Bagikan:

Pak Mahfud MD: Tinggal di pesantren Tidak Berarti Cupu, Loh!

Tinggal di pesantren? Hemmm bisa jadi sobat teen "ogah" buat ditawarin yang satu ini. Hal yang terbayang adalah kuno dan....cupu. Memang begitukah keadaannya?

Kamis, 18 Jul 2013 13:36 WIB

Author

Teen Voice

Pak Mahfud MD: Tinggal di pesantren Tidak Berarti Cupu, Loh!

Pesantren, Mahfud MD

Kehidupan di pesantren ternyata memang cukup berkhasiat menggembleng mental lho Sobat Teen. Proses belajarnya membuat kita mandiri dan sederhana. Seperti Bapak yang satu ini nih, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Pak Mahfud MD yang menghabiskan masa kecilnya di pesantren ini banyak cerita lhooo. Pengalamannya di pesantren cukup mewarnai keputusan-keputusan dalam hidupnya. Waaaah, gimana tuh, kita simak aja yuk wawancara Reporter Teen Voice Reza Widarto sama Pak Mahfud MD di Bincang Kita.


Pak, Bapak kan pernah tinggal di pesantren, bisa berbagi cerita Pak tentang kehidupan di pesantren?

Ya waktu jaman saya, kehidupan di pesantren itu kehidupan yang berat, tetapi memang dilatih untuk tangguh. Kenapa berat? Karena pertama, secara ekonomi, kehidupan di pesantren itu sangat terbatas. Kita uang sakunya sedikit, kemudian masak sendiri, tidurya juga di masjid, tidak seperti anak sekolah yang tidur di kamar. Di samping itu belajarnya juga siang dan malam. Waktu itu, saya juga merangkap dengan sekolah negeri. Jadi, pesantren sore sampai pagi, lalu pagi SD di sekolah negeri. Nah itu yang saya rangkap belajarnya.

Nah itu kehidupan di pesantren, mungkin tahap awal seperti menderita, tetapi sesudah terbiasa ya akan biasa saja. Lalu pesantren juga nantinya sesudah kita besar mengajarkan kita hidup sederhana. Taruhlah seperti saya, saya selalu berpikir, untuk apa berlebih-lebihan. Toh kan semua sudah cukup. Misalnya, kalau saya mau kaya raya, korupsi itu gampang sekali. Saya kan hakim, tinggak telepon orang yang berperkara, “Anda mau menang apa nggak?” kalau mau ya. Tetapi karena saya dididik oleh pesantren bahwa hal itu tidak ada gunanya dan malah bisa menghancurkan hidup saya. Maka saya tidak melakukan itu.

Nah itu yang saya peroleh di pesantren. Pesantren sangat mempengaruhi dan mewarnai cara hidup dan gaya hidup saya.


Kan ada ungkapan “Kalau lo nakal, dimasukin pesantren nih!” memang betul seperti itu ya, Pak? Pesantren bisa mengubah anak nakal menjadi alim atau baik?

Ya secara umum begitu, tapi tidak juga seratus persen begitu. Ada juga orang-orang pesantren yang tidak berhasil mendidik dirinya atau tidak berhasil mencetak diri sebagai orang lulusan pesantren. Tetapi sebagian besar biasanya orang pesantren memiliki sikap sederhana, tidak serakah dan apa adanya. Biasanya memiliki kecerdasan, karena otaknya dilatih siang-malam tidak pernah berhenti. Tetapi kalau mau bicara santri yang nakal juga ada. Sama lah, namanya manusia juga.


Kalau berbicara anak pesantren, kesannya kan tertutup gitu Pak, apa benar seperti itu?

Dulu iya, sekarang sudah tidak. Waktu jaman saya dulu agak tertutup, karena memang fasilitas dulu tidak ada, belum ada IT kayak sekarang. Waktu saya itu tahun 1968 belum ada televise, radio ada, dan koran itu hanya ada di kota-kota. Nah saya itu berada di pesantren di desa. Nah sekarang, pesantren itu sudah maju-maju. Ada laboratorium komputer, laboratorium bahasa, jadi sudah komplit juga.

 


Pak Mahfud MD adalah Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2011 dan Hakim Konstitusi periode 2008-2013. Sebelumnya Bapak yang punya nama lengkap Mohammad Mahfud ini juga pernah menjadi Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional. Pernah juga menjadi Menteri Kehakiman dan HAM (2001), Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (2002-2005), Rektor Universitas Islam Kadiri (2003-2006), Anggota DPR-RI, duduk Komisi III (2004-2006), Anggota DPR-RI, duduk Komisi I (2006-2007), Anggota DPR-RI, duduk di Komisi III (2007-2008), Wakil Ketua Badan Legislatif DPR-RI (2007-2008), Anggota Tim Konsultan Ahli Pada Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Depkum-HAM Republik Indonesia. Widihhh, banyakkk yah pengalamaan Pak Mahfud, sudah malang melintang Sobat Teen. Selain itu, beliau juga masih aktif mengajar di Universitas Islam Indonesia (UII), UGM, UNS, UI, Unsoed, dan lebih dari 10 Universitas lainnya pada program Pasca Sarjana S2 & S3. Mata kuliah yang diajarkan adalah Politik Hukum, Hukum Tata Negara, Negara Hukum dan Demokrasi serta pembimbing penulisan tesis dan desertasi. Kereeeeeen.

 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending