalau kue anggaran pertahanan itu dalam satu kebulatan maka itu pembagian seperempat untuk kepentingan alutsista, seperempat untuk kepentingan rutin, seperempat untuk kebutuhan belanja pegawai, dan sebetulnya ditambah lagi seperempat untuk kebutuhan belanja barang untuk kebutuhan pegawai. Jadi sebetulnya 40 persen itu untuk kebutuhan belanja pegawai, jadi hanya seperempat saja untuk kebutuhan alutsista.
Untuk alutsista ini apakah kita masih mengimpor?
Setelah kita masuk pada era Kabinet Indonesia Bersatu pertama maka roadmap untuk membangun kemandirian industri pertahanan dibuat. Tujuannya agar supaya kita bisa sampai pada kemandirian industri pertahanan untuk mendukung sistem pertahanan. Tahun 2010-2014 adalah era kebangkitan dan pengembangan industri pertahanan, berarti di tahun 2010-2014 ini dan seterusnya maka kemampuan pertahanan kita itu ditopang oleh industri pertahanan dalam negeri yang mempunyai kualitas teknologi menengah ke bawah.
Bulan lalu anda sempat mempromosikan C-295 buatan PT. DI ke sejumlah negara ASEAN. Bagaimana respon terhadap alutsista buatan Indonesia?
Pada saat roadshow ke negara-negara ASEAN enam negara yang saya kunjungi yaitu Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Thailand, dan Malaysia. Brunei Darussalam masih menunggu waktu karena menunggu BRIDEX di akhir tahun, akan tetapi lima negara lain telah menyatakan suatu kepastian minat untuk ikut mengobservasi kemungkinan pembelian C-295. Ada dua pertimbangan, pertama pertimbangan komunalitas ASEAN dan yang kedua bahwa ini infrastrukturnya di Indonesia sehingga itu sangat mempermudah. Lainnya bahwa spesifikasi dari C-295 ini sama dengan spesifikasi angkatan udara maupun kepolisian dari negara ASEAN, ini sudah dipergunakan oleh TNI Angkatan Udara.
Dari kunjungan ke sejumlah negara ASEAN apakah kita bisa melihat produk alutsista dalam negeri kita diakui di dunia internasional?
Saat ini saya pastikan bahwa Indonesia masuk di kawasan regional power. Baik itu dari segi kemampuan industri pertahanan maupun dari segi kemampuan pembangunan kekuatan militer kita, itu saya bisa pastikan.
Dengan besarnya anggaran Kementerian Pertahanan, apakah ada kekhawatiran dari negara-negara tetangga kita takut Indonesia membeli alutsista dalam jumlah banyak?
Saya kira wajar kalau ada kekhawatiran. Tetapi kekhawatiran itu bisa kita eliminasi dengan adanya suatu kerjasama baik di bidang pertahanan maupun militer antara kawasan ASEAN. Itu yang kita bangun adalah confident building measure, agar kita semua mempunyai satu pemahaman yang sama dan mempunyai output yaitu mutual respect dan mutual trust itu menghindari kecurigaan satu sama lain. Yang pasti bahwa kalau kita meningkatkan kualitas teknologi militer dari negara ASEAN maka akan terjadi keseimbangan, baik di dalam latihan bersama maupun pembinaan kualitas perorangan. Jadi itu akan sirna karena adanya satu komunikasi baik dari sisi personal antara prajurit, antara pejabat, dan antara pemimpin negara.
Indonesia negara kepulauan dengan jumlah penduduk 250 juta ini tentu memerlukan tentara dalam jumlah yang banyak. Bagaimana mengatasi kekurangan personel tentara ini kedepannya?
Kita memang tidak bisa mengambil satu rasio bahwa dengan 7 juta kilometer persegi kita harus memiliki tentara sekian banyak. Itu tidak mungkin kita lakukan tapi apa yang kita lakukan adalah meningkatkan kualitas tentara kita yang kita sebut Minimum Essential Force. Spesifikasi dari Minimum Essential Force itu adalah suatu kemampuan militer yang mempunyai daya pukul yang dahsyat dan mobilitas yang tinggi, sehingga dia bisa meng-cover seluruh area-area yang menjadi celah dari sistem pertahanan kita. Itu yang kita lakukan dan disamping itu filosofi dari pertahanan kita disebut Sistem Pertahanan Keamanana Rakyat Semesta. Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta itu menempatkan kekuatan utama itu Tentara Nasional Indonesia dan kekuatan pendukungannya adalah seluruh komponen bangsa yang disebut komponen cadangan dan pendukung. Jadi manakala kita mengalami suatu kontingensi yang mengancam kepentingan nasional di bidang kedaulatan negara, keselamatan bangsa, dan keutuhan wilayah maka yang bergerak bukan tentara tetapi nasionalisme yang muncul menjadi satu total deffense.
Berbicara tentang komponen cadangan RUU Komponen Cadangan ini masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Bagaimana anda meyakinkan kepada kami semua bahwa RUU Komponen Cadangan ini memang diperlukan di negara ini?
