Ini tentang pemetaan kualitas air Sungai Bedog, Yogjakarta. Kenapa kita memilih Sungai Bedog, karena si Amel ini rumahnya dekat Bedog, dan dulu dia suka main ke Sungai Bedog. Nah dulu itu kualitas airnya bagus, tetapi sekarang kualitasnya menurun. Jadi di sini kita ingin tahu kualitas air Sungai Bedog, dan setelah itu mengetahui pemanfaatan yang sesuai juga pengelolaan yang sesuai. Supaya nanti bisa dimanfaatkan secara sosial ekonomi dari hulu sampai hilir.
Kalau berdasarkan observasi kamu, bagaimana nih kualitas air sungainya?
Jadi kualitas sungainya kalau dari hulu itu baik, tapi sampai bagian akhir, hilir itu buruk. Tapi sebelum akhir, di tengah-tengah itu ada pabrik gula. Nah setelah pabrik gula itu kita juga punya stasiun (penelitian) di situ, itu kualitasnya sangat buruk. Kenapa? Karena itu dari limbah gula. Jadi limbah pabrik itu dialirkan ke sungai. Tapi sebenarnya limbah dari pabrik gula itu cocok untuk pertanian. Nah itu di situ kita punya saran buat pabrik gulanya, supaya membangun saluran kanal pembuangan yang bagus, supaya bisa dimanfaatkan limbahnya. Supaya ke persawahan dulu baru ke sungai.
Berarti ini kan menentukan titik-titik sampel sehingga jadi stasiun-stasiun penelitian itu, itu bagaimana caranya?
Nah itu kami mempelajari peta terlebih dahulu. Lalu kita mengelompokkan daerah yang (kanan kiri sungainya) masih asri hutan, terus kita ke bawah lagi itu perkebunan salak, kemudian persawahan, lalu ke bawah lagi itu persawahan bercampur perumahan. Lalu perumahan yang padat dan paling padat, sampai pada semak belukar yang bercampur dengan perumahan. Sampai yang di titik sembilan itu sudah tidak ada persawahan.
Kalau indikator mengetahui kualitas air bagus atau tidak bagaimana itu?
Di sini kita menggunakan makro invertebrata, kami hitung menggunakan rumus family biotic index. Di sini kita menggunakan makro invertebrata, karena berdasarkan penelitiannya Hilsen Hoff 1998, setiap invertebrata memiliki tingkat toleransi tersendiri terhadap polusi-polusi bahan organik di air.
Berapa lama sih penelitian ini?
Mulai kita dapat ide dari Desember 2011, jadi proyeknya selesai satu tahun.
Kesulitan dalam proyek ini apa?
Kesulitannya karena kita cuma berdua dan kita harus menyusuri sungai sepanjang 57 kilometer. Kesulitannya di situ, kita cuma berdua dan pakai motor. Kita keterbatasan transportasi sih sebenarnya.
Apa harapan untuk proyek kalian ke depannya?
Harapannya supaya nanti bisa dijadikan masukan buat pemerintah, ketika nanti membuat peraturan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan Badan Lingkungan Hidup yang nantinya bisa lebih teliti dalam mengambil sampel air sungai. Dan kepada masyarakat supaya bisa tahu bagaimana pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sesuai dengan titik stasiun dan kualitas airnya.
Memang menurut kalian, bagaimana pengelolaan daerah aliran sungai yang sesuai?
Jadi setiap stasiun itu berbeda-beda. Misalnya untuk stasiun pertama itu cukup kita jaga keasriannya, tidak usah diubah-ubah. Kemudian untuk stasiun yang padat penduduk itu seharusnya memiliki zona riparian, jadi setelah badan sungai, itu diberi beberapa meter untuk digunakan penghijauan.
Kalau dari proyek ini, apa masukan dari kalian?
Outputnya setelah kita mengetahui kualitas air sungai, kita juga mencari pemanfaatan yang sesuai. Di situ kita rencananya ingin masyarakat membuat semcam komunitas pencinta Sungai Bedog kemudian nanti bisa mensosialisasikan pemanfaatan dan pengelolaan yang sesuai di sekitar Sungai Bedog itu.