Yang pasti bahwa komponen cadangan itu bagian dari kekuatan nasional. Dia tidak berdiri sendiri dan tidak merupakan bagian yang merugikan sebagian masyarakat. Selain itu komponen cadangan tidak bisa kita artikan sebagai suatu militerisme atau militeristik. Karena komponen cadangan itu tidak identik dengan militer, bahwasanya komponen cadangan itu bagian bela negara keseluruhan itu benar, bahwasanya komponen cadangan itu bisa dipakai untuk melatih dasar-dasar kemiliteran untuk mempersiapkan suatu waktu menjadi bantuan kepada komponen utama itu bisa terjadi. Akan tetapi tidak mengganggu harkat, tidak mengganggu profesi, tidak mengganggu hak-hak hidup masyarakat. Namun ada hal yang perlu kita ketahui bahwa amanat Undang-undang Dasar mempunyai suatu makna, dia memberikan hak dan kewajiban kepada warga negara untuk melakukan bela negara. Jadi wajib militer itu tidak identik dengan komponen cadangan, itu dilakukan apabila negara dalam keadaan bahaya, tapi kalau dalam keadaan damai kita seperti biasa menghormati profesi masing-masing. Tapi pada saat kita dalam keadaan memerlukan total deffense menghadapi suatu keperluan untuk kepentingan nasional dalam rangka menjaga kedaulatan, menjaga keutuhan wilayah dan menjaga keselamatan bangsa maka kita semua menyatu. Pada saat kita menyatu ada komponen cadangan yang sudah diberikan dasar kemiliteran.
Jadi ada orang yang tergabung dengan komponen cadangan masih bisa bekerja sesuai profesinya ya?
Pasti. Jadi komponen cadangan yang dilatih militer itu adalah mereka yang selektif dan memenuhi syarat, tidak seluruhnya dan tidak masif.
Pemerintahan SBY dalam dua periodenya Menteri Pertahanan dua-duanya dari kalangan sipil. Sebenarnya ada kendala atau sama saja?
Sebenarnya setelah kita masuk ke era reformasi kemudian ada di iklim demokrasi, maka yang kita pegang adalah formulasi pemerintahan sipil. Pemerintahan sipil ini tentunya dipimpin oleh presiden yang merupakan wujud daripada kedaulatan rakyat setiap lima tahun. Presiden menentukan kabinetnya dalam pemerintahan karena ini adalah pemerintahan sipil ya harus sipil. Kalau kita lihat jumlah menteri pertahanan yang ada di sini 60 persen adalah sipil dan itu terjadi di era tahun 1945 sampai sekarang. Berarti kita lihat pemerintahan sipil itu adalah menjadi satu formulasi dari satu sistem pemerintahan yang demokrasi. Bahwasanya pemerintahan sipil itu ada satu sektor yang disebut sektor pertahanan yang mengurusi militer, maka yang diperlukan adalah kualitas dari kapabilitas dan kapasitas menteri pertahanan. Jadi kita tidak melihat dia punya background, tetapi kita melihat kapabilitas dan kapasitasnya dalam rangka me-manage satu penyelenggaraan pertahanan negara. Karena di Kementerian Pertahanan juga ada perbantuan dari TNI dan juga profesional. Jadi saya kira sudah dua kabinet ini menjalani suatu iklim yang sangat baik dimana pemerintahan sipil tanpa melihat background dari mana itu bisa jalan untuk mengurus sistem pertahanan negara yang di dalamnya ada pertahanan negara militer maupun yang non militer.
Sejak 1998 anda mulai terkenal dan anda menjadi idol para ibu-ibu. Kira-kira apakah ada komentar dari istri?
Istri saya juga ibu-ibu jadi dia punya komentar yang sama dengan ibu-ibu. Tetapi saya tidak boleh terbawa dengan itu semua, saya harus pada posisi saya sebagai profesional, posisi saya sebagai pejabat, dan saya harus mempunyai navigasi bagaimana saya bekerja semaksimal mungkin tanpa terpengaruh dengan apa yang ada di kiri kanan saya.
Tidak ada rasa cemburu dari istri anda?
Tidak ada. Istri saya juga sudah lama jadi istri prajurit mengalami hal-hal yang itu, yang penting bagaimana kualitas integritas dari kita sendiri untuk bisa menjaga itu semuanya.
Ditengah kesibukan anda menjalankan tugas, masih ada waktu luang untuk melakukan aktivitas lainnya?
Iya seperti biasa kalau kita mau bekerja yang baik kita mempunyai stamina. Stamina itu harus kita pelihara dan ada tiga macam stamina yaitu stamina kesehatan, stamina intelektual, dan stamina keimanan. Jadi kalau tiga stamina itu kita lakukan insyaallah semuanya bisa berjalan lancara sesuai dengan apa yang diamanatkan pada kita.
Wamenhan: Komponen Cadangan Merupakan Bagian dari Nasionalisme
KBR68H, Jakarta - Pemerintah mengklaim enam negara ASEAN menyatakan berminat membeli CN 295, sebuah pesawat angkut produksi dalam negeri yang bisa dipakai untuk kepentingan militer maupun sipil

BERITA
Senin, 01 Jul 2013 15:32 WIB


wakil menteri pertahanan, sjafrie sjamsuddin, komponen cadangan, sistem hankamrata
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai